Senin, 14 Mei 2012

Kepemimpinan

Leadership adalah istilah yang sangat sering digumamkan saat ini. Semoga tak hanya disebut. Tapi diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Dalam bukunya Islam Aktual, Jalaludin Rakhmat menuliskan bahwa Al-Quran bukan hanya untuk dibaca tapi lakukan dalam kehidupan. Bukan hanya sebagai dalil yang mengejawantahkan argumen saja tapi juga untuk mengaktualisaikan diri dengan perilaku agung. Dimanapun sifat kepemimpinan itu sangat penting. Kepemimpinan itu mencakup hal yang sangat luar. Mulai dari cara menyikapi orang, memberi pendapat atau bersikap. Tidak semua penyabar atau diam disaat tertentu membuktikan bahwa dirinya tak ada ide. Itu merupakan sifat kepemimpinan yang semestinya ada pada seorang pemimpin. Seorang pemimpin tahu bagaimana dia harus bersikap, berkata atupun bertindak. Ia tahu yang mana yang baik dan buruk. Tahu prioritas mana yang harus didahulukan

Hal ini tergantung juga dari seberapa sering seseorang menempa dirinya dikehidupan sosial. Orang yang lebih sering bertemu banyak orang tentu akan beda sifat kepemimpinannya dengan orang yang sehari-hari diam dikosan atau enggan berkenalan. Seseorang yang sering berbicara di depan umum akan beda kualitas kepemimpinannya dengan orang yang hanya termangu melihat orang berbicara atau enggan mengutarakan pendapat meski dengan teman sendiri. Seseorang yang senang membaca tentu berbeda kualitas ilmunya dengan orang yang tidak suka membaca atau lebih senang memonton film di bioskop.

Rasulullah saw. Ali bin Abi Thalib dan sahabat sahabat Rasul lainnya sudah menyontohkan hal nyata yang seharusnya kita contoh. Tanpa ragu-ragu. Penuh keyakinan. Rasul menyontohkan bagaimana kita diam untuk menyiapkan hal besar. Dengan gagahnya Rasul mampu mengubah masa jahiliyah menjadi masa kejayaan Islam dengan kesabaran dan sikap kepemimpinan Beliau. Dalam masa pejuangannya terhadap Kaum Quraisy, Rasulullah sabar dan kontinu melakukan hal yang benar untuk keselamatan umat.

Kekuatan dan Amunisi doa adalah hal yang paling saya percaya. Allah lah tempat kita mencari jalan keluar kemana jalan yang harus kita jalani. Dan jawaban itu sangat tulus. Lewat hati. Jawaban itu datang dari hati.

Menjadi pemimpin bukanlah hanya orang yang mampu merangkai kata dengan menyentuh. Ataupun membuat semua orang segan kepadanya. Pemimpin itu seorang yang humble dan pendengar, tapi punya sikap. Pemimpin tidak akan bingung bila pengikutnya merasa bingung. Ia harus punya jalan keluar. Harus punya hal yang bisa menenangkan pengikutnya bila merasa bimbang.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? "Tuhan berfirman:" Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui . "(QR. Al Baqoroh: 30)

Alangkah indahnya bila khalifah khalifah dibumi bersikap sinergis. Saling rendah hati dan bekerja sama untuk kehidupan sejumlah orang yang lebih banyak. Pemimpin tidak egois.

Definisi kepemimpinan sendiri memiliki banyak perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan berbedanya sudut pendang dari masing-masing peneliti, mereka mendefinisikan kepemimpinan sesuai dengan perspektif-perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Jacobs & Jacques mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.

Sedangkan menurut Tannenbaum, Weschler & Massarik kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi, yang dijalankan dalam suatu sistem situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, ke arah pencapain satu tujuan atau bebrapa tujuan tertentu. Dari pengertian di atas ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan suatu hubungan proses mempengaruhi yang terjadi dalam suatu komunitas yang diarahkan untuk tercapainya tujuan bersama.

Disamping itu jika melihat rumus kepemimpinan yang diajukan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, maka hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin tidak harus selalu berada dalam hubungan yang hirarkis. Konsepsi tentang persaratan kepamimpinan itu harus selalu di kaitkan dengan tiga hal pokok yaitu, a.Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. b. Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan, shingga orang mampu "mbawani" atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pimpinan dan siap melakukakan perbuatan-perbuatan tertentu. c.Kemampuan adalah segala daya, kemampuan, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan / ketrampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

Sukses atau atau gagalnya pemimpin antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat-sifat dan kualitas perilakunya. Diantara para penganut teori sifat / kesifatan dari kepemimpinan (the traitist theory of leadership) adalah Ordway Tead. Menurut Ordway, ada sepuluh sifat-sifat kepemimpinan, yaitu; a) Energi jasmaniah dan mental (Psysical and nervous energy) b) Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction) c) Antusiame (enthusiasm) d) Keramahan dan kecintaan (friendliness and affection) e) Integritas (integrity) f) Penguasaan teknis (technical mastery) g) Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness) h) Kecerdasan (intelligence) i) Kepercayaan (faith).

Teori banyak terpaparkan dalam buku atau artikel. Namun sifat kepemimpinan yang nyata hanya terwujud dari dalam diri sendiri. Termasuk bagaimana dia memutuskan hal yang baik. Setidaknya tau bagaimana cara dia memimpin dirinya sendiri. Menentukan hal yang lebih bermanfaat untuk dirinya tanpa merugikan orang lain. Tau bagaimana ia bisa mendelegasikan hal pada orang yang dapat dipercaya.

Ketika kita tau posisi kita yang ada dibawahan tentu pendelegasian bisa dilakukan dengan meminta izin pada atasan untuk mengikuti hal yang ingin kita ikuti. Bila posisinya kita sebagai pemimpin kita bisa melakuan pendelegasian.

Gaya delegating digunakan saat pemimpin menjumpai pengikutnya sedang berada pada situasi kecakapan tinggi dan komitmen juga tinggi. Karena situasi pengikut seperti tidak ada masalah, pilihan gaya yang efektif untuk dipakai pemimpin dalam menghadapi bawahan yang pandai ini adalah mendelegasikan tugas.

Gaya kepemimpinan dengan mendidik dan mengatur yang otoriter tidak cocok diberikan pada bawahan tipe 4 (menurut Paul dan Blanchard), karena merasa terlalu disuruh-suruh sehingga menimbulkan perasaan rendah diri. Sebagai pemimpin harus memperhatikan sikap dalam menjalankan kepemimpinan yang efektif.

Sekian. Bersikaplah tenang dan efektif untuk kepentingan bersama.

Tidak ada komentar: