Selasa, 15 Mei 2012

Anatomi Fisiologi Manusia 1


PERCOBAAN 1&2
DARAH DAN SISTEM LIMFATIK

I.          Tujuan      :
1.    Menentukan profil hematologi yang meliputi : penentuan kadar hemoglobin; jumlah eritrosit, leukosit, dan platelet; hematokrit; waktu pendarahan; dan waktu koagulasi.
2.    Menentukan golongan darah seorang praktikan
3.    Menentukan sifat – sifat tekanan beberapa larutan dibandingkan dengan tekanan sel darah merah
4.    Menentukan aliran sirkulasi sistem limfatik

II.       Metodologi           :
1.      ANATOMI
1.1.   KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI DARAH
1.    Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan :
·         Jari manis atau kelingking dibersihkan dengan etanol 70%. Setelah menguap, gunakan lancet steril untuk ditusukkan pada ujung jari yang telah dibersihkan. Darah diambil sebanyak yang dibutuhkan.
2.    Cara Pengisian Pipet
·         Pipet ditempatkan pada tetesan darah segar dan darah dibiarkan masuk sampai tanda. Pipet diisi dengan cairan oengencer. Tutup pipert dengan ujung jari, kemudian dikocok selama 2 menit. Sebanyak 1-2 tetes larutan encer diteteskan pada hemocytometer. Setelah setengah menit, jumlah sel diamati dan dihitung dengan bantuan mikroskop.
ü  Pengukuran jumlah sel darah merah
Darah segar diencerkan 200 kali dengan larutan Natrium sitrat 2,5%. Sebanyak 1-2 tetes suspense darah diteteskan pada hemocytometes, kemudian dihitung.
ü  Pengukuran jumlah sel darah putih
Darah segar diencerkan 20 kali dengan larutan Turk. Sebanyak 2 tetes suspensi darah diteteskan pada hemositometer. Kemudian dihitung.
1.2     HEMATOKRIT
Setelah jari ditusuk, pipa kapiler berheparin ditempatkan secara horizontal pada tetesan tersebut. Darah dimasukkan sebanyak ¾ bagian kapiler. Salah satu ujung pipa kapiler ditutup dengan lilin. Kapiler tersebut dimasukkan ke dalam sentrifuga selama 4 menit.

2.         FISIOLOGI
2.1  PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN
·      Metode Sahli
Sampel darah sebanyak 20 mL diencerkan dalam sedikit asam klorida 0,1 N. Sampel terus diencerkan hingga warna sampel pada tabung hemometer sama dengan warna pembanding.

2.2  WAKTU PENDARAHAN
Jari ditusuk dengan lancet steril. Saat tetes darah pertama keluar hingga darah berhenti mengalir keluar dicatat waktunya.

2.3  WAKTU KOAGULASI
Diambil sampel darah ke dalam pipa kapiler, kemudian patahkan pipa kapiler tersebut  dengan ukuran yang kecil hingga terbentuk adanya benang-benang fibrin, dan dicatat waktu yang dibutuhkan.

2.4  PENGGOLONGAN DARAH
Diambil darah, teteskan pada masing –masing darah dengan menggunakan serum anti A dan serum anti B, kemudian dilihat ada tidaknya koagulasi yang terbentuk terhadap kedua serum tersebut dan ditentukan golongan darah.

3.         APLIKASI DALAM BIDANG FARMASI
4.1     UJI PENGARUH TONISITAS LARUTAN TERHADAP SEL DARAH MERAH
·      Uji Menggunakan Tabung reaksi
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan glukosa 2% b/v, larutan glukosa 5% b/v, larutan NaCl 0,3% b/v, larutan NaCl 0,9% b/v dan larutan NaCl 2% masing-masing sebanyak 2 ml. kemudian 2 tetes darah dimasukkan pada setiap tabung. Kemudian fenomena yang terjadi pada darah diamati.

III.     Data Pengamatan :
1.         ANATOMI
1.1  KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI DARAH
·      Sel Darah Merah
Perhitungan : ujung kiri atas : 10, ujung kiri bawah : 1, tengah : 3, ujung kanan atas :7, ujung kanan bawah : 2. Jumlah : 23 x 10.000 =230.000
·      Sel Darah Putih
Perhitungan : jumlah yang dihitung 51 buah x 50= 2550

1.2  HEMATOKRIT
2.      FISIOLOGI
2.1  PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN
·      Metode Sahli
Volume sampel darah sehingga memiliki warna yang sama dengan pembanding adalah 12,8 g/dL.


2.2  WAKTU PENDARAHAN

2.3  WAKTU KOAGULASI
Waktu Koagulasi :
2” 44’

2.4  PENGGOLONGAN DARAH
Serum
Hasil percobaan
 Anti-A
+
Anti-B
-




* Catatan :
 + ( Terjadi penggumpalan)
 -  ( Tidak terjadi penggumpalan).

3.      APLIKASI DALAM BIDANG FARMASI
3.1  UJI PENGARUH TONISITAS LARUTAN TERHADAP SEL DARAH MERAH
·      Uji Menggunakan Tabung reaksi
Larutan (2mL)
Warna campuran
Jumlah fasa
Kekeruhan
Akuades
Merah cerah
1
bening
Glukosa 2%
Merah
2
Keruh
Glukosa 5%
Merah
2
Keruh
NaCl 0,3%
Merah cerah
1
Bening
NaCl 0,9%
Merah
2
Keruh
NaCl 2%
Merah
2
Keruh

·      Pengamatan melalui mikroskop
1.   Akuades à Tidak terdapat sel darah.
2.   Larutan glukosa 2% à Hanya terdapat sedikit sel darah merah.
3.   Larutan glukosa 5% àBentuk sel darah merah terlihat bulat.
4.   Larutan NaCl 0,3% àTidak terdapat sel darah merah.
5.   Larutan NaCl 0,9% àBentuk sel darah merah terlihat bulat.
6.   Larutan NaCl 2% àBentuk sel darah merah tidak bulat dan berukuran lebih kecil.


4.      SISTEM LIMFATIK
Data berupa gambar (terlampir)



IV.    Pembahasan
1.         ANATOMI
1.1          KARAKTERISTIK DAN MORFOLOGI DARAH
ü  Pengukuran jumlah sel darah merah
Jumlah sel yang ditemukan kelompok 5 berjumlah 230000 sel/mm3. Hali ini tidak sesuai dengan keadaan eritrosit normal yang sejumlah 4.800.000 sel/mm3. Kemungkinan praktikan dalam keadaan anemia namun jika di cek secara medis terdapat perbedaan, hasil perhitungan memiliki kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena kesalahan perhitungan dan kekurang telitian praktikan dalam perhitungan.
ü  Pengukuran jumlah sel darah putih
Jumlah perhitungan melalui kelompok 2 sejumlah 2550 sel/mm3. Hal ini sangat jauh dari literatur yang sejumlah 5000-10000 sel/mm3. Hal ini sangat berbeda. Kemungkinan praktikan dalam keadaan leukemia. Namun jika cek medis mengatakan hal lain kemungkinan perhitungan ini gagal akibat perhitungan yang tidak teliti, gambaran yang kurang jelas serta garis-garis hemositometer yang hilang akibat pencucian yang terlalu kuat.

1.2          HEMATOKRIT
Hematokrit adalah persentasi dari jumlah elemen padat terhadap keseluruhan elemen.  Nilai normal dari hematokrit berada pada rentang 38.8 hingga 50% untuk pria dan 34.9 hingga 44.5% untuk wanita. Tes terhadap nilai hematokrit biasanya dilakukan untuk mengetahui potensi seseorang terhadap berbagai penyakit darah. Nilai hematokrit yang lebih rendah dari nilai normal dapat mengindikasikan anemia, kekurangan vitamin atau mineral, dan kekurangan darah. Nilai hematokrit yang lebih tinggi dari nilai normal dapat mengindikasikan dehidrasi atau polisitemia dan jika ditambah nilai sel darah putih yang banyak dapat mengindikasikan penyakit jangka panjang, infeksi, leukemia, lymphoma, atau penyakit sel darah putih lainnya. Pada tes yang dilakukan, jaringan tangan dilukai menggunakan lanset, darah dimasukkan pada pipa kapiler berheparin, dan disentrifuga. Pipa kapiler berheparin digunakan agar darah tidak menggumpal saat proses tes dilakukan. Dari sentrifuga didapatkan hasil sampel pada pipa kapiler terpisah menjadi 2 bagian, yaitu bagian yang lebih padat berwarna merah tua pada bagian bawah dan bagian lebih cair berwarna kuning pada bagian atas. Bagian yang berwarna merah merupakan komponen padat darah yang merupakan eritrosit, leukosit, dan trombosit, sedangkan bagian atas yang lebih cair merupakan plasma darah yang terdiri dari air, protein plasma, dan zat terlarut lain. Nilai hematokrit yang didapat pada percobaan yaitu 40% dari kelompok 2 dan 39.62% dari kelompok 1 yang merupakan sampel darah dari wanita pada keduanya, didapatkan nilai hematokrit yang termasuk kadar normal. Faktor – factor yang mempengaruhi nilai hematokrit diantaranya jenis kelamin, umur, kehamilan, dehidrasi, gaya hidup. Nilai hematokrit pada pria cenderung lebih tinggi daripada wanita pada keadaan normal, hal ini diakibatkan oleh keberadaan hormone androgen pada pria yang menstimulasi proses eritropoiesis sehingga secara alami, kadar eritrosit pria akan cenderung lebih tinggi. Tes hematokrit cukup sering disummon oleh dokter untuk mengetahui potensi seseorang terhadap penyakit anemia. Terdapat 3 jenis penyakit anemia, yaitu anemia karena insufisiensi eritrosit, kekurangan hemoglobin, dan abnormalitas hemoglobin. Anemia karena insufisiensi eritrosit dapat diklasfikasikan menjadi 3 jenis, yaitu anemia hemoragi dimana penderita mengalami keadaan kehilangan darah yang sangat banyak dan dalam waktu yang cepat, anemia hemolitik yang diakibatkan rusaknya sel darah merah, dan anemia aplastik yang diakibatkan oleh terganggunya proses eritropiesis. Anemia karena kekurangan hemoglobin dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu anemia karena kekurangan zat besi dan anemia pernisiosa akibat kekurangan vitamin B12.  Anemia karena abnormalitas hemoglobin dapat terjadi akibat kesalahan genetic yang mengakibatkan abnormalitas bentuk eritrosit seperti pada Thalasemia dan anemia bulan sabit. 

2.         FISIOLOGI
2.1  PENENTUAN KADAR HEMOGLOBIN
·      Metode Sahli
Setelah berdiferensiasi, eritrosit kehilangan beberapa organelnya (inti, mitokondria) sehingga dibutuhkan hemoglobin untuk dapat mengikat gas respirasi (oksigen dan karbon dioksida). Pada satu sel eritrosit terdapat 280 juta hemoglobin. Hemoglobin tersusun atas dua  rantai polipeptida a dan dua rantai polipeptida b. Tiap rantai hemoglobin memiliki molekul heme. Tiap hemem mengikat ion Fe, ion Fe ini yang mengikat oksigen menjadi kompleks oksihemoglobin HbO2. Oksihemoglobin berwarna merah cerah sedangkan hemoglobin yang tidak mengikat oksigen berwarna merah gelap.
Pada saat janin berusia kurang dari 6 minggu, hemoglobin diproduksi di yolk sac. Setelah itu sampai masa kelahiran, hemoglobin diproduksi di limfa dan liver. Setelah kelahiran, hemoglobin diproduksi di sumsum tulang. Perbedaan tempat produksi ini, menyebabkan adanya perbedaan tingkat afinitas hemoglobin. Hemoglobin pada fetus lebih cepat mengikat oksigen dibandingkan hemoglobin orang dewasa.
Jumlah hemoglobin diseluruh tubuh ditunjukkan dalam gram Hb/ dL dari jumlah volume darah keseluruhan (g/dL).
·         Jumlah hemoglobin normal
·         Bayi yang baru lahir : 17-22 gm/dl 
·         Bayi 1 bulan : 11-15gm/dl 
·         Anak-anak: 11-13 gm/dl 
·         Pria dewasa : 14-18 gm/dl 
·         Wanita dewasa : 12-16 gm/dl
Jumlah hemoglobin dibawah normal terjadi karena anemia yang dapat disebabkan oleh perdarahan, kekurangan nutrisi (ion Fe, vitamin B12, asam folat), gangguan sumsum tulang, gagal jantung, akibat obat kemoterapi.
Jumlah hemoglobin diatas normal dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, dehidrasi, tinggal didataran tinggi (kadar oksigen rendah), penyakit paru-paru, tumor, gangguan pada sumsum tulang (polisitemia rubra vera), akibat obat eritropoietin.

2.2  WAKTU PENDARAHAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan adalah ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh darah kapiler dan trombosit serta obat yang dikonsumsi. Beberapa contoh obat yang memperlambat waktu pendarahan adalah aspirin dan antikoagulan, dan yang mempercepat waktu pendarahan adalah asam traneksamat dan carbazochrome.
Mekanisme tubuh dalam menghentikan pendarahan berawal sejak pembuluh darah terluka, terjadi kontraksi pada serat otot halus yang berada di sekitar dinding pembuluh, dikenal juga sebagai vaskular spasmus. Konstriksi pembuluh darah ini menyebabkan pengeluaran darah melambat bahkan berhenti. Sel endotelium mensekresi endotelin yang berfungsi menstimulasi terjadinya vaskular spasmus tsb, dan juga menstimulasi pembelahan sel otot halus endotelium, serta fibroblas untuk mempercepat proses penghentian pendarahan. Membran plasma endotelium menjadi ‘lengket’, karena adanya luka pada pembuluh darah, yang secara parsial akan ditutup oleh sel endotelium pada sisi yang lain. Perubahan membran menjadi lengket ini mengakibatkan platelet lebih gampang menempel pada luka tsb. Penempelan platelet pada permukaan yang terbuka disebut juga adhesi platelet. Kemudian platelet mengumpul pada permukaan ini dan membentuk platelet plug yang menutup kerusakan di pembuluh, biasanya berlangsung selama 15 detik.

2.3  WAKTU KOAGULASI
Berdasarkan pada percobaan didapatkan besarnya waktu koagulasi yang dibutuhkan oleh darah yaitu 2 menit 44 detik. Berdasarkan data  pustaka secara umum waktu koagulasi yang dibutuhkan oleh darah  berkisar 2 menit. Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan waktu koagulasi yang dibutuhkan, pada percobaan waktu koagulasi yang digunakan memiliki waktu yang lebih lama. Hal tersebut dapat disebabkan karena proses koagulasi pada tiap orang memiliki kecepatan koagulasi yang berbeda-beda hal tersebut dapat disebabkan karena adanya perbedaan kadar faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dalam koagulasi. Sebagai contoh kadar Kalsium atau Vitamin D pada tiap orang berbeda-beda, sedangkan kedua dari zat tersebut memiliki peran yang penting di dalam proses koagulasi, selain dari kedua kandungan tersebut terdapat beberapa komponen lain yang dapat mempengaruhi kecepatan koagulasi diantaranya kandungan Heparin, adanya zat pengikat Ca, Thromboxan, Serotonin, Kolagen, Prostasiklin, dan ADP. Semua komponen tersebut sangat mempengaruhi kecepatan koagulasi yang terjadi. Semakin banyak kandungan Kalsium, vitamin D, Kolagen, Prostasiklin, Serotonin dan ADP maka akan semakin cepat proses koagulasi yang terjadi. Namun sebaliknya, dengan meningkatnya Heparin, Thromboxan dan zat pengikat Ca maka akan semakin lama waktu yang diperlukan dalam proses koagulasi. Selain itu besarnya luka yang tebentuk pula mempengaruhi lamanya waktu koagulasi. Semakin besar luka yang terbentuk maka akan semakin lama waktu koagulasi yang dibutuhkan. Selain itu perbedaan hasil percobaan dengan data pustaka dapat pula disebabkan karena adanya ketidaktepatannya waktu pada saat mematahkan pipa kapiler yang berisi darah tersebut. Karena terdapat kemungkinan sebelum dipatahkannya pipa kapiler tersebut darah yang terdapat didalamnya sudah mulai mengalami proses koagulasi, hal ini yang dapat menyebabkannya kurang akuratnya data yang didapatkan.

2.4  PENGGOLONGAN DARAH
Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa golongan darah dari subjek percobaan bergolongan darah A yang ditandai dengan adanya gumpalan yang terjadi pada darah yang diteteskan dengan menggunakan serum Anti-A dan tidak adanya gumpalan pada darah yang diteteskan dengan serum anti B. Hal tersebut terjadi karena di dalam darah subjek terdapat aglutinogen A sehingga akan bereaksi dengan serum Anti-A membentuk gumpalan-gumpalan. Sedangkan pada golongan darah ini tidak memiliki aglutinogen B sehingga, walaupun terdapat serum Anti-B tidak akan terbentuk adanya gumpalan.
   Sedangkan untuk golongan darah B hanya memiliki jenis aglutinogen B yang akan bereaksi dengan serum Anti-B dengan membentuk gumpalan. Kemudian untuk golongan darah AB akan terbentuk adanya gumpalan yang disebabkan oleh serum Anti-A maupun Anti-B, hal tersebut disebabkan karena pada golongan darah AB terdapat dua macam aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan B. Sebaliknya pada golongan darah O tdak akan terbentuk adanya gumpalan oleh kedua serum Anti-A dan Anti-B, hal tersebut disebabkan karena tidak adanya aglutinogen yang dimiliki, baik aglutinogen A maupun B.
   Penentuan jenis golongan darah memiliki peran yang sangat penting. Terutama pada saat kita membutuhkan donor maupun akan memberikan donor darah. Dengan diketahuinya golongan darah, maka akan menghindari adanya penggumpalan yang terjadi akibat salahnya jenis golongan darah. Sebagai contoh akan berakibat fatal apabila seseorang yang bergolongan darah A diberikan donor darah yang bergolongan B, karena pada orang yang bergolongan darah A akan memiliki zat anti B yang akan menggumpalkan darah yang bergolongan B maupun AB. Dan apabila penggumpalan itu terjadi di dalam tubuh, maka akan mengakibatkan efek yang fatal.

3.             APLIKASI DALAM BIDANG FARMASI
3.1          UJI PENGARUH TONISITAS LARUTAN TERHADAP SEL DARAH MERAH
·      Uji Menggunakan Tabung reaksi
Terdapat hanya sedikit sel darah merah pada tabung reaksi berisi larutan glukosa 2% menandakan larutan ini bersifat hipotonis terhadap sel darah merah sehingga beberapa sel darah merah telah mengalami lisis. Sel darah merah mengalami lisis karena perbedaan tekanan antara bagian dalam sel dan bagian luar sel. Tekanan di dalam sel lebih besar daripada bagian luar sehingga membran sel terdorong dari bagian dalam ke segala arah dan pecah. Ada beberapa sel darah merah yang tidak pecah, mungkin hal ini disebabkan karena membrane sel tersebut masih mampu menahan tekanan yang ada atau konsentrasi glukosa di dalam sel tersebut tidak jauh berbeda dengan konsentrasi glukosa di dalam larutan, menurut data pustaka, konsentrasi glukosa dalam sel darah merah adalah 5 – 10 mg/dL.
   Sel darah merah yang terdapat di dalam larutan glukosa 5% berbentuk seperti sel darah merah normal. Hal ini menandakan bahwa larutan glukosa 5% bersifat isotonis dengan sel darah merah tersebut. Jadi tidak terjadi apa - apa terhadap sel darah merah. Terdapat dua fasa pada campuran larutan dikarenakan sel darah merah merupakan fase padat dan akan terendapkan sedangkan glukosa merupakan fasa cair.
Tidak terdapat sel darah merah pada tabung reaksi berisi larutan NaCl 0,3% karena sel darah merah tersebut telah pecah. Sel darah merah pecah menandakan larutan NaCl 0,3 % bersifat hipotonis sehingga menyebabkan air yang ada pada larutan NaCl masuk ke dalam sel darah merah. Akhirnya tekanan di dalam sel darah merah meningkat sedangkan membran sel tidak mampu menahan tekanan yang ada sehingga menyebabkan sel darah tersebut akhirnya pecah.
Sel darah merah yang terdapat pada larutan NaCl 0,9% terlihat bulat seukuran sel darah merah normal. Hal ini menandakan larutan NaCl 0,9% berifat isotonis dengan sel darah merah. Jadi tidak ada perpindahan molekul – molekul air baik dari dalam sel ataupun dari larutan. Dan tekanan di dalam sel maupun diluar sel tidak berubah dan tidak menyebabkan perubahan bentuk dari sel darah merah yang ada. Terbentuk dua fasa pada campuran darah dan larutan NaCl dalam tabung reaksi karena adanya fasa padatan (sel darah merah) dan fasa cair (plasma darah dan larutan) sehingga setelah campuran larutan ini dibiarkan selama 5 menit, sel darah merah terkumpul di dasar karena mempunyai massa yang lebih besar.
Sel darah merah dalam larutan NaCl 2% berubah bentuk menjadi kecil. Hal ini menandakan bahwa larutan NaCl 2% bersifat hipertonis terhadap sel darah merah. Mengkerutnya sel darah merah disebabkan oleh tekanan diluar sel yang lebih besar daripada tekanan di dalam sel sehingga membrane sel tertekan oleh larutan diluar dan menyebabkan ukuran sel berubah menjadi lebih kecil.  Pada campuran larutan NaCl 2% dan darah ini pun terbentuk dua fasa yang disebabkan oleh adanya fasa padatan (sel darah merah) dan fasa cair (larutan dan plasma darah) di dalam tabung reaksi tersebut. Namun perbedaan kedua fase ini terlihat lebih jelas jika dibandingkan dengan tabung reaksi berisi larutan NaCl 0,9%hal ini disebabkan karena sel darah merah berukuran lebih kecil sehingga volume endapan juga lebih sedikit.

4.             SIRKULASI SISTEM LIMFATIK
Fungsi utama sistem limfatik adalah untuk memproduksi, menjaga dan mendistribusi limfosit yang bekerja sebagai perlindungan dari infeksi dan perubahan lingkungan. Untuk memberikan perlindungan yang efektif, limfosit harus bisa mendeteksi adanya masalah, dan bisa menjangkau daerah yang rusak atau terkena infeksi. Limfosit, makrofag  dan mikrofag bersirkulasi di dalam darah. Limfosit bisa masuk dan keluar dari kapiler, yang membawakan air lebih banyak ke jaringan perifer dibandingkan yang dialirkan. Cairan yang berlebih kembali ke pembuluh darah melalui pembuluh limfatik. Sirkulasi dari cairan ekstraseluler ini membantu transport limfosit dan sel pertahanan tubuh dari satu organ ke organ lainnya, menjaga volume darah dan mengeliminasi variasi lokal komposisi cairan interstisial dengan mendistribusi hormon, nutrisi, dan kotoran dari jaringan asalnya lalu kembali bersirkulasi.

V.       Kesimpulan
1.      Profil hematologi yang meliputi :
·      kadar hemoglobin : 12,8 g/dL
·      jumlah eritrosit 230000 sel/mm3
·      jumlah leukosit 2550 sel/mm3
·      hematokrit 40 %
·      waktu pendarahan 1 menit 35 detik
·      waktu koagulasi 2 menit 44 detik
2.      Golongan darah praktikan A
3.      Tonisitas :
a.    Akuades bersifat hipotonis
b.   Larutan glukosa 2% bersifat isotonis.
c.    Larutan glukosa 5% bersifat hipertonis.
d.   Larutan NaCl 0,3% bersifat hipotonis.
e.    Larutan NaCl 0,9% bersifat isotonis.
f.    Larutan NaCl 2% bersifat hipertonis.

VI.    Daftar Pustaka
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta.
Martini, Frederic H. Fundamentals of Anatomy and Physiology. San Fransisco : Pearson. Halaman 640, 649 dan 765-766
http://www.mayoclinic.com/health/hematocrit/MY00381 diakses pada 14 Maret 2012 pukul 20:00



Tidak ada komentar: