Minggu, 30 April 2017

Metamorfosa Akhlak #3 - Ust. Abi Makki

Ust Abi Makki


Dari Abu Hurairah, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” 

(HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246)

Orang yang paling banyak masuk surga adalah orang yang baik akhlaknya.

Akhlak itu mencerminkan kasih sayang yang indah.
Ia tersenyum, ramah, baik
Akhlak itu perisai yang menunjukkan kelembutan dan keindahan.

Akhlak kepada Allah dapat ditunjukkan dengan menutup aurat, solat, membaca alquran dan beribadah yang lainnya. Pada dasarnya, karena Allah yang memberikan akhlak kepada kita.

Akhlak kepada manusia  ditunjukkan dengan cara bersikap baik.

Dari alam roh, Allah sudah begitu baik. Memperlakukan kita yang baik-baik, selama kita belum dapat melakukan apapun. Saat kita masih belum berwujud.

Di perut ibu ia sudah diberikan rezeki oleh Allah. Tumbuh dan berkembang dengan penjagaan yang sempurna dari Allah.

Siapapun yang menjatuhkan rasa cintanya hanya kepada Allah, niscaya Ia tidak ada pernah kekurangan cinta dan kasih sayang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang sahabatnya,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.
HR ath-Thabrani (no. 2374)




Ada sebuah kisah, suatu ketika Umar bin Abdul Aziz, khalifah pada masa tahun 717-720 pergi ke suatu pasar dan bertemu dengan rakyatnya. Ia dihina habis-habisan oleh salah seorang pedagang disana. Ia dicaci. Padahal dalam kekhalifahannya, rakyat begitu makmur dan hilang angka kemiskinan. Pengawalnyapun sangat tersinggung jika ada yang menghinanya Namun apa yang dikatakan beliau setelah dihina.

"aku lebih buruk dari pada itu, hanya Allah menutupi aib-aibku"

Kekuatan akhlak yang tercermin dalam kata dan perbuatan.

Wallahu A'lam Bishawab.

Metamorfosa Akhlak #2 - dr. Aisyah Dahlan

Mengenal dan Mengelola Emosi

dr. Aisyah Dahlan



Apa itu emosi?
Apa saja itu emosi? marah, kesal sedih

Emosi itu dapat dirasa. Asal muasal katanya dari movere artinya menggerakan atau bergerak.
ditambah awalan e artinya menjadi bergerak menjauh.

Emosi berpusat di sistem limbik ada otak.

Ada 9 level emosi yang secara fitrah dimiliki oleh manusia :
  • damai/peace
  • menerima/acceptance
  • semangat/ courage
  • sombong/pride
  • marah/anger
  • buru-buru/lust
  • takut/ fear
  • sedih/sad
  • apatis/ apathy
Dalam Islam, emosi apatis, sedih dan takut tergolong Nafs Lawamah. Emosi buru-buru, marah dan sombong tergolong Nafs Ammarah. Emosi Semangat, menerima dan damai tergolong Nafs Mutmainah. Sebaiknya kita terus menjaga kondisi hati, perasaan dan emosi kita pada Nafs Mutmainah ini.

Apati merupakan level terendah, orang yang mengalami emosi ini merasa tidak berguna dikehidupan ini. Kondisi yang sangat rendah merasa bersedih tanpa energi.

Hal yang lebih rendah dari apati adalah depresi, kondisi depresi ini adalah emosi yang tidak lazim dimiliki. Maka jika kita mulai merasa sepi, bangkitkan semangat dengan cara menarik nafas dalam-dalam dan membaca istighfar agar energinya terus meningkat dan tidak berujung depresi.

Emosi tertinggi setelah damai adakah manik. Kondisi emosi yang terlalu bergembira.

Ketika seseorang terlalu mudah depresi dan dalam kondisi sesaat ia bisa manik, itulah yang disebut bipolar.

Untuk menaikkan emosi ke level semangat dari level apati itu butuh 5 langkah. Maka dari itu, hal tersebut cenderung sulit dilakukan dan membutuhkan waktu.

Fase emosi yang mencapai semangatlah yang baru dapat diberi masukan/saran. Situasi emosi di bawah semangat belum dapat menerima saat diberi masukan.

Dalam mengubah akhlak perlu dikenali terlebih dahulu emosinya, baru kemudian dapat dikelola. Emosi secara elektromagnettik akan dibroadcast ke alam semesta dan ditarik oleh orang-orang yang seperti apa yang kamu mau. Seperti perasaan senasib.

Dengan emosi kita sendiri, kita yang menarik gelombang tersebut atau ditarik oleh orang lain dengan gelombang yang sama.

Hal ini juga dapat dijelaskan secara ilmiah. Badan punya zat besi yang sifat elektromagnetiknya sangat kuat dan dapat ditangkap oleh semesta. Jika kita semangat, tentu hal yang sifatnya semangat pula yang akan menghampiri.

Tahu kan firman Allah: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”. 

fa wa robbis-samaaa'i wal-ardhi innahuu lahaqqum misla maaa annakum tanthiquun
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan (Addzariyat: 23)

---

Yang pasti saya terkagum-kagum sama dr. Aisyah Dahlan itu. Beliau adalah pembicara yang baik (setiap memaparkan sebuah ilustrasi, ia seperti seorang Stand Up Comedian yang melempar punch dan pecah!), dan seluruh peserta yang hadir dapat menerimanya dengan baik. Beliau merupakan seorang dokter yang aktif merehabilitasi, membangun, dan menyembuhkan para mantan pecandu narkoba. Dalam seminarnya, beliau membawa anak asuhnya dan mendramakan 9 level emosi tersebut sehingga kami yang mendengarkan ikut membayangkan suasana-suasana tersebut.

Coba kita bayangkan, ketika dalam posisi sedih, apakah yang kita lakukan?
Mungkin jawabannya dapat beragam. Seperti diam, menangis, dan meratap. Jika kita tidak berusaha menaikan emosi kembali ke posisi yang lebih bergairah, bisa-bisa kita jauh terperosok ke level emosi apati atau bahkan depresi. Jangan sampai ya kawan-kawan, takutnya nanti setan lewat dan pikiran kita sedang dalam kondisi dangkal malah terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kalau kita merasa marah, apa yang kita lakukan?
Mencaci maki, berkata kasar?
atau diam dan meninggalkannya?

dr. Aisyah menggambarkan naiknya level emosi dengan mengilustrasikan seorang ibu yang kehilangan suaminya.

si Ibu : (S)
teman Ibu : (T)
bapak : (suami S)

Saat S pada kondisi apati, ia merasa jadi orang yang paling sedih, mengalami keterpurukan dan sudah tidak mampu menangis. Ia hanya memerlukan T yang mengusap punggungnya dan tidak mengoceh banyak banyak, karena T tidak pernah tau rasanya jadi S.

T : Ibu yang sabar ya, Allah sudah menyiapkan kehidupan yang baik untuk Bapak.
S : ..... menangis (emosinya sudah naik ke level sedih, ada energi)

T : ..... mencoba memeluk dan memberikan rasa empati yang tinggi
T : Istighfar buu, tarik napas dalam dalam.
S : ..... menangis lebih keras. kemudian mulai berbicara
S : Anak-anak masih kecil bu. Bagaimana jika saya tidak sanggup menghidupnya sendiri (emosinya sudah naik ke fase takut)
T : .....setia mendengarkan
T : Minta ke Allah bu, Dia-lah yang paling lapang rezekinya.
S : Iya ya buu, iya saya akan berdoa terus ke Allah biar anak cepet gede (buru-buru) 
...masih senggukan...

T : Iya bu.. Istighfar terus bu biar tenang, astaghfirullahaladzim.
S : Astahfirullahaladzim. Tapi Allah emang ga mau membiarkan suami saya hidup lebih lama dengan saya (marah)
T : Ibu astaghfirullahaladzim, ini sudah takdir kan bu. Untuk anak-anak kita bisa memanfaatkan yang ada dulu.
S : oh iya ya, astaghfirullah. iya mungkin saya mau melanjutkan bisnis suami saya ya, gini gini kan saya ini sarjana ekonomi (sombong)
....meskipun suaranya masih lemah tapi mulai percaya diri...

T : ......mendengarkan terus
S : saya mau belajar lagi ah, buka buku yang waktu itu suami kasih buat saya kalau ada sesuatu (semangat)

T : Nah, gitu dong Bu. Alhamdulillah ibu masih ada Raihan, Jihan yang sholeh dan sholehah.
S : Iya ya, kalau saya sedih terus bagaimana mereka melihat saya. Alhamdulillah ya bu (menerima)

T : Semua ini juga kan ada yang ngatur bu
S : Iya ya bu, selama ada Allah, ada keluarga, ada teman fii sabilillah, pasti hidup ini juga bisa sangat indah. Semoga Bapak juga mendapatkan tempat yang paling baik, Bapak kan baik (damai)
...sudah tersenyum....

Kurang lebih seperti itu percakapan dalam menaikan emosi, perlu waktu dan bertahap. Dalam meningkatkan emosi kita bisa sendirian atau dibantu orang lain.

Disaat kita sedih, biasanya kita mengalihkan pemikiran itu,mengingat motivasi hidup, membayangkan orang tua dan masa depan. Meskipun setelah sedih masih ada level emosi takut. Yakni kondisi masih merasa cemas jikalau terjadi hal-hal buruk yang akan datang pada kita. Namun rasa takut merupakan emosi yang wajar sebelum ke level-level selanjutnya.


Rasa sedih, takut, dan marah seringkali menutup pelita yang tersebar di muka bumi. perasaan itu melingkupi kita terus menerus hingga sesak dan akhirnya malas tersenyum, mudah berkata kasar, penuh kebencian, sulit menerima masukan dan menjadi pribadi yang tidak ikhlas.

Rasa semangat, hati yang menerima dan kedamaian adalah perasaan yang lapang dan menyenangkan. penuh dengan rasa aman, kasih sayang, kebahagiaan, dan kepedulian. kita seperti menari-nari didalamnya. penuh dengan cahaya hikmah dan kita enggan pergi, karena ada syukur.

Semoga kita bisa menjaga nafs mutmainah ini ya :" Aamiiin!
(*curhat *anaknyagampangmarah *mintadidoain)

Kemudian dr. Aisyah juga menjelaskan bahwa emosi/kondisi yang kita miliki bisa terpancar ke semesta. Contohnya jika kita mau belajar, Allah kan mendekatkan kita dengan orang-orang yang mau belajar juga. Seringkali kita merasa kebetulan jika menemukan pertemuan semacam itu, padahal hal tersebut sudah diatur dengan sempurna oleh Allah.

Emosi juga diiringi dengan keimanan, bahwa benar tangan dan tubuh ini bisa bicara di hari akhir tentang apa yang dilakukannya. Sekarang saja dokter sudah dapat mendiagnosa penyakit seseorang dengan stetoskop, data laboratorium dll. Bukan dengan ramalan, tetapi dengan ilmu. Tubuh kita sendiri sudah dapat memberikan tanda-tanda/gejala jika terjadi sesuatu. Dengan ilmu manusia aja kita sering terheran-heran, bagaimana dengan ilmu Allah yang bisa membuat tingkah laku dan aib kita terbongkar jelas dihari akhir. 

Jika tubuh kita butuh makan, kita pasti sudah merasakan lapar. Sinyal itu bukankah sebuah bentuk komunikasi?

Semoga kita mampu mengendalikan dan mengelola emosi dengan baik seperti yang ditunjukkan para nabi, para amirul mukminin seperi Umar bin Abdul Aziz yang luar biasa.

Jika emosi yang kita pancarkan baik, semesta pun menyambutnya dengan cara yang baik dan memberikan timbal balik yang baik pula.

---

Wallahu A'lam Bishawab.

Metamorfosa Akhlak #1 - Kang Rashied

Beberapa waktu yang lalu, aku mengikuti sebuah acara di menara 165. Acara tersebut berjudul Metamorfosa Akhlak yang dipersembahkan oleh Rumah Ilmu Al-Hilya (Rumil). Rumil tersebut berada di daerah cinere, yang rutin mengadakan pengajian ibu-ibu setiap hari senin-jumat. Melihat semangat ibu-ibu yang datang begitu semangat mencari ilmu, membuat saya bangga terhadap mereka. Termasuk ketika mengikuti pengajian ini. Karena ilmu-ilmu yang diberikan sangatlah bagus, jadi pengen banget ilmunya ga hilang tapi terabadikan dalam tulisan. Moga-moga bisa bermanfaat. Selamat membaca!


Ada 3 pengisi acara dalam 4 jam waktu pertemuan itu.
  • Kang Rashied
  • dr. Aisyah Dahlan
  • Ustadz Abi Makki
Yuk kita bahas materi yang sempat saya tulis di buku catatan pada saat itu.

Kang Rashied




Metamorfosa artinya ada perubahan. Berubah dari sesuatu yang kurang baik atau bentuknya yang kurang sempurna menjadi sebuah bentuk yang lebih indah. Seperti bagaimana perubahan ulat menjadi kupu-kupu.

Kita sebagai manusia jangan takut akan sebuah perubahan, karena sebuah perubahan adalah keniscayaan dan bentuk kemenangan. Ingat pesan Allah, bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan tanpa perubahan dari kaum itu sendiri (QS. Ar Ra'd: 11)

Dalam melakukan perubahan, tentu saja tidak mungkin tanpa halangan. Sudah dipastikan ada hambatan yang melintas dan kita wajib melewatinya.

Baru pakai kerudung kemudian takut diejek bau surga.

Bersikaplah santai, karena omongan orang lain itu bisa jadi hanya firasat dan omongan tersebut tidak perlu kita dengar.

Jangan merasa cukup dengan keimanan kita saat ini, karena kalau merasa cukup perubahan tidak pernah menjadi total (kaffah).

Bayangkan saja jika ulat berhenti bermertamorfosa saat masih menjadi kepompong. Jika dikemudian hari ia tahu bahwa ia akan menjadi kupu-kupu yang indah, tentu dia akan sangat menyesal karena tidak sabar, dan mencukupkan diri menjadi kepompong saja.

Maka dari itu, kita perlu bersyukur atas karunia dan nikmat yang Allah berikan disaat-saat berat maupun ringan di kehidupan kita.

Nabi Musa dan Daud saja pernah memohon kepada Allah dan berkata :

Begitu banyak rahmat air palestina, engkau sudi Allah. kemudian bagaimana cara bersyukur padahal hakikatnya diri ini kufur.

Apa sudah yakin kalau nikmat apa saja yang sudah dicicipi dari Allah, sudah dihitung syukur?

Imam Juned Al-Baghdadi berkata kepada muridnya: Wahai murid, sesuatu disebut syukur jika saja nikmat yang Allah beri tidak dipakai maksiat.
Jika pemberian Allah dipakai maksiat, itulah yang disebut kufur.


"Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh

Ketika kita banyak mengikuti pengajian, maka praktikkanlah.

Jangan bersandar pada kecerdasan diri kita. Tetapi bersandar pada Allah yang menolong kita.
Barang siapa yang benar-benar bertakwa kepada Allah. Akan ada jalan keluar dari Allah. Ketakwaan itu membawa pertolongan Allah. Semua ini mudah bagi Allah, andai kita takwa.
Allah yang memudahkan segala sesuatu yang sulit, membukakan pintu yang tertutup. Allah-lah yang lebih tau.

Jika kita patuh kepada Allah semata, hidup kita menjadi lebih ringan.
Tidak ada yang bisa diselesaikan tanpa bantuan Allah.

Tengoklah kondisi saat ini. Banyak penghinaan, gelap dan membuat suasana menjadi keruh. Politik, ekonomi dan bidang lainnya merupakan jalan menuju Allah. Jangan ribut sama kendaraannya tetapi itulah cara tunduk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dan semuanya bermuara kepada Akhlak.

Akal menghasilkan Fikir
Hati menghasilkan Zikir
Badan digunakan untuk Ikhtiar


Rasa gelisah, galau dan merana itu terjadi didalam dada. Lalu kita patut bertanya, hati ini milik siapa?

Pada saat saat sesak dan sulit, seringkali kecerdasan tidak berarti. Maka kembalilah untuk meminta pertolongan kepada Allah.

Ketika kita hidup, ada tanda-tandanya, antara lain"

Diuji Allah.

Jika Allah mencintai kita, ia akan menguji kita dengan 4 hal :
  1. Ujian/Musibah -> Sabar
  2. Nikmat -> Syukur
  3. Maksiat -> Taubat
  4. Taat -> Ikhlas

Jika dalam ujian kita bersabar, dalam nikmat kita bersyukur, saat melakukan maksiat kita bertaubat dan saat menapaki jalan taat kita ikhlas. Insya Allah, Allah akan mengangkat kualitas kita sehingga muncul perasaan tawaddu'. Semoga kita termasuk dari bagian orang-orang yang Allah pilih yang tawaddu'.

fazkuruuniii azkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun

Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Al Baqarah: 152)


Cinta itu bagaikan generator energi. Ketika ada cinta, kita akan berjuang terhadap yang dicintai.
Ketika tau bahwa diri ini, badan ini milik Allah, tentu diri ini akan sadar termasuk dengan asupan makan setiap waktunya. Bukan perut asbak.

input halal menghasilkan rahmat
input haram menghasilkan maksiat

Seperti lebah yang hanya mengambil sari murni dari bunga, sehingga hanya akan menghasilkan madu yang murni.

Hasil/outout yang jernih dan murni itu dapat dilihat dari akhlaknya.

  • Solat
  • Ngaji
  • Puasa
  • Zakat

merupakan input untuk menghasilkan akhlak yang baik.
Orang mukmin punya outer beauty, dan inner beauty yang terbentuk dari akhlaknya

Perumpamaan sebuah jeruk, dimana saat mengupasnya ada kulit, isi dan saat dimakan ada rasanya.

Kulit atau cangkang itu adalah Syariat
Isinya merupakan Hakikat
Rasanya adalah Makrifat

Kulitnya adalah Islam
Isinya adalah Iman
Rasanya adalah Ihsan

Cangkangnya bisa dipelajari melalui ilmu fiqih
Isinya adalah ilmu tauhid
Rasanya digali dengan ilmu akhlak dan tasawuf

Pahami Three Steps of Happiness itu, untuk mendapatkan kenikmatan yang sesungguhnya dengan memaknai Islam secara kaffah.

---

Wallahu A'lam Bishawab.