Sabtu, 04 Januari 2014

Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Ah sudah lama rasanya diri ini tidak menulis. Ide di otakku sudah meninggi namun terhempas angin karena tidak dipadatkan dengan tulisan. Mahadahsyatnya tulisan yang dapat mengabadikan ide, memberi masukan, motivasi, apalagi inspirasi. Lewat tulisan kau bisa buat dinuamu sendiri. Lewat kata-kata kau bisa terhanyut dengan cerita kasih atau tertawa karena cerita komedi.

Baru baru ini aku menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tak terlintas dalam keinginanku sedikitpun untuk menonton film ini. Tapi temanku mengajaknya. Mama dan kakak perempuankupun telah menonton, wah telat aku belum juga menonton setelah lebih dari 2 minggu film itu tertambat di bioskop.

Hei akhirnya aku menonton film berdurasi 3 jam itu. Kedua orang tuaku dulu waktu muda sudah membaca buku itu. Buku hasil pinjaman di perpustakaan. Dulu perpustakaan sangat ramai, koleksi bukunyapun melimpah. Sejak orang tuaku muda, buku itu sudah tergolong kuno. Nah bagaimana dengan saat ini? Buku itu memang super kuno. Mamaku saja sudah lieur membacanya karena ejaannya masih oe, dj dan tj.

Masuk ke gedung bioskop Cibubur21 agak telat karena temanku minta diantarkan terlebih dahulu ke atm. Namun aku tak ketinggalan jauh. Nama cast yang diperkenalkan masih terpampang di layar dan narasi Zainudin baru saja dimulai.

Duduk di bangku D9-10, jadilah diriku terperangkap dalam cerita kuno yang dahsyat itu. .Herjunot Ali si pemilik suara Zainudin itu bercerita tentang dirinya yang hidup yatim dan piatu. Ia hidup dalam kondisi suku dan adat sangat dijunjung tinggi. Di Makassar ia disebut orang Padang. Di Padang ia disebut orang Makassar. Bingung ia dibuatnya. Ia meminta izin saudaranya untuk pergi ke Padang dan menuntut ilmu disana. Batipuh nama daerahnya.

Ketika teman teman menonton film itu, disuguhkanlah landscape yang indah. Sangat Indonesia. Di layar lebar, pemandangan itu seperti lukisan. Siapa saja yang melihatnya pasti ingin diajak ke Padang dan membuktikan keindahannya sendiri.

Zainudin berjalan bersama gurunya, lalu ada kereta kuda yang melintas dan membawa Hayati, diperankan oleh Pevita Pearce. Wajah Zainudin sangat terpesona. Dan Hayati yang polos itu sangat cantik dengan kerudung yang ia gunakan. Dalam beberapa kesempatan mereka dipertemukan, benih cinta yang semakin tumbuhpun dipelihara dengan baik melalui surat surat yang selalu berbalas kalimat cinta. Indah sekali film itu digambarkan. Narasi, dialog dan surat berisi syair dan puisi dibawakan dengan dialek Melayu yang kental. Sangat Indonesia.
Zainudin berperawakan kurus dengan kaus lengan panjang dan sarung serta kopiah. Hayati biasa berbaju kurung dengan kain dan rambutnya ditutupi selendang kerudung. Entah apa nama persisnya kerudung yang dikenakan itu. Kerudung, selendang  atau selendang kerudung aku tak tahu.

Kisah cinta Zainudin dan hayati yang sering bertemu di beberapa kesempatanpun telah diketahui orang banyak. Menjadi fitnah. Dan Zainudin ditolak oleh keluarga Hayati karena ia dinilai tidak beradat, bersuku, berlembaga dan terpandang karena lahir dari orang tua campuran Minang-Bugis. Zainudin diusir dan pergi ke Padang Panjang. Sebelum ia pergi, Hayati menemuinya. Adegan ini sangat indah dengan beberapa kali siluet mereka ditampilkan dengan backlight matahari yang temaram dipinggir danau. Kata kata yang diucap Hayati pun bak sajak pengguggah hati. Membuat Zainudin bersemangat meskipun harus pergi meninggalkan Batipuh. Hayati berjanji akan menunggu Zainuddin dalam keadaan suci meski harus bertahun menunggu lamanya.

Kesempatan pun tiba sangat indah. Hayati diizinkan pergi ke Padang Panjang untuk menonton pacuan kuda. Tak lupa ia sudah menyurati Zainuddin untuk dapat bertemu di pacuan kuda itu. Hayati tinggal dirumah Khadijah selama beberapa waktu selagi ia jauh dari Batipuh. Namun sayang seribu sayang. Ada seorang Aziz yang datang diperankan oleh Reza Rahardian. Ia adalah Kakak dari Khadijah. Aziz dan keluarganya sangat kaya. Bajunya pun tak lagi bergaya melayu ataupun ketimuran. Pengaruh barat sudah melekat dalam kehidupannya. Perilaku Aziz yang sering berfoya-foya, berjudi dan mabuk mabukkan adalah rahasia umum. Baju Hayatipun tak lagi menggunakan baju kurung yang sopan. Ia didandani Khadijah bak putri Belanda dengan dress dan topi lebar. Cantik. Dan Aziz semakin tertarik.
\
Sedang di pacuan kuda, Hayati dan Zainuddin bertemu dengan kondisi berbeda. Hayati tak seperti gadis polos dari kampung Batipuh yang dikenalnya. Kekecewaan dari raut Zainuddinpun sangat tampak, cukuplah membuat penonton ikut kecewa dengan pertemuan yang singkat karena Khadijah menarik Hayati untuk meninggalkan Zainuddin. Namun sayang, kemampuan Pevita Pearce berakting tidak cukup menggambarkan kekecewaan yang diterimanya, meski ia mengaku pusing saat pacuan kuda berlangsung karena niatnya ingin bertemu Zainuddin batal.


Hayati pulang ke Batipuh. Sudah datang lamaran dari Aziz dan sepucuk surat lamaran dari Zainuddin untuk meminang Hayati sebagai istri kepada keluarganya. Karena Zainuddin tidak beradat, bersuku, berlembaga dan terpandang, ia ditolak. Lamaran Aziz diterima. Hayati hanya mampu menurut. Sementara itu, ada adegan mengharukan dari Zainuddin sambil menunggu balasan dari surat lamarannya. Ia mengaji sangat dalam. Membaca Ayat Al-Quran dengan syahdu dan indah. Jika tidak salah Al-Mulk ia baca dan di adegan lain Yaasiin yang ia baca.

Sebagai penonton aku memandang adegan itu sebagai Junot. Wah alangkah indahnya jika di dunia nyata ia mengaji seindah itu. Tak satupun perempuan yang menolaknya. Berbeda jika aku menonton film yang lain, suara mengajinya diisi orang lain. Hmm ya sedikit mengecewakan. Sebagai Muslim keindahan mengaji adalah nilai tambah yang memikat. Sesumbang-sumbangnya nada yang ingin ia capai namun dalam mengaji pasti indah jika dilakukan dengan tulus dan bersungguh sungguh. Dan Junot melakukan itu. Ia jauh dari keindahan suara mengaji Qoriah. Cerita dan napas yang dalam membuat kerisauan hatinya tergambar jelas oleh getaran suara mengaji dalam film. Sangat indah.

Surat balasan pun tiba, Zainuddin bersedih karena cintanya ditolak, begitupun surat yang diterimanya dari Hayati. Hayati meminta hubungan mereka yang pernah terjalin dilupakan saja dan segera membangun persahabatan yang kekal. Hayati menikah dengan Aziz dan mereka pun membangun rumah tangga bersama. Hari demi hari semenjak lamarannya ditolak, membuat kondisi fisik Zainuddin ikut padam. Selama di Padang Panjang dia tinggal bersama keluarga Muluk. Bapak Muluk adalah guru mengaji yang hebat. Sedang Muluk anaknya malah senang berjudi di warung. Namun kesetiakawanan Muluk tak lagi dapat diragukan. Ia selalu menemani kesendirian Zainuddin pasca pernikalah Hayati. Zainuddin menggila. Dokter meminta agar Hayati datang menjenguk Zainuddin. Kabar tersebut diamini Hayati dengan diantar oleh Aziz, suaminya. Akting Reza Rahardian dalam film ini –seperti biasa- sangat bagus. menyebalkan sampai sangat kubenci. Tingkahnya yang otoriter dan sok kaya membuat ia semakin kejam pada istrinya. Zainuddin bangun dari kasurnya dan melihat Hayati, dengan setengah waras ia menyadari dengan pacar kuku di selupuh jari milik Hayati itu menunjukkan Hayati sudah menjadi milik orang lain. Apalah arti hidup ini bagi Zainuddin. Ia mengusir Hayati dan kembali meringkuk dibalik selimut.
Dibalik kesedihan yang mendalam dan hidup ditengah kemelaratan hati, ada Muluk yang membangun Zainuddin. Surat Zainuddin yang tertulis penuh sajak dan keindahanpun sudah diketahui Muluk. muluk menguatkan Zainuddin untuk menulis dan mengirimkannya ke Koran. Dengan Ujian yang dihadapi Zainuddin, itu bisa membuatnya bangkit dan mencurahkan kepeningannya dalam tulisan membentuk hikayat. Dan Teroesir adalah buku pertamanya yang berhasil dicetak. Bukunya sangat laku terjual Istilahnya zaman sekarang best seller atau mega best seller. Sebelumnya, Teroesir hanya hikayat bersambung dalam sebuah Koran namun karena peminatnya banyak dicetaklah menjadi sebuah buku.

Singkat cerita Zainuddin menjadi orang kaya dan pindah ke Surabaya untuk membangun sebuah perusahaan percetakan yang gagal dibangun oleh pemiliknya, bangkrut. Di Surabaya karir Zainuddin menanjak tajam. Ia tak lagi manusia yang terbuang apalagi terusir. Ia adalah anak muda yang berbudi baik dan terpandang. Ia membeli mobil dan membeli rumah besar di Surabaya. Bukunya terbit lagi dan banyak peminatnya,. Menerbitkan buku lagi dan meningkat jumlah peminatnya.

Sementara  itu Hayati berpindah ke Surabaya karena urusan pekerjaan Aziz. Mereka hidup masih berlebihan namun kehidupannya berangsur memburuk.  Aziz terjerat hutang dan dikeluarkan dari perusahaan. Betapa kelunya hati Hayati yang sering dibohongi Aziz. Aziz yang izin bekerja sering ke pub malam dan menjalin cinta dengan wanita lain. Awalnya Aziz berucap bahwa dinaikan jabatannya, namun itu hanya bualan. Dan terbongkar ketika penagih hutang datang padanya dan mengambil seluruh barang barang di rumah Aziz setelah perhiasan semuanya telah ludes dijual untuk membayar hutang.


Ada sebuah surat undangan datang ke rumah Aziz. Didalamnya akan terdapat Opera Teroesir. Undangan tersebut ditunjukan bagi orang Sumatera yang merantau di Surabaya. Hayati ikut membacanya dan ingin ikut ke Opera itu. Buku Teroesir sudah sampai di tangan Hayati sejak di Padang ketika temannya memberikan buku tersebut. Teroesir  Goebahan: Z begitulah tulisan disampul buku itu. Dan sadis, ceritanya memang kisah Zainudin dan Hayati.

Operapun dimulai dan tangis Hayati pecah saat ada adegan di danau ketika Hayati memberikan kerudung sebagai azimat untuk Zainudin. Kerudung itu meski murah bagi Hayati tetapi akan sangat mahal bagi Zainudin. Zainudin keluar di akhir setelah dipanggil MC. Namun namanya di Surabaya menjadi Syabir. Merekapun berbincang ketika sampai pada jamuan di rumah Zainudin yang megah. Aziz menyampaikan bahwa ia tak memiliki uang dan ingin tinggal dirumah Zainudin. Zainudinpun mengizinkannya.

Aziz dan Hayati berpindah ke rumah Zainuddin. Semua isi rumah adalah milik mereka juga, namun jangan sampai mereka melihat kamar kerja Zainuddin.

Aziz sakit dan dirawat dengan baik oleh Zainudin, sampai keadaannya mulai pulih Aziz izin pergi untuk mencari pekerjaan. Namun naas, bukan pekerjaan yang didapatkan namun kabar buruk datang kepada Hayati. Aziz bunuh diri di sebuah kamar penginapan. Melalui surat yang sempat ditulis Aziz sebelum mengakhiri hidupnya, tertulislah talak untuk Hayati. Zainudinpun diberi surat oleh Aziz yang isinya permintaan maaf karena merampas Hayati darinya.

Sumpah mati.. sumpah mati.. sumpah mati.. akuu.. ya begitulah sepanjang film tersebut lagu Sumpah Mati ini menggema. Menjadi Soundtrack yang apik dan membangun isi film. Memanglah tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan itu selain sumpah mati.

Inilah yang diakui Junot sebagai adegan tersulit dalam film tersebut. Yaitu adegan di ruang tamu ditemani tembikar yang terbakar. Zainudin mengusir hayati agar pergi ke Padang. Hayati menolaknya karena ingin hidup didekat Zainudin. Patah-patah Zainudin menolak permintaan Hayati dan menganggap Hayati telah mati. Hayati didepannya tak lain mantan istri sahabatnya. Zainudin bicara tanpa henti dengan dialek Melayu dibalut kata-kata syair nan puitis. Mempertanyakan kekejaman Hayati yang datang menunjukkan ia telah menjadi istri orang disaat Zainudin sakit. Mempertanyakan sumpah yang telah diucapkan Hayati di pinggir danau. Menunjukkan kesetiaan Zainudin dan mewujudkan keinginan Hayati dalam surat terakhirnya yaitu persahabatan kekal.


Embedded image permalink
Di Van der Wijck lah Hayati pergi ke Padang. Ia menitipkan surat kepada Muluk sebelum ia naik ke kapal besar itu. Diatas kapal besar itu ia memandangi foto Zainuddin. Setelah mengantar Muluk kembali pulang dan memberikan surat kepada Zainudin. Isinya menggambarkan perasaan Hayati dan memberikan penjelasan dalam beberapa hal termasuk kekayaan cinta yang tersimpan dalam hatinya. Kekayaan cinta tersebut belum ia berikan kepada siapapun termasuk Aziz.
Seketika Zainudin meminta diantar untuk membeli tiket ke Padang. Kemudian Zainudin membaca Koran dengan Headline Kapal Van der Wijck Tenggelam. Sontak ia kaget dan ke rumah sakit yang kemungkinan ada Hayati disana. Hayati pun ada disana dan meringis kesakitan. Zainudin menyesal telah mengusir Hayati karena dendam yang membuat melarat hatinya.

Dalam adegan ini, iler Junot mengenai kening Pevita Pearce. Pasti menjadi lelucon diantara Pemain dan crew film. Namun terlepas dari iler dan airmata yang kemana mana, akting Junot sangatlah meyakinkan. Sangat dalam. Hayati akhirnya mati dengan bisikan 2 kalimat suci yang dilantunkan Zainudin dengan terbata-bata.
Lukisan Besar Hayati dengan kalimat Permatakoe jang Hilang kini diubah menjadi Permatakoe selepas kepergiannya. Kamar kerja Zainuddin terus menjadi suntikan semangat baginya untuk bekerja dan menulis buku Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Akhir yang indah. Film yang rumit dan ternikmati. Syairnya yang kaya dengan kata-kata melayu membuat penonton semakin sadar bahwa pernah ada zaman dimana surat dan syair menjadi satu kesatuan yang penuh arti.
***
Reza Rahardian jangan ditanya lagi sama seperti ia menjadi suami jahat di Perempuan Berkalung Sorban cocok untuk jadi peran sadis kayanya hehe. Pevita Pearce cocok sih menjadi Hayati karena aku belum tau jika bukan dia siapa yang pantas mendapat peran Hayati. Untuk peran polos, tersenyum simpul ia bagus kok tapi asah lagi ya kemampuan menangisnya biar lebih mantap. Ah iya! Randi Nidji bagus aktingnya, lucunya dapet.
Herjunot Ali menjadi salah satu aktor yang patut dipertimbangkan kali ini. Keseriusannya mendalami peran Zainudin membuat penonton lamat-lamat mendoakan agar Junot didunia nyata sebaik dan berbudi seperti Zainudin. Menjadikan Al-Quran sahabat dan sandaran hidup disaat risau maupun riang. Jika Junot berpikiran untuk mencitrakan diri lewat film. Citranya sudah sangat baik. Tapi aku dengar ia ingin menambatkan diri sebagai Disc Jokey. Benarkah? Aku harap tidak begitu adanya.
Terlalu naïf jika siapapun yang terlibat tidak mengambil pelajaran dalam film tersebut. Termasuk belajar untuk terus menggantungkan diri pada Allah dan berdoa agar terus dilindungi oleh-Nya.
***

Buya Hamka, Assalamu’alaykum. Sedang apakah engkau disana?  Tahukah engkau buku lamamu sedang dicari penikmat sastra masa kini. Syair dan hikayat yang engkau ciptakan dalam sebuah buku mampu mendobrak dinding hati manusia modern di zaman millenium ini. Inginlah kami ini anak muda membaca gubahanmu yang kaya ilmu dan sarat makna. Engkau yang religius, saksi perjuangan serta sastrawan terkemuka kini didengungkan lagi namanya melalu film. Ah aku tak tahu engkau sedang apa dan dimana, semoga engkau dirahmati Allah J

 

Tidak ada komentar: