Sabtu, 16 Mei 2015

PKPA 3.0

Pagi ini aku bangun dengan terbelalak, kaget. Alarm di hp berbunyi pukul 05.00. Sudah 4 hari kebelakang aku wajib bangun pukul 4, atau ya jika sedikit malas tetap harus bangun pukul 4.30. Hari ini aku terlambat mungkin karena rasa lelah yang sudah datang. Pergi di pagi buta dan pulang setelah matahari terbenam. Itulah rutinitas yang perlu aku jalani 4 hari terakhir. Untuk menghindari macet dan keterlambatan sebisa mungkin aku bisa mendapatkan Bis Damri jam pertama. Targetku, pukul 05.40 aku harus berada di dago.

PKPA bulan Mei ini saya jalani di Kabupaten Bandung. Satu minggu di Dinas Kesehatan Kab. Bandung yang bertempat di Soreang dan selanjutnya di Puskesmas Rancaekek. 

Dengan sedikit tergesa-gesa aku mandi pagi, kemudian sholat shubuh. Berpakaian secepat mungkin aku lakukan, agar segera jalan ke dago. Pukul 05.40 aku sudah sampai di depan BCA dago. Kusudah siap menunggu bis jemputan. Hari Rabu yang lalu pukul 05.42 aku bisa mendapatkan bis tersebut, tapi ternyata hari ini berbeda. Aku harus menunggu bis lebih lama. karena, bis jam pertama sudah berangkat. Ya apa boleh buat. Mesku sudah secepat kilat, aku tak jodoh juga. Kondisi pagi di jalan dago begitu dingin. Suhunya selalu dibawah 20 derajat. Kondisi dingin tersebut seringkali membuat mulas dan jadi ingin kebelakang hehe..

Pukul 06,06 bis yang ditunggu telah terlihat. Kulambaikan tanganku dengan kuat. Agar supir dan kondekturnya melihatku yang tengah menanti-nanti. Tapi apa yang terjadi..
Bis itu maju terus.

Aku kaget. Ah ini tidak mungkin. Masa mereka tidak melihatku yang tengah cari perhatian dipinggir jalan. Mataku terpaku pada bis yang terus melaju dan berlalu. Sedetik kemudian aku baru tersadar ternyata lampu lalu lintas sedang berwarna hijau. Setiap pukul 06,00 polisi lalu lintas selalu bertugas dititik-titik rawan macet. Salah satu alasan bis untuk tidak berhenti selain melanggar aturan juga takut ditilang.

Setelah sadar dari termenung sedetik tersebut, saya langsung berlari menuju seberang. Untungnya lampu kanan kiri sedang merah. Dibawah jembatan pasopati aku berlari. Dengan rok gejet dan cardigan berkibar-kibar aku berlari. Tak lupa kulihat kanan kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang melintas. Bis itu menunggu aku yang berlari. Dan akhirnya sampai! kuraih gagang pegangan dan naik ke dalam bis. Pak supir mengatakan akupun kena pelanggaran jika bis berhenti di lampu hijau karenaku. Aku mengucapkan terimakasih telah ditunggu kepada supir dan kondekturnya, kemudian duduk di bis dengan rasa suka hati.

Sesampainya di leuwipanjang, saya langsung naik angkot soreang. Menikmati macet kopo dipagi hari, ngetemnya angkot dan lain-lain. Hanya pemandangan sekitar jalan yang sering aku perhatikan. Ada rizka fashion, ada irma (apa yah lupa) ada citra farma, ada bajigur durian yang kayaknya enak visund. Aku juga menghapalkan sepanjang jalan kopo, dimulai dari kopo bihbul, kopo margahayu, katapang, kemudian soreang. 

Sesampainya saya di kompleks pemda, seperti biasa saya berjalan kaki menuju dinas kesehatan. Rasanya senang sekali loh. Udara di soreang dipagi hari begitu bersih. Dengan matahari pagi yang menyinari (bikin serab), membuat saya kayak syuting selama berjalan kaki haha
Kantor bupati bandung indah sekali, dengan siluet pegunungan disekitarnya. Ia begitu kokoh berada di tengah pemda. Tempat ini pun menjadi wilayah yang sering dijadikan orang berfoto dan berwisata.

taken by oliv's camera


Hari ini jadwalku untuk mengantarkan vaksin ke empat puskesmas. Bersama Pak Agus dan Pak Opik kami berangkat pukul 08.00. Hal-hal yang mengandung materi kefarmasian tentu akan saya tulis di buku harian kampus. Untuk disini mungkin kutulis hal-hal yang menyenangkan, as a diary.

Kami pergi ke puskesmas baleendah, ciparay, jelekong dan pakutandang. Itu adalah nama-nama kecamatan di Kabupaten Bandung. Dengan mobil box kami berangkat membawa vaksin. Pak Opik adalah supir dinas yang memang dipercaya untuk membawa mobil dinas, termasuk membawa mobil pengangkut vaksin. Beliau sejak lahir memang jadi supir. Pengalaman beliau sungguh banyak, termasuk mengantarkan kepala dinas yang sibuk berpergian jarak jauh dan dikejar waktu. Pak Agus adalah pemegang tugas gudang vaksin. Bersama Bu Imas mereka berdua bergantian. Jika Pak Agus melakukan perjalanan dinas, Bu Imas akan menjaga gudang vaksin, begitupun sebaliknya.

Selama perjalanan banyak hal yang mengalir begitu saja sebagai bahan pembicaraan. Mulai dari batu akik, masalah artis dan prostitusi, goyang dribel, ramalan, jokowi, obama, KAA, burung kenari, pengalihan isu ini dan itu, korupsi, dan masih banyak lagi yang lainnya. Mengobrol dengan bapak-bapak itu cukup seru. Jika saya mulai diam, Pak Opik bertanya, 'neng mabok?'. Padahal aku sedang menikmati alam kabupaten bandung yang menyejukkan.

Sesampainya di puskesmas, Pak Agus bercerita tentang keluh kesah mengantarkan vaksin. Ada yang menerima beliau dengan baik, ada yang biasa saja atau bahkan seperti diacuhkan. Kondisi tersebut tentu banyak penyebabnya, termasuk kebiasaan dari setiap puskesmas. Di puskesmas pertama kami masing-masing mendapat sebotol es-tee. Alhamdulillah penyegar suasana mehehehe.

Puskesmas terakhir adalah puskesmas pakutandang! Yey kali ini kami langsung ditawari kopi. Aku diam diam bingung gitu mau jawab apa.

kopi istimewa
Setelah menempuh 3 puskesmas berjam-jam lamanya, di puskesmas terakhir kami diberi 3 gelas kopi panas dengan gorengan. Lontong isi oncom, ubi, risol, bala-bala ya semacamnya. Rasanya memang masih sangat lokal. Enak. Lucunya, Pak Opik merasa ada yang kurang, yaitu sambel oncom. Dasar tamu kurang ajar yah Pak Opikpun ke pedagang gorengan minta sambel oncom. Sambel yang diberikan cukup banyak. Kemudian Pak Opik berpikir kembali, wah ini gorengannya kurang. Dengan uang 2000 rupiah dari Pak Agus, Pak Opik malah membeli 3 gorengan dengan bonus 3 lontong lagi dengan alasan sambel oncomnya masih banyak wqwqwqwq.

Disela-sela canda tawa kami sambil menghabiskan suguhan Pak Aguspun berkata "Ya Bapak juga tahu ti tamansari subuh-subuh da moal sarapan". Mungkin nafsu makan saya terlihat sangat baik ya hehe

Apapun yang terjadi hari itu, bukan karena teh botol, kopi, gorengan ataupun nilainya. Tapi niat untuk memberi dan menyenangkan hati orang lain adalah kunci utamanya. Meski tanpa makanan, senyum dan rasa terbuka ketika tamu datang menjadi hal yang menyenangkan bagi tamu.
Semoga tindak tanduk kita bisa menjadi pribadi yang lebih menghargai tamu dan mudah membuat senang orang banyak.

Dan Alhamdulillah, setelah menunggu bapak-bapak itu solat Jum'at akhirnya kami menuju Pemda kembali. Kali ini kami melewati Kecamatan Arjasari, kami juga melewati kediaman Pak Agus. Dengan jarak 22 km, setiap hari Pak Agus touring dengan motor 5 tahun lebih lamanya ke kantor Dinkes di Soreang. Sebelumya beliau adalah petugas imunisasi dibeberapa puskesmas selama 20 tahun. Untuk ukuran beberapa kali ke soreang dari tamansari masih jauh rasa lelah yang didapatkan Pak Agus. belum lagi jalan Arjasari yang berkelok dan masih rusak membuat jalanan lebih sulit. Semoga Bapak sehat terus dan usaha yang dijalankannya lancar :) Aamin.


Saya dan Pak Agus, foto sama Pak Opik ga keambil :( hixx