Rabu, 22 April 2015

PKPA

Menulis adalah sebuah hobi, mengisi waktu luang. Tetapi untuk membuat tulisan yang berbobot perlu pemikiran luas dan tajam pada pokok persoalan. Itulah yang menjadi salah satu hambatan saya dalam menulis. Selain itu, ide yang mucul terkadang datang sebaris dua baris kemudian hilang karena tidak dicatat. Disitu kadang saya merasa sedih. Termasuk kalimat baru untuk frasa cool, calm and cheerful yang sudah waktunya diganti.

Cool, calm and cheerful sebenarnya adalah sebuah doa. Supaya saya tetap tenang (karena gampang rusuh-red) juga bisa menempatkan keceriaan di saat yang tepat. Entah doa itu telah terkabul atau belum, tapi begitulah tujuan saya menempatkan frasa itu pada header blog.

Dari sejumlah blog yang pernah saya buat, syukurlah ini yang paling istiqomah. Istiqomah atau continuous adalah sesuatu yang sulit diterapkan. Sebagai perumpamaan misalnya, mudah saja kita membeli bibit cabe rawit di pasar, kita tebarkan kemudian diambil hasilnya. Tapi lama kelamaan rutinitas itu tidak dijalankan karena ada tantangan ketika mulai bertani. Mulai dari ketersediaan lahan, air, cahaya dll yang harus diurus saat menjalankannya. Membeli bibit cabe rawit adalah hal yang mudah, tetapi keistiqomahan saat menanam hingga panen merupakan hal yang sulit. Apalagi kita sibuk dan dan dan dan... excuse.

"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit", HR. Muslim no. 783

3 bulan belakangan ini saya disibukkan dengan PKPA. PKPA adalah Praktek Kerja Profesi Apoteker. Program PKPA dijalankan ketika sarjana farmasi mengikuti pendidikan profesi apoteker. Untuk di kampus saya, semester satu kuliah dan semester 2 program PKPA ini yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswanya.

Februari-Maret saya PKPA di Rumah Sakit Muhammadiyah. Bulan April di Apotek Kimia Farma 58 Pasir Kaliki (siapa tau ada yang mau nengok) dan terakhir, Insya Allah di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. PKPA diberbagai tempat itu cukup membuat excited, namun excited saja tidak cukup. Banyak sekali hal yang kita akan lebih tau jika praktik di lapangan. Materi kuliah yang sering dianggap tidak penting, tidak didengarkan, menjadi sangat penting dan menyesal karena tidak mendengarkannya saat kuliah. Ya begitulah.

Bagian tersulit bagi saya adalah menulis buku harian. Sulit karena sering adanya penundaan saat mengerjakannya. Meskipun sudah dicatat di kertas lain mengenai poin yang kita bahas tetapi jika belum dipaparkan dalam buku harian, artinya buku harian belum ditulis. Untuk melakukan hal rutin seperti inilah yang sering didatangi rasa malas. Sehingga saya selalu berusaha memotivasi diri sendiri. 

"tak mengapa selangkah dua langkah asalkan tidak berhenti"

Sebagai calon apoteker, kesadaran-kesadaran kemanusiaan memang wajib ditumbuhkan sedini mungkin. Kapanpun selagi ada kesempatan. Berpartisipasi pada balai pengobatan, aktif dalam kegiatan sosial, dll adalah cara-cara menumbuhkan kesadaran kemanusiaan itu sebelum PKPA. Sehingga saat PKPA tidak gugup dan ragu lagi jika bertemu dengan pasien. Paham bagaimana fungsi apoteker ketika menjalankan perannya.

Dari PKPA yang telah saya jalani hampir 2/3-nya, didapatkan sejumlah pelajaran, tangible maupun intangible knowledge. Kita jadi tahu, bahwa sebuah pengajaran tidak hanya diberikan oleh guru/dosen di sekolah/kampus, tetapi juga di lapangan. Guru di lapangan mengajari kita hal teknis yang biasanya kita hanya mampu membayangkannya di dalam kelas. Tentu orang-orang yang mengajari saya ketika PKPA adalah guru yang akan saya ingat dan doakan selalu. Jariyahnya tidak terhitung dan semoga menjadi amal penolongnya. Ketika terinspirasi, kita ingin melakukan hal yang sama saat kami sudah profesional nantinya.

PKPA ibarat setengah dunia nyata, kadang-kadang kita harus memainkan peran karena ini bukan comfort zone kita. Menghapus sifat buruk dan menambah sifat baik. Hal tersebut terkait perkenalan dengan orang baru dan tata cara bersikap. Kondisi ini harus dijalankan agar kedepannya bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dalam dunia nyata sikap buruk dan baik kampus satu dan yang lain begitu terlihat jelas. Sehingga seiring berjalannya waktu, kita sambil belajar bagaimana menjadi 'tamu' yang baik saat PKPA.

PKPA membuka wawasan kita tentang banyak hal. Salah satunya tentang tempat tinggal kita sendiri. Saya baru tahu kalau Bandung terdiri dari 30 kecamatan, 153 kelurahan dan terbagi atas 6 wilayah ketika saya bertemu seorang kakek di apotek. Ceritanya saya sedang memberikan kuisioner terkait tugas yang diberikan apotek, sambil mengisi kuisioner, kakek tersebut bercerita tentang hal terkait kota bandung. Kemudian, saya langsung berkaca diri : 'Hei kemana aja kamu hampir 5 tahun di Bandung'.

Di keseharian, bahasa sunda menjadi bahasa sehari-hari yang digunakan di tempat saya PKPA. Meskipun tinggal di Bandung, khasanah bahasa sunda saya masih buruk karena jarang digunakan :(. Sebisa mungkin kita harus belajar dan menyesuaikan agar lebih mudah saat beradaptasi.

Hikmah yang tersaji tak terhitung jumlahnya.Banyak sekali hal yang bisa dibagi dan dipelajari ketika kita sedang praktek di lapangan. Banyak juga kenangan yang terukir di dalam hati. Apakah itu haru, ragu, malu, sendu ataukah itu menebar tawa atau bahkan menguras air mata.

 

Rizka Triani - 22 April 2015
PKPA Apotek KF 58

me:ran:tau

Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang).

Merantaulah…
Kau akan dapatkan pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan (kerabat dan kawan).
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan..
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, akan keruh menggenang.

Singa jika tak tinggalkan sarang, tak akan dapat mangsa..
Anak panah jika tak tinggalkan busur, tak akan kena sasaran.

Jika matahari di orbitnya tak bergerak dan terus berdiam..
tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang.

Bijih emas tak ada bedanya dengan tanah biasa di tempatnya (sebelum ditambang).
Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan.

Jika gaharu itu keluar dari hutan, ia menjadi parfum yang tinggi nilainya.
Jika bijih memisahkan diri (dari tanah), barulah ia dihargai sebagai emas murni.
———————————————————————————————-
Merantaulah…
Orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hidup asing (di negeri orang)



Kata-kata mutiara dari Imam Asy' Syaf'i tersebut telah luas didengar, sering kali dipublikasi. Namun ada kalanya kita perlu lagi membuka catatan dan membaca kalimat yang sama itu.  Menjadi orang yang hidup sendiri di kampung yang lain bukanlah penderitaan. Bukan pula kesedihan yang tidak tertahan. Menjadi pribadi yang mandiri adalah tujuan. Demi eksplorasi diri yang tak berkesudahan. Manfaat diri pun berkembang agar berguna bagi masyarakat.

*hal ini pernah saya tulis disini