Selasa, 12 Maret 2013

Mahasiswa Pendidik


Mahasiswa. Identitas yang begitu angkuh terasa. Kata Maha didepannya bukan untuk disalahgunakan. Unjuk gigi tanpa tahu tujuan dan landasan, mahasiswa. Mahasiswa muda mudah terbakar emosi. Dengan status barunya, mahasiswa dengan lugas mengatakan Ya pada kebenaran dan mengatakan Tidak pada keburukan. Tapi apa Anda pernah berpikir bahwa mahasiswa itu mengemban amanah lebih dari itu?
            Kehidupan mahasiswa diperantuan memaksa para mahasiswa muda mencari tempat berlindung dari ancaman dan bersembunyi dibalik ketakutan. Mahasiswa muda ini terkadang terperosok jauh dalam kehidupan kampus yang hedonis dan konsumtif. Belum lagi pandangan hegemoni dan ateis disana-sini. Mahasiswa muda ini butuh jalan dan cara untuk tahu posisi dan peran untuk dirinya.
            Dalam kaderisasi kampus, semua digeneralisasi. Setiap mahasiswa dianggap sama dan dianggap memiliki posisi dan peran yang sama dalam kemajuan Indonesia. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, tidak juga sepenuhnya benar. Pendidikan yang terlalu digeneralisasi menghasilkan angkatan yang sama, umum, dan seragam. Padahal, Indonesia butuh yang lebih dari itu. Indonesia butuh lebih dari pada mahasiswa yang memiliki keseragaman berpikir.
            Kesempatan mendidik mahasiswa muda sering terpotong SKS dan waktu kuliah. Jangan-jangan waktu kuliah pun telah melibatkan tangan Asing. Bagaimana tidak, kami dibuat tidak memiliki waktu cukup senggang untuk melakukan kajian mendalam dan berakhir aksi dipinggir jalan raya. Waktu kuliah kami dibatasi hanya 6 tahun, yang semula bisa sebebasnya kapan lulus.
Status mahasiswa dimaknai berbeda oleh setiap orang. Sistem kaderisasi pada mahasiswa ini perlu menyesuaikan dengan makna mahasiswa yang diembannya. Mahasiswa memiliki peran strategis dalam membina hubungan antar kampus. Membangun solidaritas dan membawa ilmu pengetahuan dan teknologi ke arah yang lebih berdaya.
            Jurnal menumpuk di pojokan perpustakaan tak terbaca. Ribuan buku usang tertata rapi pada lemari mahal hasil pembelian uang rakyat. Mahasiswa, meskipun ada kata maha didepannya, tak boleh tahu berapa pengeluaran renovasi perpustakaan yang mencapai ratusan juta rupiah. Sementara mahasiswa ini ingin mengetauhi dari mana dan bagaimana penggunaan uang rakyat, mahasiswa lain sedang sibuk mengajari bocah ingusan yang 2 bulan lagi akan menghadapi ujian nasional setingkat Sekolah Menengah Atas.
            Setiap mahasiswa dan umumnya semua makhluk dibumi ini hanya memiliki 24 jam setiap harinya. Bila dalam 1 hari, 7 jam Ia tidur. Dalam 20 tahun sudahlah Ia terlelap dalam 7 tahun. Itulah yang membedakan manusia gemilang dan manusia tidak produktif. Bagaimana ia memanfaatkan waktu hidupnya yang berharga pada hal-hal yang bermanfaat.
            Sayangnya, sulit membentuk mahasiswa yang dapat menghargai waktunya untuk menjadi manusia paling bermanfaat. Karena tidak ada apresiasi untuk ini dan tidak ada sanksi sosial bagi yang tidak melakukannya. Apresiasi hanya sering dilakukan pada acara hiburan semata.
            Pembentukan mahasiswa-mahasiswa yang kedepannya akan bermanfaat perlu mendapatkan pendidikan berjenjang dan visioner. Kita hidup untuk hari ini dan kedepannya. Mahasiswa biasa, kurang ambisisus terhadap masa depannya. Ada mahasiswa yang senang makan makanan mewah dan berkongkow bersama sahabat berbikininya di pinggir kolam renang, bercanda, tertawa sambil sesekali menyeruput lemon tea. Hedonisme. Itulah realita yang ada saat ini. Dan jangan sekali kali kita generalisasi bahwa semuanya memiliki harta yang berlimpah. Karena kita tidak tahu.
            Kampus adalah miniatur negeri, lewat kampus para pendidik bisa tahu seperti apa Indonesia 15-20 tahun kedepan. Karena lewat tempat inilah ia akan berkembang dan menjadi motor pembangun bangsa, bukan perusak bangsa. Jika sudah kita liat bahwa kampus sedang sakit kronik, kita tidak boleh membiarkannya mati. Oleh orang-orang hebat, kampus dihidupkan dan diberi pelita ilmu yang sangat fundamental, yaitu kebermanfaatan.
            Solusi dari permasalahan yang telah diungkap secara tidak runut oleh penulis adalah kaderisasi berjenjang dan maju. Dalam tahapan kaderisasi masuk kampus, ia akan bertemu dengan pendidik kemudian bertemu lagi dengan pendidik saat masuk ke himpunan mahasiswa jurusan. Kemudian ia memilih kearah mana jalan ia bisa pijakkan. Kaderisasi yang menjadikan bibit baru atau mahasiswa muda ini sebagai objek adalah potensi yang perlu dimaksimalkan. Agar angkatan yang baru ini dapat lahir dan tumbuh sebagai manusia yang mengerti kebermanfaatan.
            Dibalik kesuksesan mahasiswa yang berhasil membentuk Indonesia Berdaya, terdapat angkatan mahasiswa pendidik yang concern dan mengerti bahwa pendidikan kehidupan perlu diasah dikampus. Dengan gerakan massive dan satu visi, siapa yang menolak bahwa Indonesia berdaya akan segera tercipta?
Berdaya dengan kekuasaannya, berdaya dnegan ilmunya, berdaya dengan emosinya, berdaya dengan kekayanaan alam dan lingkungannya.
            Siapa yang tidak senang ketika diapresiasi karyanya? Indonesia ini begitu banyak memiliki peneliti, akademisi, seniman dan macam profesi lain. Namun, tidak ada apresiasi mendalam bagi mereka dan menjadikannya semangat bagi orang lain untuk terus maju. Sikap sering mengapresisasi pun salah satu bentuk pendidikan kaderisasi bahwa yang memberi manfaat perlu diapresiasi.
            Dalam membentuk Indonesia Berdaya, perlu lahir pemimpin yang mampu membuatnya. Pemimpin lahir melalui proses yang dalam dan mengakar dalam kepribadiaanya. Kelahiran pemimpin pemimpin baru sangat dinanti, namun tak banyak yang serius untuk menanam benih si pembawa berkah ini. Untuk itu ditempat menimba ilmu sudah selayaknya pengembangan karakter pemimpimpin yang berintegritas tinggi dengan semangat kebermanfaatan perlu dilahir kan. Dan, mari kita apresiasi pemimpin angkatan mahasiswa pendidik yang mampu membuat sistem kaderisasi yang sempurna demi perbaikan Indonesia menyeluruh demi menggapai Indonesia Berdaya.

Fakta : 5 kata nyebelin

1. cie

Suka nonton Para Pencari Tuhan ga? Itu tuh sinetron seru yang cuma ada di bulan Puasa. Eh tp sekarang mau ditayang ulang sih. Nah di sinetron itu ada peran orang yang sebentar sebentar ngomong cie,sebentar sebentar ngomong cie, si Bonte. Misalkan ada orang berdua, pak ustad sama istrinya, lagi berantem eh tiba tiba dia ngintip dan ngomong cie cie cieee akrab banget nih *dari jauh*. Pak ustad sama istrinya pasti makin berantem gara-gara nih oknum. Kalian harus nonton, ini super annoying. Kalo dikehidupan sehari-hari pasti pernah di cie in sama temen. Contoh:
Temen1: ya aku kan kesel, masa dia foto ama cewek nempel banget
Temen 2: cie *tersenyum simpul dan mata mengerlip*
Yakin deh temen 1 pasti bete kalo digituin hahahaha

nah ini waktu bonte nyiein pak rt sama bendahara rt
2. masa sih

lagi serius serius cerita, eh dibilang masa sih dengan nada annoying limit mendekati maca cih. males banget nih rasanya

3.ekhem

nah ini biasanya orang suka berdehem ga nyantai kalo lagi ada sesuatu yang perlu di ekhemin

4.ciyus miapah

kalo kata raditya dika, yang ngomong ciyus miapah pertama kali harus ikut antri dibelakang kambing Idul Adha. emang kenapa? ya lo pikir aja sendiri
nah kalo kata dosen gue nih, kata kata ciyus miapah ini menyakiti hati dia dan membuatnya menangis pas beliau baca di koran Pikiran Rakyat edisi 28 Oktober 2012. bener bener nih ungkapan annoying yang juga menyakiti huhuhu

5.Boleh

nah boleh ini bukan boleh biasa, tapi boleh pasar baru!
cobain aja deh lo jalan-jalan ke pasar baru mencari baju bagus dan murah atau sambil ngeceng aa atau teteh alay, dan sabar ya kalo tiba tiba ada teriakan dari sudut yang lo ga ketahui : 'Boleeh kaka masuk aja' dan membuat lo menghadap ke arah suara itu muncul sambil berkata dalam hati '$#^&#&()#!@#&*^%$#^*():?#$%^'
sebenernya kata boleh ini ada di KBBI, namun jika penggunaannya ga sesuai bisa jadi annoying.


Nah cuma 5 kata nih yg bisa saya rangkum. Ada tambahan? silakan! ;)