Senin, 30 Oktober 2017

Klasik

Tanpa sadar kita semua menulis. Sejak kecil kita menulis. Merangkai huruf a, b, j, h hingga z menjadi kata-kata dasar. Gabungan dari vokal dan konsonan itu kemudian menjadi bahasa yang dapat dimengerti. Alat komunikasi persatuan bangsa. Meskipun diawal, -ny dan -ng terasa sulit. Namun lihat, bagaimana dengan sekarang? Kebiasaan itu telah membentuk kita. Yang sulit itu jika dibiasakan menjadi mudah, setidaknya bisa.

Kita telah mengetahui bersama jikalau menulis mampu memadatkan ide. Sarana yang baik untuk melatih kecerdasan emosional kita. Selain itu, dengan menulis kita bisa memiliki agenda harian, dapat mengevaluasi besar pengeluaran hingga mencatat resep masakan. Terlebih dari itu, rajin menulis dikelas membuat gerak kinestetik dan visual kita lebih terasah. Selagi pikiran ini lupa terhadap suatu pembahasan, tulisan-tulisan itulah yang mampu menolong kita untuk mengingat kembali apa yang telah kita catat.

Begitu banyak manfaat tulisan hingga akhirnya menulis menjadi budaya masyarakat terutama yang sudah mengecap manisnya dunia pendidikan. Namun ada saja yang membuat menulis menjadi rumit dan susah, yaitu diri sendiri. Diri ini seringkali membatasi. Seakan paling mengerti tulisan sendiri dan menghakimi sendiri karya tersebut. Kita seringkali tidak mempersilakan orang lain menilai, atau setidaknya memberikan kita saran. Dengan tujuan mulia: agar karya tersebut menjadi baik, bukan menjadi alasan untuk lari dari kegiatan menulis.

Problema dalam kepenulisan adalah sebuah keniscayaan. Seribu motivasi pun terkadang tergerus hingga halus bersama debu yang tertiup angin karena rasa malas dan enggan. Mereka menumpuk di dalam pikiran, hati dan perangai kita sehingga tangan ini sulit menulis. Berat rasanya. Meskipun terkadang muncul penyesalan karena telah membiarkan imaji menguap sempurna. Kita tidak pernah tau, apakah yang kelak akan membantu mengangkat kita ke surga. Mungkin itu tulisan kita. Ya. Betul sekali. Mungkin itu tulisan kita. Tulisan yang tanpa sengaja memberi pencerahan kepada orang lain. Bermanfaat. Kendati ragu dalam prosesnya sekalipun.

Deret huruf yang pada mulanya hanya menuangkan ide dan gagasan, ternyata sebuah penemuan fenomenal. Ide dan gagasan yang brilian itu kemudian mengubah cara pandang, tingkah laku hingga cara bersosialisasi pembacanya. Tak ayal si penulis mendapatkan kebaikan tak hanya di dunia tapi juga di alam baka. Impian banyak orang yang mempercayai kehidupan akhir setelah mati.

Siapa yang mau?

Alangkah bahagia orang yang mampu berbahagia karena tulisannya bermanfaat bagi orang banyak. Lagi-lagi bukan karena orang lain kita mampu menulis. Kepercayaan, penghormatan, dan pujian dari orang lain hanya menjadi bonus akan tugas yang kita selesaikan. Menulis sampai ide kita habis.

Yang paling terutama adalah kesungguhan dari dasar diri sendiri. Bahwa aku menulis untuk diriku. Kelak diriku perlu dibantu. Ketika terperosok dan tanganku tak tergapai tali, ada secercah harapan yang muasalnya dari tulisanku. Ia berbentuk uliran kain putih yang bersih dan cantik, membawaku ke tempat yang Maha Indah. Disana kita melihat pemandangan yang asri, sejuk. Di bawah pohon besar dan rimbun, aku kembali menulis. Menulis sajak-sajak indah, berprosa, berpuisi atau sekedar membuat cerita pendek. Menulis sampai ide kita habis.

Lelahlah menulis jika ide kita telah habis. Maka menulislah selagi ada kesempatan. Hapuslah alasan yang dibuat diri sendiri, agar hidup ini lebih berarti.

Jangan ragu menulis. Sekalipun ujian bolak-balik mendera. Tak perlu mencari alasan untuk berhenti, karena ia akan selalu datang meski tak diundang. Maka buang jauh segala kerangkeng yang membatasi. Bersiaplah terbang menuju angkasa.

Perjuangan dengan pena akan mengukir yang tak pernah kita duga sebelumnya.

Minggu, 29 Oktober 2017

Resensi Buku - Negeri Para Bedebah

Dikisahkan Thomas, seorang konsultan keuangan internasional. Ia sering diundang untuk menghadiri konferensi. Pengundangnya rela membayar mahal untuk segala speech yg diberikan Thomas. Ujarannya acap kali benar. Sudut pandangnya luas dan tak berujung. Sebagai konsultan yang sangat sibuk -melebihi kepadatan jadwal presiden-, ia juga memiliki cara untuk melepas rasa suntuknya hingga rasa marah dalam suatu wahana. Petarungan.

Tak dibisa didebatkan lagi, karakter yang diciptakan Tere Liye sungguhlah kuat. Penjabarannya sempurna. Tak dibuat sedikitpun cela bagi pembaca untuk bernapas apalagi kemampuan untuk menebak kisahnya. Aku mencoba menilai pada Bab 1, pada awalnya aku kira ini tentang seorang wartawan. Karakter wartawan diawal sudah sangat kuat. Namun belakangan kisahnya menjadi berbeda. Wartawan itu malah menjadi peran pembantu saja yang juga kuat untuk membuat karakter utama lebih hidup. Sebuah pelajaran yang sangat cocok bagi penulis pemula. Membuat cerita tak mudah ditebak di bab awal, malah membuat pembaca penasaran dan bertanya : ‘kok kisahnya gini?’, tak sesuai dengan tebakan.

Kisah Bank Semesta dan kehidupan masa kecil Thomas bergantian maju mundur dipaparkan penulis. Rasa deg-degan muncul tiap kali Thomas berada dalam keadaan terhimpit. Ia hanya punya waktu 2 hari untuk menyelamatkan Bank Semesta. Intrik dan masalah yang terjadi dibalut dengan dendam masa lampau menjadi bumbu tak terelakkan pada setiap kata. Pembaca ternganga-nganga akan semua penjelasan dan ilmu yang dihantarkan sekaligus oleh penulis. Kesal pada negeri tersebut tergambarkan secara lugas. Namun, bukan berarti isinya kesal semua, ada bagian bagian yang membuat kita tertawa karena lucu juga. Seperti seorang pion yang melapor pada komandan terkait tokek. 

Hebatnya Tere Liye. Ia menulis dengan fokus meski ada cerita menarik pada sisi-sisi cerita utama. Kisah romansa Thomas-Maggie dan Thomas-Julia misalnya. Hal tersebut juga membuat aku penasaran dan berharap dilanjutkan. Kalau saja ada produser yang berani mengangkatnya menjadi sebuah film, aku yakin tak perlu banyak kepala untuk lebih menajamkan kisahnya. Setiap jengkal ulasan pada buku tergambar sempurna di lapangan imajinasiku. Percakapan, ilmu, nilai moril yang disisipan, ceritanya, semuanya sangat padat dan mampu diolah menjadi tayangan berdurasi 120 menit.

Aku juga mulai membayangkan aktris dan aktor mana yang cocok membintanginya. Tokoh Ram si pengkhianat, Rudi, Kadek, Opa, Om Liem, Julia, Maggie, Erik, Sang Pangeran, si ATM Partai, serta dua bedebah, Tunga dan Wusdi.

Teman-teman sudah baca? Aku sendiri tak mampu menguraikan kekurangannya. Semuanya terlalu aktual dan tajam untuk sebuah novel fiksi. Data pendukungnya paripurna. Riset yang dilakukan penulis tidak main-main. Kisahnya membuka mata dan hati kita.

Di negeri pada bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyataDi negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumahTetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan berkhianat

Salah satu karya terbaik Tere Liye ❤️

Sabtu, 28 Oktober 2017

Pernikahan Alisa



Ayah Alisa pergi tanpa kabar dalam 4 tahun terakhir. Entah mengapa hal itu membuat Alisa gamang. Esok ia akan menikah.

“Bunda”

“Apa sayang”

Sambil menyisiri rambut Alisa yang panjang, ibu Alisa mencoba tetap tegar menjawab setiap pertanyaan anaknya itu. Bundanya sudah tau. Alisa pasti mencari kemana ayahnya pergi. Namun sebagai ibu, tentu saja ia tak ingin terlihat lemah. Meski sesekali terdengar getaran di setiap kalimatnya.

“Ayah benar ga bisa dihubungi bun?”

“Mau bagaimana lagi sayang”

“Aku ingin ayah kesini!”

Alisa beranjak dari kamarnya. Ia pergi dan tak menghiraukan ibunya. Terlihat semburat kecewa di mata bunda Alisa tentang apa yang dilakukan anaknya.

Dalam suasana yang penuh dengan kekecewaan, Alisa mulai mencari cicuk, kucing kesayangannya.
Mereka berdua hanya berkomunikasi satu arah. Cicuk adalah pendengar yang baik. Ia tak pernah mengeluh dan merasa bosan terhadap setiap pernyataan atau kebanyakan pertanyaan Alisa. Selama ada sedikit elusan dan kecup sayang dari Alisa, Cicuk tetap setia.

Cicuk digendong Alisa saat menaiki tangga. Sesampainya di loteng, kucing itu turun dan berlari ke arah sebuah taman. Rooftop Esa yang menjadi tempat perenungan bagi Alisa. Lokasi rumah yang berhimpit, memungkinkan Alisa untuk ke atap tetangganya dengan mudah. Keberadaan ruang kosong yang minim juga membuat atap Alisa dan tetangganya bak taman. Bunga-bunga cantik dan anggrek menghiasi, digantung dengan rapi oleh ibu Esa.

Pada kursi panjang hijau botol itu, Alisa duduk. Biasanya Esa akan datang. Suara Alisa yang sedang curhat dengan Cicuk seringkali terdengar ke kamar Esa.

“Cicuk, aku udah cari ayah ke kantornya, menghubungi om ari, om febri, pak budi, dan pak agus untuk mencari ayah. Aku juga sudah ke tempat fitness ayah, bertemu coach Barly dan resepsionis disana. Kata mereka ayah sudah off dari tempat itu 2 tahun terakhir. Aku harus nyari ayah kemana lagi cuk”

“Meong”

“Besok aku menikah tapi dinikahkan oleh Om Burhan. Om Burhan baik sih, baik banget, udah kayak ayahku sendiri. Tapi kan aku punya ayah”

Alisa mulai merengek rengek. Alisa menatap matahari yang jauh di langit berharap bulir air yang akan turun dari mata Alisa segera menguap bersama sinarnya yang terik.


***

Saat pernikahan yang dinanti tiba. Semalaman bunda tidur bersama Alisa.

“Bun.. maafkan Alisa ya jika beberapa hari ini, aku tak seperti Alisa yang biasa. Aku pergi kesana kemari. Aku menangis tiada henti. Aku marah pada semua keadaan ini...”, 

Alisa memeluk ibunya sendu. Matanya dibiarkan Alisa berlinang dengan pedih.

“Bunda hanya mampu mendoakan yang terbaik untukmu sayang”

Tak kalah pilunya dengan Alisa, bunda yang tegarpun tak mampu menahan air matanya. Percakapan tadi malam tak berlangsung lama. Bunda mengingatkan Alisa untuk jangan menangis lagi. Jikalau terlalu sembab, esok hari akan berlangsung lebih suram.

Pukul 3 pagi Alisa, Bunda, dan keluarga terdekat sudah tiba di gedung acara. Esapun diajak sedari pagi oleh Alisa.

Selesai Alisa di make-up, Esa masuk ke ruang rias.

“Alii! Selamat yaa akhirnya hari ini datang jugaa"

“Ecaaaa huhuhu”

Mereka memiliki panggilan masing-masing. Alisa yang perempuan malah dipanggil Ali oleh Esa. Esa yang laki-laki malah dipanggil Eca yang umumnya menjadi nama panggilan seorang perempuan.

“Udah udah jangan bawa-bawa perasaan yang lalu. Lo kan udah janji. Bahagia ya lii, senyum yang indah sepanjang hari ini okeey? Ibam kan baik, kekasih dambaan lo”

Alisa memeluk Esa dengan kuat. Esalah yang semestinya ada dihadapan Ayahnya hari ini. Mengucapkan ijab qobul untuk menikahi Alisa. Namun setelah semua terjadi, Alisa akan dinikahi Ibam. Teman sekolah sekaligus anggota band ‘Daun' bersama dengan Esa.

“Gue ga bisa ngomong apa-apa, makasih banyak caa.  Please, ada terus buat gue ya”

“Iya aliku sayang”

Mereka pun bertatapan. Tersenyum satu sama lain untuk saling menguatkan.

Ayah dan Bunda Alisa bercerai 4 tahun yang lalu. Sejak itu ayah Alisa sulit dihubungi apalagi ditemui.

Akad nikah Alisa pun diwakili oleh adik dari Ayah Alisa, Om Burhan. Meskipun ada air mata, bukan berarti kesedihan akan terus mendera. Alisa terlihat bahagia di pelaminan bersama Ibam.

Jumat, 27 Oktober 2017

Bondi dan Puppy

Seorang anak menatap cermin penuh dengan berani. Cermin dengan tinggi satu meter itu cukup memantulkan cahaya sehingga seluruh bagian tubuh seorang anak kecil dapat terlihat sempurna, utuh. Dengan kreativitasnya ia menggambar pola superman dengan lipstick merah ibunya pada permukaan cermin itu. Tubuhnya menjadi kanvas utama untuk digambar menjadi superman. Mula-mula ia membuat pola segitiga, kemudian tergambar bentuk celana khas superman. Ia pun senyum-senyum sendiri sambil menghadap kaca,. Terlintas di pikirannya ‘hmm, sepertinya ada yang kurang’. Tangan mungil itu mulai mengarsir gambar disekitar cermin. Menjorok ke sisi untuk lebih membingkai badannya. Sempurna untuk menjadi jubah superman. ‘Taraaa!’, si kecilpun tertawa dengan riang. Sambil bertolak pinggang ia merasa puas. Dengan baju dan celana panjang berwarna biru, Ia telah menjadi superman. “Cukup sudah”, katanya. “Aku sudah persis superman”, kata anak laki-laki itu lagi dengan bangga.

Si anak lupa bahwa ia membutuhkan huruf S dibagian dadanya. Seekor anjing ajaib meraih lipstick yang sudah tergeletak dilantai dan mulai mengarsir bentuk yang menyerupai huruf S. Anak itu terkesima. Bahwa rekan yang sering diajaknya bercanda dan menonton acara di televisi itu telah membantunya menjadi superman yang sempurna. ‘High Five!’, mereka bertepuk satu sama lain, sebuah bentuk rasa bahagia sekaligus kekompakkan.

Seketika, saat menghadap cermin besar lagi-lagi kucing ajaib melihat sebuah kekeliruan. Kali ini memang tidak ada kekurangan pada gambar di cermin. Gambar itu sudah cukup membuat si anak seperti superman. Namun, anjing kecil itu khawatir. Anak itu terlalu bangga dan cenderung overpower. “Puppy, aku adalah seorang superman. Aku akan memberantas kejahatan dengan gagah berani. Aku bisa terbang kemana saja dan menembus ke langit”. Anjing kecil mengangguk tanda setuju. Jubah, celana, dan huruf S yang terpasang tak pernah bisa menggambarkan kepribadian superman, sekalipun si kecil itu berhasil terlihat seperti superman. Ia membutuhkan sesuatu yang tak kasat mata untuk menjadi superman. Hal yang esensial itu adalah sebuah perangai. Sebuah kepribadian. Sebuah karakter yang kuat, berani sekaligus baik, tidak berlebihan dalam menggunakan kekuatan, dan melakukan kebajikan untuk kepentingan umum.

“Bondi, boleh aku memberikan saran untukmu?, kata Puppy ragu-ragu.
“Tentu saja, Puppy. Apakah saran yang akan engkau berikan?”.
“Bondi, Superman itu butuh karakter. Ia butuh sikap. Bukan sekedar cermin yang diwarnai tapi sikap yang berarti bagi sesama
“Puppy, terimakasih atas perhatianmu. Aku pun mengerti. Ketika aku dewasa, aku tidak akan menggunakan cermin ini untuk menjadi Superman. Ini hanyalah sebuah ilustrasi yang menyenangkan dan akan kukenang ketika dewasa nanti. Aku harap semua gambaran ini terpatri didalam hatiku sampai tua. Sehingga karakter superman yang tulus itu akan tumbuh bersama denganku, dan dengan bantuanmu juga. Hilangkan keraguanmu itu, karena aku tahu kau akan selalu menuntunku, Puppy"

Mereka tersenyum satu sama lain, saling berpelukan, dan rasa khawatir Puppy pun hilang sudah.


Kamis, 26 Oktober 2017

Menguak 7 Cara Atasi Bosan di Angkot



Berapa lama kamu menghabiskan waktumu dijalan? Satu jam? Dua jam? Atau lebih?
Ditengah kemacetan yang suram dan terkadang membuat kita putus asa, ada loh beberapa cara untuk membuat waktu dijalan kita lebih efektif. Apa aja?

1. Nonton Drama Korea

Image result for nonton drama koreaKalian sering banget ga ngeliat teman yang disamping atau didepan atau dipinggir angkot nonton korea sambil pake headset di telinganya?. Cara ini dilakukan karena waktu perjalanan yang lama dan pemandangan yang begitu-begitu saja sudah membuat bosan. Dengan cara update drama setiap minggu bahkan setiap hari di handphone untuk mengisi waktu selama perjalanan, mereka dapat menikmati perjalanan lebih menyenangkan. Apalagi ada adegan adegan baper yang bikin kita berimajinasi dan senyum-senyum sendiri. Sekarang sih udah mulai banyak aplikasi yang bisa kamu coba untuk menonton. Selain drama korea, biasanya orang juga dijalan menonton youtube, film, atau ceramah pengajian di dalam angkot. Memang deh cara menonton ini banyak jadi solusi sekian banyak pengguna angkutan umum.

2. Tidur

Setelah lelah bekerja seharian, biasanya para penumpang angkutan perkotaan mulai menguap-nguap. Ya iyalah. Setidaknya mereka udah bangun jam 5 dan sampai jam 6 sore belum juga sampai rumah. Nah, pada kondisi kurang istirahat seperti itu biasanya mereka memilih tidur didalam angkutan. Cara ini juga jurus jitu ketika menghadapi pengamen yang berlalu lalang.

3. Buka Instagram, Facebook, Chatting

Image result for buka instagram
Udah terlalu biasa banget, orang dijalan buka instagram. Ada yang bolak balik liat feeds akun masak, video kpop, gossip seleb, atau sekedar kepo. Instagram ini memang salah satu medsos yang paling racun! Bisa chatting, bisa share lokasi dimana dan ngapain. Kayaknya cukup buka instagram udah tau aja semua info dan ngerasa lengkap. Tapi ibu-ibu yang masih belum familiar sama IG tetep buka facebook dan bikin status pas lagi macet. Chatting sambil buka-buka grup WA juga lebih leluasa kita lakukan saat dijalan. Ampuh banget bikin waktu ga kerasa!

4. Baca Berita
Image result for tampilan detikcom
Baca Koran atau berita di media elektronik juga sering dilakukan bapak-ibu penumpang. Detikcom, kompascom dan beberapa aplikasi lainnya memudahkan kita untuk dapat membaca berita sesuai keinginan. Membaca berita juga ga melulu tentang politik kok, bisa lifestyle, tips kesehatan atau gossip seleb (tetep). Orang yang memilih baca berita bisa menambah pengetahuannya selama diperjalanan. Mantap ya.

5. Main Game

Game yang paling sering jadi langganan ibu-ibu disekitar saya saat duduk diangkot adalah, candy crush, balloon shutter atau yang sejenisnya. Permainan ini mungkin relatif mudah dilakukan oleh orang tua dan desainnya yang menarik. Cara permainanya juga menyenangkan dan bikin penasaran. Kalau game kesukaan laki-laki atau bapak-bapak biasanya bola, billiard, CoC, Line Get Rich dan sejenisnya. Situasi yang membosankan memang membuat kita ingin main game untuk merilekskan pikiran kita yang mumet yang ditambah macet!

6. Kerja 
Ada beberapa orang yang kelihatannya sibuk banget didalam angkot. Mungkin memang eksmud atau orang penting (?) tapi yang jelas rata-rata orang masih bisa dihubungi terkait masalah pekerjaan saat perjalanan pulang. Hal ini membuat dia bisa bekerja didalam angkot untuk case yang urgent. Pernah juga sih ada yang buka laptop didalam angkot. Bener. Serius. Ada juga yang buka hp aja dengan pasang muka super serius. Nah yang sering aku lihat sih mbak-mbak atau mas-mas sebelah lagi baca email dan membalasnya terkait pekerjaan.

7. Dzikir Pagi dan Petang

Ayo siapa yang rajin baca dzikir pagi dan petang? Kebanyakan dari kita mungkin lupa kalau saat perjalanan yang panjang tiap pagi dan sore itu bisa dimanfaatkan. Cara ini penting juga supaya hati menjadi lebih tenang, sabar dan ikhlas saat bekerja maupun diperjalanan. Waktunya juga ngga lama. Ya paling 15 menit. Apalagi sekarang banyak juga aplikasi dzikir di hp. Tinggal cus dibuka aja. Abis melakukan ini boleh deh nonton, tidur, atau buka sesuatu yang bermanfaat selama diperjalanan!

So, adakah 1 dari 7 cara ini yang sering kamu lakukan untuk mengatasi bosan diangkot?

Rabu, 25 Oktober 2017

Sumpah Pemuda Tak Layak Dirayakan

Menilik kisah perjuangan para pendahulu seringkali membuat kita terpana dan bertanya-tanya. Rasa kagum yang tiada henti, dilapisi sedih dan sesekali getir dalam di dalam hati
Seperti itukah zaman dahulu?
Seberat itukah masa perjuangan?
Sebodoh apakah kita hingga tak mampu membayangkannya?
Apalagi menghadapinya.

Alih alih menyuguhkan kisah sejarah seutuhnya, masih ada juga pemecah bangsa yang menyembunyikan kemurnian kisah perjuangan itu. Dilingkupi kepentingan dan seringkali adu pencitraan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Ia akan terkembang dan menetap di hati setiap pejuang. Karena ini masalah martabat Negara, bukan kepentingan golongan nestapa. Karena ini masalah darah yang telah tertumpah parah. Bukan mencari pembenaran atas sebuah luka yang kecil.

Dan saksi-saksi hidup itulah yang menjadi corong wawasan kita mengenai kisah sejarah dan perjuangan. Perang sebelum kemerdekaan. Dan sekalipun telah merdeka kita tetap terus melakukan perjuangan.

Soedirman. Pada usia 31 tahun ia sudah diamanatkan menjadi jenderal. Ia memimpin perang gerilya. Terbatuk-batuk ia karena sakit paru-paru dan akhirnya meninggal dalam keadaan terhormat.

Gajah Mada. Ia bersumpah akan berpuasa selama Nusantara belum bersatu. Loyal ia menjadi patih, perdana menteri sekaligus pemimpin perang demi menjaga persatuan nusantara.

Muhammad Yamin. Sunario. Kongres Pemuda 1928. Juga kepingan sejarah yang tak lantas bisa diabaikan. Mereka berdiri dengan kepanduan negeri. Mendambakan lagu Indonesia Raya dapat diputar tanpa ragu apalagi malu. Dengan Biola Wage Rudolf Supratman sebagai saksi, terkumandanglah Sumpah Pemuda.

Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Air Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia


Tiga baris penuh magis
Menyatukan gelora jiwa muda yang seringkali dangkal tapi kuat
Dengan 3 baris itu, wilayah NKRI yang terpisah-pisah air dalam nan luas begitu yakin tetap ingin bersatu
Menjadi bagian yang sama pentingnya bagi NKRI

Bosan rasanya selalu diuji tentang hapalan 3 baris Sumpah Pemuda. Kita merayakan 28 Oktober tapi mungkin tidak memberi arti. Tidak melibatkan nurani.

Lalu mengapa 3 baris itu sungguh menggelorakan asa?
Tiga baris Sumpah Pemuda yang mampu membakar setiap semangat yang berapi-api.
Menyulut emosi untuk tetap meraih NKRI
Semua itu tak sekedar sensasi tapi gerak hati.
Lantas apa pelajaran yang dapat kita ambil pada setiap sejarah yang terukir?

Sebuah perayaan?

.
.
.
.
tentu pergerakan yang lebih ditunggu.
.
.
.
.



For those youth and their movement which have contributed to coloring this beautiful country, salute <3 

Selasa, 24 Oktober 2017

DUA RATUS KATA


Hidup masa kini ataupun masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja. Seratus, Dua ratus kata tanpa makna. Seribu, dua ribu sumpah akan berakhir hampa. Masa kemarin mungkin pernah disesali. Kau menepi, mencari arti. Namun tak lantas membuatmu lebih baik dalam sekejap mata. Perubahan yang dinanti itu akan berujung harapan kosong jika terus mengasa tanpa gerak. Mengharap berubah cepat. Sesuai keinginan. Tapi sayangnya hanya sekedar ingin. Tanpa bukti.

Hidup memang akan begini-begini saja. Jika kita belum mampu memandang dunia dengan lebih luas. Meraih ujung cakrawala. Meskipun sesekali mendung. Lihatlah, ada kekuatan nun jauh disana. Butuh sedikit kesabaran untuk mendrobak kehidupan yang terlanjur tertakdir. Namun jangan sekalipun berputus asa. Bahwa, ada qadar. Takdir yang berubah dalam hidup berdasarkan keinginan dan usaha yang tersadar dilakukan hamba. Bukan dalam angan. Apalagi mimpi. Maka bangunlah dalam sekejap ketika tersadar kau sedang berada dalam khayalan. Bangunkan hidupmu sekarang juga jika ingin hidup lebih berarti.


Hidup masa kini ataupun masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja. Jikalau tak ada motivasi berjuang. Jikalau tak ada keinginan berusaha melebihi kapasitas yang dipunya. Andaipun berkeinginan dan semesta mendukung, kita masih, seringkali, mencari alasan untuk pergi dan memilih hidup begini-begini saja. Sulit memang sulit, dan tetap sulit jika kita berpikir sulit sehingga akhirnya hidup masa kini atau masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja.

Selasa, 17 Oktober 2017

Melihat Tere Liye Berbicara sama Indahnya dengan Buku!

Pembicara pertama sudah menjadi pusat perhatian dari kurang lebih 800 peserta yang hadir diacara itu adalah....

TERE LIYE

Melihatnya berbicara yakin dengan beliefs yang dipegangnya erat membuat satu hal yang terngiang. Tere Liye itu luar biasa. Beliau menjelaskan bagaimana dia menulis. Bahwa menulis harus dengan kesungguhan. Tulislah saat itu juga. Tulislah dengan hati biar diterima oleh hati juga. Sungguh gaya bicaranya benar-benar layaknya penulis, kata yang sering terlontar menurut perhitungan saya adalah: lantas.

Memang kedengarannya beliau orang yang seenaknya, tapi semua yang diungkapkannya adalah konsep yang matang. Ia begitu percaya diri dengan prinsip yang dipegangnya. Dan ia tegak berdiri dengan karakternya. Sepanjang acara, seringkali ia memanggil penonton dalam sebutan Nak.

tere liye dipanggung sepanjang acara duduk aja

Ia menitip pesan, agar kita sekarang harus berpikir, apa yang akan dibaca oleh anak-anak penerus kita? Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan sekian nama besar penyair sudah tidak ada. Maka, sekaranglah saat yang tepat itu. Kalau dipikir-pikir benar juga ya. Harusnya tidak ada alasan sibuk dalam menulis. Para penyair/sastrawan/penulis terdahulu menggunakan mesin tik untuk menuliskan gagasannya. Beberapa kali mengalami revisi dengan cara yang jauh lebih sulit dari pada teknologi masa kini.

Tere Liye mengilustrasikan sebuah percakapan:
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

Q : "Ayah kapankah sebaiknya menanam pohon yang baik itu?
A : "Ada 2 waktu terbaik untuk menanam pohon nak, yang pertama itu 20 Tahun yang lalu, agar saat
        ini pohonnya sudah lebih tinggi dari kita, dan sudah berbuah produktif"
Q : "Tapi ayah, 20 tahun yang lalu itu sudah lama sekali"
A : "Yang kedua itu adalah hari ini. Agar ditahun yang akan datang kau akan lihat pohon itu tumbuh,
      hingga melewatimu kemudian ia berbuah meskipun kecil namun kau akan senang mendapatinya.
       Jadi nak, jangan tunda lagi atau kan akan menyesal 20 tahun lagi"


4 Hal penting dalam menulis:
1. Motivasi
2. Mau menulis apa?
3 Buat sudutpandang yang berbeda
4. Kegigihankonsistensi dan banyak memperbaiki diri

Kalau Tere Liye ditanya, apakah yang membuat anda bisa menulis?
Tere Liye menyiapkan 99 alasan mengapa ia harus tetap menulis. Sehingga, ketika 1 alasan hilang, ia masih punya 98 alasan lainnya. Ketika 3 alasan pergi, ia masih punya 96 alasan lainnya. Ketika 49 alasan sudah tidak ada, ia masih punya 50 alasan lainnya.
Ketika 98 alasan runtuh entah kemana, ia masih punya 1 alasan untuk menulis.
Ketika Tere Liye menjelaskan bagaimana cara menulis, jawabannya adalah latihan. Seseorang yang tidak terbiasa menulis ya pasti akan bingung jika dihadapkan dengan laptop dan Ms.Word. Tetapi seorang penulis akan lancar mengetik sesuai sisi kepalanya.  Jikalau mentok dan setiap penulis punya cara tersendiri untuk melanjutkan ceritanya. Bisa dengan menonton, jalan-jalan, asal jangan belanja -uang habis buku belum kebikin wkwk-. Tere Liye sendiri menjadikan film (bollywood, hollywood, korea dsb) sebagai jalan keluar kala mentok tiba.

Tere Liye juga memberikan ilustrasi ketika seorang bapak diberikan tempe mentah dan bumbu-bumbu dapur, apa yang hendak ia buat? pasti hanya tempe goreng.
Lain halnya jika seorang ibu disuguhkan hal yang sama dan diminta membuat 10 resep masakan yang berbeda, ibu akan terampil membuat tempe tersebut, masakannya bisa dibacem, disemur, diorek, dan lain-lain.

Begitu pula menulis.

Suatu hari Tere Liye menemui ibunya dan mulai menggombali ibunya.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T: "Mamak, bagaimana mamak membuat ini semua?"
M: "Dimasak saja darwis"
T : "Dimasak bagaimana mamak? kok rasanya enak sekali"
M: "Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke ibunda tercintanya  itu karena jawabannya tidak ada romantis-romantisnya.

Istri Tere Liye pun diawal pernikahan tidak bisa memasak. Lalu istrinya mulai membuka buku resep, menyiapkan gelas ukur, menyiapkan seluruh komponen yang diperlukan dalam memasak. Ia mengikuti selurh urutan dan takaran sama persis dengan apa yang diperintahkan si buku resep. Meskipun begitu, apakah menjamin masakannya sudah enak? ternyata belum.

Namun lama kelamaan, buku resep dan gelas ukur itu tak lagi ada didapur. Semua peralatannya sederhana dan rasa masakannya sudah enak sekali. Kemudian terjadi percakapan di meja makan.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T : "Istriku, bagaimana kau memasak ini semua? Enak sekali rasanya"
I : "Ya tidak bagaimana bagaimana dimasak saja"
T: "Iya sungguh enak sekali ini rasanya, bagaimana cara memasaknya"
I: " Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke istri tercintanya itu.

Seperti itulah Tere Liye mengilustrasikan sebuah buku, tulisan dan penulis. bahwa ya tips dalam menulis adalah : Ditulis tulis saja!

Video saat event tersebut:





***

Senin, 16 Oktober 2017

Apaan tuh Jumpa Penulis?

Sesuai judul akupun bertanya-tanya : Apaan tuh Jumpa Penulis?

Abis diajakin asri di grup. Langsung aku buka alamat webnya dan melihat acara yang disugguhkan. Sungguh tak banyak lagi yang aku pertanyakan. Cukup melihat Tere Liye, Ippho Santosa, Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa diantara para pembicara yang akan hadir. Cuss, jadilah aku beli tiket! dengan cara dibeliin asri dulu wkwk.

Waktu berlalu, hingga akhirnya Asri batal ikut. Dimas yang hendak menggantikan Asri tidak juga bisa ikut karena berat diongkos. Meskipun mereka penggemar Tere Liye juga! (kayaknya sih gitu).

Datang terlambat dan akhirnya duduk terpisah sama teteh :( tapi ya kalau nonton seminar gitu ga akan banyak ngobrol juga.




Lokasi acaranya di Aula Besar Taman Ismail Marzuki. Aula tersebut sangat nyaman dengan audio dan struktur bangunan yang baik pula. Tidak heran jika tempat ini menjadi langganan untuk menyelenggarakan seni pertunjukan karena memiliki kualitas akustik yang baik.

Seseorang dihadapanku saat itu adalah Tere Liye! Wah melihat ia bicara itu sama indahnya dengan membaca bukunya loh. Dibalik itu semua, ia memang sudah memiliki karakter yang kuat dan prinsip hidup yang hebat.

Setelah Tere Liye, ada Ahmad Rifa'i Rifan.

Penulis itu belum begitu aku kenal, namun mendengar ia menulis buku dengan judul : Tuhan, maaf kami sedang sibuk cukup membuatku terhenyak. Sepanjang ia presentasi dihadapan kami, maaf saya ketiduran.

Masuk ke pembicara ketiga!!! Ia adalah Ippho Santosaa!!!
Wah luar biasa sih rasanya melihat ia secara langsung dan mengetahui bagaimana ia dapat berbicara didepan orang banyak. Suaranya jernih dan bersih sekali sehingga terdengar sangat jelas. Ia punya tim sendiri dalam audio dan ada batas minimal kekuatan audio saat mengundang beliau.

Saya sendiri belum pernah baca buku-bukunya, tapi follow akun Instagramnya dan senang melihat ia berbicara jika ada di TV. Satu hal yang saya lihat, beliau sangat positif.

Pembicara ke empat ialah Helvy Tiana Rosa.
Jujur saya juga belum pernah baca secara utuh karya beliau. Namun namanya yang terkenal  sejak aku sekolah dasar telah ku ketahui. Kenapa ya aku belum pernah baca? Hmm mungkin kedengerannya karena bukunya itu terdengar ibu-ibu sekali. Namun sepertinya aku salah.
- perlu baca satu nih! ketika mas gagah pergi mungkin ya :)

Kisah hidupnya bersama Asma Nadia, adiknya, pun sangat inspiratif.

Pembicara ke Lima adalah Dewa Eka Prayoga. Jujur baru dengar nama ini. Mungkin udah sering berseliweran di media sosial tapi kurang ngeh.

Yang terakhir adalah Asma Nadia. Nama ini mungkin adalah orang yang paling pertama aku ketahui sejak dulu, diantara pembicara-pembicara yang lain. Meskipun sempat membaca tetapi sudah agak lama semacam SMP-SMA gitu.

Overall, thanks to @kmoindonesia yang sudah menyelenggarakan acara ini. Dan acara ini kuat selain karena KMO itu sendiri juga karena pembicara yang hadir.

Tapi ada  kekurangan yang ingin saya sampaikan, agar saya nih orang biasa yang belum bergabung dengan KMO tidak merasa kapok untuk menghadiri acara yang diselenggarakan KMO. Kekurangan tersebut adalah Pembagian hadiah yang asal.


Kenapa pembagian hadiah langsung disuruh maju sampai lari-larian? sementara peserta ada yang duduk ditengah, diatas, dipinggir sekali sulit untuk melakukan hal itu. Semua pembagian hadiah begitu caranya.

Kemudian pembagian hadiah posting instagram. Hal ini juga saya keluhkan, karena ucap MC : 20 peserta PERTAMA yang memposting acara hari ini dengan #jumpa penulis dan tag @kmoindonesia akan mendapatkan hadiah.
Nah saya semangat nih buat memposting untuk sharing dan demi kuis tersebut. Ternyata sama aja, hadiah dibagikan dengan cara ngasal.

MC : siapa yang udah posting maju kedepan sambil bawa buktinya.
Bukti sama sekali ga dilihat, siapa aja yang paling deket kedepan dia yang dapet hadiah. OH NO!!
tidak sesuai perkataan dan perbuatan.
Mungkin karena keterbatasan waktu ya, tapi apa sulitnya tim dibelakang layar menentukan 20 akun terpilih kemudian dishare namanya di backdrop panggung itu terus disuruh maju aja. Saya dengar ada orang yang mengambil 2 buku di momen itu, dan dikeluhkan juga sama banyak orang.
Lari larian menjemput hadiah itu strategi marketing atau apa?

Sebenarnya masih ada sih yang mau dikeluhkan, kayak topik yang dibawa MC bikin males, dsb dsb.

Tapi karena pengisi acaranya memang orang hebat ya aku seneng aja!


ini dia tiga foto yang aku share di instagram :)




***