Sabtu, 28 Oktober 2017

Pernikahan Alisa



Ayah Alisa pergi tanpa kabar dalam 4 tahun terakhir. Entah mengapa hal itu membuat Alisa gamang. Esok ia akan menikah.

“Bunda”

“Apa sayang”

Sambil menyisiri rambut Alisa yang panjang, ibu Alisa mencoba tetap tegar menjawab setiap pertanyaan anaknya itu. Bundanya sudah tau. Alisa pasti mencari kemana ayahnya pergi. Namun sebagai ibu, tentu saja ia tak ingin terlihat lemah. Meski sesekali terdengar getaran di setiap kalimatnya.

“Ayah benar ga bisa dihubungi bun?”

“Mau bagaimana lagi sayang”

“Aku ingin ayah kesini!”

Alisa beranjak dari kamarnya. Ia pergi dan tak menghiraukan ibunya. Terlihat semburat kecewa di mata bunda Alisa tentang apa yang dilakukan anaknya.

Dalam suasana yang penuh dengan kekecewaan, Alisa mulai mencari cicuk, kucing kesayangannya.
Mereka berdua hanya berkomunikasi satu arah. Cicuk adalah pendengar yang baik. Ia tak pernah mengeluh dan merasa bosan terhadap setiap pernyataan atau kebanyakan pertanyaan Alisa. Selama ada sedikit elusan dan kecup sayang dari Alisa, Cicuk tetap setia.

Cicuk digendong Alisa saat menaiki tangga. Sesampainya di loteng, kucing itu turun dan berlari ke arah sebuah taman. Rooftop Esa yang menjadi tempat perenungan bagi Alisa. Lokasi rumah yang berhimpit, memungkinkan Alisa untuk ke atap tetangganya dengan mudah. Keberadaan ruang kosong yang minim juga membuat atap Alisa dan tetangganya bak taman. Bunga-bunga cantik dan anggrek menghiasi, digantung dengan rapi oleh ibu Esa.

Pada kursi panjang hijau botol itu, Alisa duduk. Biasanya Esa akan datang. Suara Alisa yang sedang curhat dengan Cicuk seringkali terdengar ke kamar Esa.

“Cicuk, aku udah cari ayah ke kantornya, menghubungi om ari, om febri, pak budi, dan pak agus untuk mencari ayah. Aku juga sudah ke tempat fitness ayah, bertemu coach Barly dan resepsionis disana. Kata mereka ayah sudah off dari tempat itu 2 tahun terakhir. Aku harus nyari ayah kemana lagi cuk”

“Meong”

“Besok aku menikah tapi dinikahkan oleh Om Burhan. Om Burhan baik sih, baik banget, udah kayak ayahku sendiri. Tapi kan aku punya ayah”

Alisa mulai merengek rengek. Alisa menatap matahari yang jauh di langit berharap bulir air yang akan turun dari mata Alisa segera menguap bersama sinarnya yang terik.


***

Saat pernikahan yang dinanti tiba. Semalaman bunda tidur bersama Alisa.

“Bun.. maafkan Alisa ya jika beberapa hari ini, aku tak seperti Alisa yang biasa. Aku pergi kesana kemari. Aku menangis tiada henti. Aku marah pada semua keadaan ini...”, 

Alisa memeluk ibunya sendu. Matanya dibiarkan Alisa berlinang dengan pedih.

“Bunda hanya mampu mendoakan yang terbaik untukmu sayang”

Tak kalah pilunya dengan Alisa, bunda yang tegarpun tak mampu menahan air matanya. Percakapan tadi malam tak berlangsung lama. Bunda mengingatkan Alisa untuk jangan menangis lagi. Jikalau terlalu sembab, esok hari akan berlangsung lebih suram.

Pukul 3 pagi Alisa, Bunda, dan keluarga terdekat sudah tiba di gedung acara. Esapun diajak sedari pagi oleh Alisa.

Selesai Alisa di make-up, Esa masuk ke ruang rias.

“Alii! Selamat yaa akhirnya hari ini datang jugaa"

“Ecaaaa huhuhu”

Mereka memiliki panggilan masing-masing. Alisa yang perempuan malah dipanggil Ali oleh Esa. Esa yang laki-laki malah dipanggil Eca yang umumnya menjadi nama panggilan seorang perempuan.

“Udah udah jangan bawa-bawa perasaan yang lalu. Lo kan udah janji. Bahagia ya lii, senyum yang indah sepanjang hari ini okeey? Ibam kan baik, kekasih dambaan lo”

Alisa memeluk Esa dengan kuat. Esalah yang semestinya ada dihadapan Ayahnya hari ini. Mengucapkan ijab qobul untuk menikahi Alisa. Namun setelah semua terjadi, Alisa akan dinikahi Ibam. Teman sekolah sekaligus anggota band ‘Daun' bersama dengan Esa.

“Gue ga bisa ngomong apa-apa, makasih banyak caa.  Please, ada terus buat gue ya”

“Iya aliku sayang”

Mereka pun bertatapan. Tersenyum satu sama lain untuk saling menguatkan.

Ayah dan Bunda Alisa bercerai 4 tahun yang lalu. Sejak itu ayah Alisa sulit dihubungi apalagi ditemui.

Akad nikah Alisa pun diwakili oleh adik dari Ayah Alisa, Om Burhan. Meskipun ada air mata, bukan berarti kesedihan akan terus mendera. Alisa terlihat bahagia di pelaminan bersama Ibam.

Tidak ada komentar: