Selasa, 17 Oktober 2017

Melihat Tere Liye Berbicara sama Indahnya dengan Buku!

Pembicara pertama sudah menjadi pusat perhatian dari kurang lebih 800 peserta yang hadir diacara itu adalah....

TERE LIYE

Melihatnya berbicara yakin dengan beliefs yang dipegangnya erat membuat satu hal yang terngiang. Tere Liye itu luar biasa. Beliau menjelaskan bagaimana dia menulis. Bahwa menulis harus dengan kesungguhan. Tulislah saat itu juga. Tulislah dengan hati biar diterima oleh hati juga. Sungguh gaya bicaranya benar-benar layaknya penulis, kata yang sering terlontar menurut perhitungan saya adalah: lantas.

Memang kedengarannya beliau orang yang seenaknya, tapi semua yang diungkapkannya adalah konsep yang matang. Ia begitu percaya diri dengan prinsip yang dipegangnya. Dan ia tegak berdiri dengan karakternya. Sepanjang acara, seringkali ia memanggil penonton dalam sebutan Nak.

tere liye dipanggung sepanjang acara duduk aja

Ia menitip pesan, agar kita sekarang harus berpikir, apa yang akan dibaca oleh anak-anak penerus kita? Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan sekian nama besar penyair sudah tidak ada. Maka, sekaranglah saat yang tepat itu. Kalau dipikir-pikir benar juga ya. Harusnya tidak ada alasan sibuk dalam menulis. Para penyair/sastrawan/penulis terdahulu menggunakan mesin tik untuk menuliskan gagasannya. Beberapa kali mengalami revisi dengan cara yang jauh lebih sulit dari pada teknologi masa kini.

Tere Liye mengilustrasikan sebuah percakapan:
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

Q : "Ayah kapankah sebaiknya menanam pohon yang baik itu?
A : "Ada 2 waktu terbaik untuk menanam pohon nak, yang pertama itu 20 Tahun yang lalu, agar saat
        ini pohonnya sudah lebih tinggi dari kita, dan sudah berbuah produktif"
Q : "Tapi ayah, 20 tahun yang lalu itu sudah lama sekali"
A : "Yang kedua itu adalah hari ini. Agar ditahun yang akan datang kau akan lihat pohon itu tumbuh,
      hingga melewatimu kemudian ia berbuah meskipun kecil namun kau akan senang mendapatinya.
       Jadi nak, jangan tunda lagi atau kan akan menyesal 20 tahun lagi"


4 Hal penting dalam menulis:
1. Motivasi
2. Mau menulis apa?
3 Buat sudutpandang yang berbeda
4. Kegigihankonsistensi dan banyak memperbaiki diri

Kalau Tere Liye ditanya, apakah yang membuat anda bisa menulis?
Tere Liye menyiapkan 99 alasan mengapa ia harus tetap menulis. Sehingga, ketika 1 alasan hilang, ia masih punya 98 alasan lainnya. Ketika 3 alasan pergi, ia masih punya 96 alasan lainnya. Ketika 49 alasan sudah tidak ada, ia masih punya 50 alasan lainnya.
Ketika 98 alasan runtuh entah kemana, ia masih punya 1 alasan untuk menulis.
Ketika Tere Liye menjelaskan bagaimana cara menulis, jawabannya adalah latihan. Seseorang yang tidak terbiasa menulis ya pasti akan bingung jika dihadapkan dengan laptop dan Ms.Word. Tetapi seorang penulis akan lancar mengetik sesuai sisi kepalanya.  Jikalau mentok dan setiap penulis punya cara tersendiri untuk melanjutkan ceritanya. Bisa dengan menonton, jalan-jalan, asal jangan belanja -uang habis buku belum kebikin wkwk-. Tere Liye sendiri menjadikan film (bollywood, hollywood, korea dsb) sebagai jalan keluar kala mentok tiba.

Tere Liye juga memberikan ilustrasi ketika seorang bapak diberikan tempe mentah dan bumbu-bumbu dapur, apa yang hendak ia buat? pasti hanya tempe goreng.
Lain halnya jika seorang ibu disuguhkan hal yang sama dan diminta membuat 10 resep masakan yang berbeda, ibu akan terampil membuat tempe tersebut, masakannya bisa dibacem, disemur, diorek, dan lain-lain.

Begitu pula menulis.

Suatu hari Tere Liye menemui ibunya dan mulai menggombali ibunya.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T: "Mamak, bagaimana mamak membuat ini semua?"
M: "Dimasak saja darwis"
T : "Dimasak bagaimana mamak? kok rasanya enak sekali"
M: "Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke ibunda tercintanya  itu karena jawabannya tidak ada romantis-romantisnya.

Istri Tere Liye pun diawal pernikahan tidak bisa memasak. Lalu istrinya mulai membuka buku resep, menyiapkan gelas ukur, menyiapkan seluruh komponen yang diperlukan dalam memasak. Ia mengikuti selurh urutan dan takaran sama persis dengan apa yang diperintahkan si buku resep. Meskipun begitu, apakah menjamin masakannya sudah enak? ternyata belum.

Namun lama kelamaan, buku resep dan gelas ukur itu tak lagi ada didapur. Semua peralatannya sederhana dan rasa masakannya sudah enak sekali. Kemudian terjadi percakapan di meja makan.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T : "Istriku, bagaimana kau memasak ini semua? Enak sekali rasanya"
I : "Ya tidak bagaimana bagaimana dimasak saja"
T: "Iya sungguh enak sekali ini rasanya, bagaimana cara memasaknya"
I: " Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke istri tercintanya itu.

Seperti itulah Tere Liye mengilustrasikan sebuah buku, tulisan dan penulis. bahwa ya tips dalam menulis adalah : Ditulis tulis saja!

Video saat event tersebut:





***

Tidak ada komentar: