Rabu, 25 Oktober 2017

Sumpah Pemuda Tak Layak Dirayakan

Menilik kisah perjuangan para pendahulu seringkali membuat kita terpana dan bertanya-tanya. Rasa kagum yang tiada henti, dilapisi sedih dan sesekali getir dalam di dalam hati
Seperti itukah zaman dahulu?
Seberat itukah masa perjuangan?
Sebodoh apakah kita hingga tak mampu membayangkannya?
Apalagi menghadapinya.

Alih alih menyuguhkan kisah sejarah seutuhnya, masih ada juga pemecah bangsa yang menyembunyikan kemurnian kisah perjuangan itu. Dilingkupi kepentingan dan seringkali adu pencitraan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Ia akan terkembang dan menetap di hati setiap pejuang. Karena ini masalah martabat Negara, bukan kepentingan golongan nestapa. Karena ini masalah darah yang telah tertumpah parah. Bukan mencari pembenaran atas sebuah luka yang kecil.

Dan saksi-saksi hidup itulah yang menjadi corong wawasan kita mengenai kisah sejarah dan perjuangan. Perang sebelum kemerdekaan. Dan sekalipun telah merdeka kita tetap terus melakukan perjuangan.

Soedirman. Pada usia 31 tahun ia sudah diamanatkan menjadi jenderal. Ia memimpin perang gerilya. Terbatuk-batuk ia karena sakit paru-paru dan akhirnya meninggal dalam keadaan terhormat.

Gajah Mada. Ia bersumpah akan berpuasa selama Nusantara belum bersatu. Loyal ia menjadi patih, perdana menteri sekaligus pemimpin perang demi menjaga persatuan nusantara.

Muhammad Yamin. Sunario. Kongres Pemuda 1928. Juga kepingan sejarah yang tak lantas bisa diabaikan. Mereka berdiri dengan kepanduan negeri. Mendambakan lagu Indonesia Raya dapat diputar tanpa ragu apalagi malu. Dengan Biola Wage Rudolf Supratman sebagai saksi, terkumandanglah Sumpah Pemuda.

Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Air Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia


Tiga baris penuh magis
Menyatukan gelora jiwa muda yang seringkali dangkal tapi kuat
Dengan 3 baris itu, wilayah NKRI yang terpisah-pisah air dalam nan luas begitu yakin tetap ingin bersatu
Menjadi bagian yang sama pentingnya bagi NKRI

Bosan rasanya selalu diuji tentang hapalan 3 baris Sumpah Pemuda. Kita merayakan 28 Oktober tapi mungkin tidak memberi arti. Tidak melibatkan nurani.

Lalu mengapa 3 baris itu sungguh menggelorakan asa?
Tiga baris Sumpah Pemuda yang mampu membakar setiap semangat yang berapi-api.
Menyulut emosi untuk tetap meraih NKRI
Semua itu tak sekedar sensasi tapi gerak hati.
Lantas apa pelajaran yang dapat kita ambil pada setiap sejarah yang terukir?

Sebuah perayaan?

.
.
.
.
tentu pergerakan yang lebih ditunggu.
.
.
.
.



For those youth and their movement which have contributed to coloring this beautiful country, salute <3 

Tidak ada komentar: