Jumat, 08 Desember 2017

#WJClass - Physical Well Being

Minggu lalu, saya berkesempatan untuk menghadiri #WJClass - Physical Well Being yang diadakan di Sana Studio. Aku follow instagram @nadyasaib, co-founder dari Wangsa Jelita, dan jadi tau informasi ini melalui feeds-nya.

Setelah datang ke Sana Studio, peserta melakukan registrasi dan diberi snack seperti fitbar dan pocari sweat. Studionya tidak terlampau besar, namun dengan desain interior yang baik membuat studio ini layak dan nyaman untuk dikunjungi. Lantai 1 dibuat seperti bar mini dengan kursi tunggu yang nyaman. Kemudian aku melangkah ke lantai 2, tempat #WJClass berlangsung.

Rasanya sedikit terkejut. Positive vibes benar-benar terasa di tempat ini. Lihat saja kata-kata penyemangat yang disispkan di sela tangga:

Be Bad Until You're Good and Be Good Until You're Great


I couldn't help my hand to not take this emotional yet motivational quote.

Sebuah studio berdinding cermin menjadi wahana utamanya . Lampunya tidak terlampau terang sehingga bebas silau. Tak lupa, dipinggir-pinggirnya ditulis beberapa quote yang positif untuk peserta.



Kebetulan aku datang cukup awal, aku pun berkenalan dengan peserta lain yang juga datang sebelum acara dimulai. 


WJClass with Laila Munaf pun dimulai! yey. Happy banget setelah melihat Mba Laila yang super cantik. Bahkan menurutku setiap foto yang ada di media online maupun cetak tidak mampu menggambarkan kecantikan alaminya. Maklum, sebelum acara ini aku ga begitu familiar sama Laila Munaf, jadi browsing dulu namanya sambil manggut manggut pas baca beritanya.

Aku yang datang from nowhere ini dapet duduk ditengah, karena datang lebih awal. Melihat dua sosok perempuan inspiratif dihadapanku ini bener-bener membuat aku kayak di charge ampe penuh. Membuang negative mind dan bad energy yang mungkin sedang kita pikul secara tidak sadar kemana-mana .

Acara dimulai sekitar pukul 14.00. Laila Munaf menceritakan awal mula pembuatan Sana Studio, kenapa dia tertarik dengan olah raga dan beberapa kisah hidupnya. Ia tinggal di Boston bersama tantenya selama 11 tahun sejak SMA. Selama itu dia diperkenalkan dengan cara hidup sehat. Kakeknya dahulu membuat makanan khas Padang (fyi, Laila ini orang Padang) dengan menggunakan almond milk. Rasanya memang tidak seenak santan, namun sudah pasti jauh lebih sehat. Dengan mengatur mindset dan tujuan hidup, kita bisa bisa aja kok menjalani pola makan yang sehat.

Selain pola makan, cara hidup sehat yang dilakoni Laila juga terpengaruh besar oleh Tante Laila. Tantenya menggunakan sepeda ke tempatnya bekerja. Laila jadi ikut juga bawa sepeda ke sekolahnya. Selain menghemat waktu jika dibandingkan dengan menggunakan transportasi umum, menggunakan sepeda dapat membuat orang lebih sehat. Meskipun jalanan menanjak, tante Laila masih terlihat bugar. Hal tersebut membuat Laila tertantang, masa gw kalah dari tante. Laila sendiri pernah diklakson karena terlalu lama saat menanjak.  Maka dari itu dia mulai rajin bersepeda dan meningkatkan kapasitas dirinya. Tantenya pun adalah orang pertama yang mengajaknya Zumba.

Zumba di sore hari bersama lansia di Boston membuat dia merasa sedikit kesal. Why sama lansia? Tetapi kemudian Laila melihat sesuatu yang menarik. Kenapa lansia disini senang sekali ikut zumba. Hingga suatu hari Laila bertanya kepada sang nenek yang terlihat menikmati zumba.

"Apa yang membuat nenek ikut zumba?"
"Kita hidup satu kali dan saya ingin isi dengan kebahagiaan. Saya merasa bahagia ketika melakukan zumba", itu jawab si nenek.
*redaksi seingat penulis

Diawali dengan rasa bahagia ketika ia melakukan Zumba, Laila pun ikut bersemangat saat rutin mengikuti kelas Zumba.

Sampai saatnya ia pindah ke Jakarta dan tidak tahu harus memulai apa saat usianya 25 tahun. Ia mendengar teman-teman sekolahnya dahulu mengeluh terkait bentuk tubuh yang berubah pasca hamil dan punya anak. Mendengar keluhan teman-temannya tersebut, Laila mengingat kembali Zumba yang pernah ia ikuti. Selain gerakannya yang mudah, seperti dance saja, Zumba pun menurut Laila membuatnya bahagia. Ia berharap kebahagiaannya saat zumba dapat tertular kepada orang lain.
Dan kebahagiaan akan mudah tercipta jika kita menghindari STRES.

Suami Laila pernah mengidap kanker, hal itu benar-benar membuatnya terpuruk. Setiap orang juga ada permasalahan dan tantangan hidupnya sendiri. Tips bahagia dari Laila adalah, coba ingat apa yang membuat kita berhasil bangkit dari permasalahan terberat kita dan mencoba membangun mood itu kembali. Tips kedua adalah sebagai ibu yang menyetir arah keluarga, ia merasa perlu tetap sehat dan bahagia agar suami dan anak juga bahagia dan sehat, serap sebanyak-banyaknya energi positif dari lingkungan sekitar agar kita dapat selalu menebar energi positif juga.

Laila memutuskan kembali ke US untuk mendapatkan sertifikasi sebagai instruktur zumba, yang kemudian membawanya membuka SANA Studio bersama suami, kakak dan kakak iparnya. Sebagai instruktur senam saat ini adalah pekerjaan Laila, ia tetap membutuhkan me time. Lagi-lagi untuk menyeimbangan pola hidup dan emosinya, Laila memilih membaca sebagai cara meluangkan waktu untuk dirinya sendiri.

Diakhir acara kami melakukan 5 minutes work out. Duh apa aja ya istilahnya.

Kayak tepuk nyamuk, terus turun kebawah, planck (?), sama skout gitu lah gerakan-gerakannya nya wkwk. Ada yang kayak baring sambil angkat kaki, kayak lilin tapi bukan sama ada yang versi tengkurep. Ya Allah ini nulis apaan. Coba di browsing aja ya hehe.

Satu hal yang paling terasa sepanjang acara adalah, positivity. That's all. Senang sekali rasanya bisa berkesempatan hadir for free! -makanya follow ig ka @nadyasaib, siapa tau beruntung kayak aku! :)

Diakhir acara masih dikasih goodie bag yang isinya 2 produk wangsa jelita. I love it!




Nah ini dia kejutan lain yang aku dapatkan, ketemu alodita! Yass! She is so cute and beautiful at the first sight! Dengan blush on dan kimono outernya membuatnya stand as beauty and lifestyle influencer banget. Pertama kaget dan Hah? beneran ini alodita. Kayak masuk inner circle mereka wkwk lebay. Intinya gabung ke komunitas positif pasti membuat kita juga kecipratan sedikit kepositifan dari pembicara maupun peserta yang ikut hadir. Syukur syukur bisa menyerap energi yang maksimal!


Maapkan muka aku yang masih keringetan karena habis diajak olahraga kak laila dan nadya!

Ikutan lagi WJ Class aaahhhh....
Yuk Yuk Ikutan :)

Galeri dari Matarana :
















Minggu, 12 November 2017

Diuji

Lapang dada dan berbesar hati dalam menghadapi berbagai situasi adalah solusi. Milyaran orang hidup didunia dengan karakteristik, ilmu, dan pandangannya sendiri. Variabel kehidupan yang tak terhingga itu menyebabkan hasil yang beragam. Berjuta tak hingganya. Tinggal bagaimana kita menarik hikmah dan memberi respon terhadap setiap aksi yang dilancarkan bumi kepada diri kita.

Dua sikap baik itu bukan hanya salah satu materi di buku pelajaran. Apalagi sekedar pemanis kewarganegaraan. Kedua karakter itu adalah pelega kehidupan. Penawar segala lelah dan upaya. Memang berbatu jalan untuk mencapainya. Namun indah pada akhirnya. Karena sesuatu yang baik/bagus butuh waktu. Satu, dua, empat, sepuluh atau bahkan dua puluh tahun tak cukup untuk membentuknya.

Seiring bertambahnya usia. Semakin banyak rintangan dan tantangan di hadapan. Selagi bayi kita diuji. Pada usia sekolah dasar kita diuji. Ketika memasuki masa remaja kita diuji. Melalui pilihan-pilihan sulit, menjelang dewasa, kita pun diuji. Diuji dengan cara yang berbeda dan tingkatan yang progresif. Ujian. Dengan menyadari bahwa ujian akan selalu datang -atau apalah itu namanya cobaan, musibah-, kita akan lebih mudah menerima setidaknya tidak perlu terkejut. Qadarullah.

Jika anda diuji, ingat tiga hal: 
1. Ada orang yang musibahnya lebih berat 
2. Dekatnya pertolongan Allah 
3. Besarnya pahala sabar 

❤️❤️❤️

Lapang dada dan besar hati adalah hasil dari bentuk pengendalian diri. Latihan untuk memahami dan berpikir lebih luas. Berhenti untuk sesak karena sempitnya rongga dada. Caranya adalah berharap hanya kepada Allah, mencari rahmat Allah yang luas, bertumpu kepada Arrahman Arrahim, dan sabar.

Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik."(QS. al-A'raf: 56)

Yay! Welcoming quarter life crisis 🤗😊😩

Senin, 30 Oktober 2017

Klasik

Tanpa sadar kita semua menulis. Sejak kecil kita menulis. Merangkai huruf a, b, j, h hingga z menjadi kata-kata dasar. Gabungan dari vokal dan konsonan itu kemudian menjadi bahasa yang dapat dimengerti. Alat komunikasi persatuan bangsa. Meskipun diawal, -ny dan -ng terasa sulit. Namun lihat, bagaimana dengan sekarang? Kebiasaan itu telah membentuk kita. Yang sulit itu jika dibiasakan menjadi mudah, setidaknya bisa.

Kita telah mengetahui bersama jikalau menulis mampu memadatkan ide. Sarana yang baik untuk melatih kecerdasan emosional kita. Selain itu, dengan menulis kita bisa memiliki agenda harian, dapat mengevaluasi besar pengeluaran hingga mencatat resep masakan. Terlebih dari itu, rajin menulis dikelas membuat gerak kinestetik dan visual kita lebih terasah. Selagi pikiran ini lupa terhadap suatu pembahasan, tulisan-tulisan itulah yang mampu menolong kita untuk mengingat kembali apa yang telah kita catat.

Begitu banyak manfaat tulisan hingga akhirnya menulis menjadi budaya masyarakat terutama yang sudah mengecap manisnya dunia pendidikan. Namun ada saja yang membuat menulis menjadi rumit dan susah, yaitu diri sendiri. Diri ini seringkali membatasi. Seakan paling mengerti tulisan sendiri dan menghakimi sendiri karya tersebut. Kita seringkali tidak mempersilakan orang lain menilai, atau setidaknya memberikan kita saran. Dengan tujuan mulia: agar karya tersebut menjadi baik, bukan menjadi alasan untuk lari dari kegiatan menulis.

Problema dalam kepenulisan adalah sebuah keniscayaan. Seribu motivasi pun terkadang tergerus hingga halus bersama debu yang tertiup angin karena rasa malas dan enggan. Mereka menumpuk di dalam pikiran, hati dan perangai kita sehingga tangan ini sulit menulis. Berat rasanya. Meskipun terkadang muncul penyesalan karena telah membiarkan imaji menguap sempurna. Kita tidak pernah tau, apakah yang kelak akan membantu mengangkat kita ke surga. Mungkin itu tulisan kita. Ya. Betul sekali. Mungkin itu tulisan kita. Tulisan yang tanpa sengaja memberi pencerahan kepada orang lain. Bermanfaat. Kendati ragu dalam prosesnya sekalipun.

Deret huruf yang pada mulanya hanya menuangkan ide dan gagasan, ternyata sebuah penemuan fenomenal. Ide dan gagasan yang brilian itu kemudian mengubah cara pandang, tingkah laku hingga cara bersosialisasi pembacanya. Tak ayal si penulis mendapatkan kebaikan tak hanya di dunia tapi juga di alam baka. Impian banyak orang yang mempercayai kehidupan akhir setelah mati.

Siapa yang mau?

Alangkah bahagia orang yang mampu berbahagia karena tulisannya bermanfaat bagi orang banyak. Lagi-lagi bukan karena orang lain kita mampu menulis. Kepercayaan, penghormatan, dan pujian dari orang lain hanya menjadi bonus akan tugas yang kita selesaikan. Menulis sampai ide kita habis.

Yang paling terutama adalah kesungguhan dari dasar diri sendiri. Bahwa aku menulis untuk diriku. Kelak diriku perlu dibantu. Ketika terperosok dan tanganku tak tergapai tali, ada secercah harapan yang muasalnya dari tulisanku. Ia berbentuk uliran kain putih yang bersih dan cantik, membawaku ke tempat yang Maha Indah. Disana kita melihat pemandangan yang asri, sejuk. Di bawah pohon besar dan rimbun, aku kembali menulis. Menulis sajak-sajak indah, berprosa, berpuisi atau sekedar membuat cerita pendek. Menulis sampai ide kita habis.

Lelahlah menulis jika ide kita telah habis. Maka menulislah selagi ada kesempatan. Hapuslah alasan yang dibuat diri sendiri, agar hidup ini lebih berarti.

Jangan ragu menulis. Sekalipun ujian bolak-balik mendera. Tak perlu mencari alasan untuk berhenti, karena ia akan selalu datang meski tak diundang. Maka buang jauh segala kerangkeng yang membatasi. Bersiaplah terbang menuju angkasa.

Perjuangan dengan pena akan mengukir yang tak pernah kita duga sebelumnya.

Minggu, 29 Oktober 2017

Resensi Buku - Negeri Para Bedebah

Dikisahkan Thomas, seorang konsultan keuangan internasional. Ia sering diundang untuk menghadiri konferensi. Pengundangnya rela membayar mahal untuk segala speech yg diberikan Thomas. Ujarannya acap kali benar. Sudut pandangnya luas dan tak berujung. Sebagai konsultan yang sangat sibuk -melebihi kepadatan jadwal presiden-, ia juga memiliki cara untuk melepas rasa suntuknya hingga rasa marah dalam suatu wahana. Petarungan.

Tak dibisa didebatkan lagi, karakter yang diciptakan Tere Liye sungguhlah kuat. Penjabarannya sempurna. Tak dibuat sedikitpun cela bagi pembaca untuk bernapas apalagi kemampuan untuk menebak kisahnya. Aku mencoba menilai pada Bab 1, pada awalnya aku kira ini tentang seorang wartawan. Karakter wartawan diawal sudah sangat kuat. Namun belakangan kisahnya menjadi berbeda. Wartawan itu malah menjadi peran pembantu saja yang juga kuat untuk membuat karakter utama lebih hidup. Sebuah pelajaran yang sangat cocok bagi penulis pemula. Membuat cerita tak mudah ditebak di bab awal, malah membuat pembaca penasaran dan bertanya : ‘kok kisahnya gini?’, tak sesuai dengan tebakan.

Kisah Bank Semesta dan kehidupan masa kecil Thomas bergantian maju mundur dipaparkan penulis. Rasa deg-degan muncul tiap kali Thomas berada dalam keadaan terhimpit. Ia hanya punya waktu 2 hari untuk menyelamatkan Bank Semesta. Intrik dan masalah yang terjadi dibalut dengan dendam masa lampau menjadi bumbu tak terelakkan pada setiap kata. Pembaca ternganga-nganga akan semua penjelasan dan ilmu yang dihantarkan sekaligus oleh penulis. Kesal pada negeri tersebut tergambarkan secara lugas. Namun, bukan berarti isinya kesal semua, ada bagian bagian yang membuat kita tertawa karena lucu juga. Seperti seorang pion yang melapor pada komandan terkait tokek. 

Hebatnya Tere Liye. Ia menulis dengan fokus meski ada cerita menarik pada sisi-sisi cerita utama. Kisah romansa Thomas-Maggie dan Thomas-Julia misalnya. Hal tersebut juga membuat aku penasaran dan berharap dilanjutkan. Kalau saja ada produser yang berani mengangkatnya menjadi sebuah film, aku yakin tak perlu banyak kepala untuk lebih menajamkan kisahnya. Setiap jengkal ulasan pada buku tergambar sempurna di lapangan imajinasiku. Percakapan, ilmu, nilai moril yang disisipan, ceritanya, semuanya sangat padat dan mampu diolah menjadi tayangan berdurasi 120 menit.

Aku juga mulai membayangkan aktris dan aktor mana yang cocok membintanginya. Tokoh Ram si pengkhianat, Rudi, Kadek, Opa, Om Liem, Julia, Maggie, Erik, Sang Pangeran, si ATM Partai, serta dua bedebah, Tunga dan Wusdi.

Teman-teman sudah baca? Aku sendiri tak mampu menguraikan kekurangannya. Semuanya terlalu aktual dan tajam untuk sebuah novel fiksi. Data pendukungnya paripurna. Riset yang dilakukan penulis tidak main-main. Kisahnya membuka mata dan hati kita.

Di negeri pada bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyataDi negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumahTetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan berkhianat

Salah satu karya terbaik Tere Liye ❤️

Sabtu, 28 Oktober 2017

Pernikahan Alisa



Ayah Alisa pergi tanpa kabar dalam 4 tahun terakhir. Entah mengapa hal itu membuat Alisa gamang. Esok ia akan menikah.

“Bunda”

“Apa sayang”

Sambil menyisiri rambut Alisa yang panjang, ibu Alisa mencoba tetap tegar menjawab setiap pertanyaan anaknya itu. Bundanya sudah tau. Alisa pasti mencari kemana ayahnya pergi. Namun sebagai ibu, tentu saja ia tak ingin terlihat lemah. Meski sesekali terdengar getaran di setiap kalimatnya.

“Ayah benar ga bisa dihubungi bun?”

“Mau bagaimana lagi sayang”

“Aku ingin ayah kesini!”

Alisa beranjak dari kamarnya. Ia pergi dan tak menghiraukan ibunya. Terlihat semburat kecewa di mata bunda Alisa tentang apa yang dilakukan anaknya.

Dalam suasana yang penuh dengan kekecewaan, Alisa mulai mencari cicuk, kucing kesayangannya.
Mereka berdua hanya berkomunikasi satu arah. Cicuk adalah pendengar yang baik. Ia tak pernah mengeluh dan merasa bosan terhadap setiap pernyataan atau kebanyakan pertanyaan Alisa. Selama ada sedikit elusan dan kecup sayang dari Alisa, Cicuk tetap setia.

Cicuk digendong Alisa saat menaiki tangga. Sesampainya di loteng, kucing itu turun dan berlari ke arah sebuah taman. Rooftop Esa yang menjadi tempat perenungan bagi Alisa. Lokasi rumah yang berhimpit, memungkinkan Alisa untuk ke atap tetangganya dengan mudah. Keberadaan ruang kosong yang minim juga membuat atap Alisa dan tetangganya bak taman. Bunga-bunga cantik dan anggrek menghiasi, digantung dengan rapi oleh ibu Esa.

Pada kursi panjang hijau botol itu, Alisa duduk. Biasanya Esa akan datang. Suara Alisa yang sedang curhat dengan Cicuk seringkali terdengar ke kamar Esa.

“Cicuk, aku udah cari ayah ke kantornya, menghubungi om ari, om febri, pak budi, dan pak agus untuk mencari ayah. Aku juga sudah ke tempat fitness ayah, bertemu coach Barly dan resepsionis disana. Kata mereka ayah sudah off dari tempat itu 2 tahun terakhir. Aku harus nyari ayah kemana lagi cuk”

“Meong”

“Besok aku menikah tapi dinikahkan oleh Om Burhan. Om Burhan baik sih, baik banget, udah kayak ayahku sendiri. Tapi kan aku punya ayah”

Alisa mulai merengek rengek. Alisa menatap matahari yang jauh di langit berharap bulir air yang akan turun dari mata Alisa segera menguap bersama sinarnya yang terik.


***

Saat pernikahan yang dinanti tiba. Semalaman bunda tidur bersama Alisa.

“Bun.. maafkan Alisa ya jika beberapa hari ini, aku tak seperti Alisa yang biasa. Aku pergi kesana kemari. Aku menangis tiada henti. Aku marah pada semua keadaan ini...”, 

Alisa memeluk ibunya sendu. Matanya dibiarkan Alisa berlinang dengan pedih.

“Bunda hanya mampu mendoakan yang terbaik untukmu sayang”

Tak kalah pilunya dengan Alisa, bunda yang tegarpun tak mampu menahan air matanya. Percakapan tadi malam tak berlangsung lama. Bunda mengingatkan Alisa untuk jangan menangis lagi. Jikalau terlalu sembab, esok hari akan berlangsung lebih suram.

Pukul 3 pagi Alisa, Bunda, dan keluarga terdekat sudah tiba di gedung acara. Esapun diajak sedari pagi oleh Alisa.

Selesai Alisa di make-up, Esa masuk ke ruang rias.

“Alii! Selamat yaa akhirnya hari ini datang jugaa"

“Ecaaaa huhuhu”

Mereka memiliki panggilan masing-masing. Alisa yang perempuan malah dipanggil Ali oleh Esa. Esa yang laki-laki malah dipanggil Eca yang umumnya menjadi nama panggilan seorang perempuan.

“Udah udah jangan bawa-bawa perasaan yang lalu. Lo kan udah janji. Bahagia ya lii, senyum yang indah sepanjang hari ini okeey? Ibam kan baik, kekasih dambaan lo”

Alisa memeluk Esa dengan kuat. Esalah yang semestinya ada dihadapan Ayahnya hari ini. Mengucapkan ijab qobul untuk menikahi Alisa. Namun setelah semua terjadi, Alisa akan dinikahi Ibam. Teman sekolah sekaligus anggota band ‘Daun' bersama dengan Esa.

“Gue ga bisa ngomong apa-apa, makasih banyak caa.  Please, ada terus buat gue ya”

“Iya aliku sayang”

Mereka pun bertatapan. Tersenyum satu sama lain untuk saling menguatkan.

Ayah dan Bunda Alisa bercerai 4 tahun yang lalu. Sejak itu ayah Alisa sulit dihubungi apalagi ditemui.

Akad nikah Alisa pun diwakili oleh adik dari Ayah Alisa, Om Burhan. Meskipun ada air mata, bukan berarti kesedihan akan terus mendera. Alisa terlihat bahagia di pelaminan bersama Ibam.

Jumat, 27 Oktober 2017

Bondi dan Puppy

Seorang anak menatap cermin penuh dengan berani. Cermin dengan tinggi satu meter itu cukup memantulkan cahaya sehingga seluruh bagian tubuh seorang anak kecil dapat terlihat sempurna, utuh. Dengan kreativitasnya ia menggambar pola superman dengan lipstick merah ibunya pada permukaan cermin itu. Tubuhnya menjadi kanvas utama untuk digambar menjadi superman. Mula-mula ia membuat pola segitiga, kemudian tergambar bentuk celana khas superman. Ia pun senyum-senyum sendiri sambil menghadap kaca,. Terlintas di pikirannya ‘hmm, sepertinya ada yang kurang’. Tangan mungil itu mulai mengarsir gambar disekitar cermin. Menjorok ke sisi untuk lebih membingkai badannya. Sempurna untuk menjadi jubah superman. ‘Taraaa!’, si kecilpun tertawa dengan riang. Sambil bertolak pinggang ia merasa puas. Dengan baju dan celana panjang berwarna biru, Ia telah menjadi superman. “Cukup sudah”, katanya. “Aku sudah persis superman”, kata anak laki-laki itu lagi dengan bangga.

Si anak lupa bahwa ia membutuhkan huruf S dibagian dadanya. Seekor anjing ajaib meraih lipstick yang sudah tergeletak dilantai dan mulai mengarsir bentuk yang menyerupai huruf S. Anak itu terkesima. Bahwa rekan yang sering diajaknya bercanda dan menonton acara di televisi itu telah membantunya menjadi superman yang sempurna. ‘High Five!’, mereka bertepuk satu sama lain, sebuah bentuk rasa bahagia sekaligus kekompakkan.

Seketika, saat menghadap cermin besar lagi-lagi kucing ajaib melihat sebuah kekeliruan. Kali ini memang tidak ada kekurangan pada gambar di cermin. Gambar itu sudah cukup membuat si anak seperti superman. Namun, anjing kecil itu khawatir. Anak itu terlalu bangga dan cenderung overpower. “Puppy, aku adalah seorang superman. Aku akan memberantas kejahatan dengan gagah berani. Aku bisa terbang kemana saja dan menembus ke langit”. Anjing kecil mengangguk tanda setuju. Jubah, celana, dan huruf S yang terpasang tak pernah bisa menggambarkan kepribadian superman, sekalipun si kecil itu berhasil terlihat seperti superman. Ia membutuhkan sesuatu yang tak kasat mata untuk menjadi superman. Hal yang esensial itu adalah sebuah perangai. Sebuah kepribadian. Sebuah karakter yang kuat, berani sekaligus baik, tidak berlebihan dalam menggunakan kekuatan, dan melakukan kebajikan untuk kepentingan umum.

“Bondi, boleh aku memberikan saran untukmu?, kata Puppy ragu-ragu.
“Tentu saja, Puppy. Apakah saran yang akan engkau berikan?”.
“Bondi, Superman itu butuh karakter. Ia butuh sikap. Bukan sekedar cermin yang diwarnai tapi sikap yang berarti bagi sesama
“Puppy, terimakasih atas perhatianmu. Aku pun mengerti. Ketika aku dewasa, aku tidak akan menggunakan cermin ini untuk menjadi Superman. Ini hanyalah sebuah ilustrasi yang menyenangkan dan akan kukenang ketika dewasa nanti. Aku harap semua gambaran ini terpatri didalam hatiku sampai tua. Sehingga karakter superman yang tulus itu akan tumbuh bersama denganku, dan dengan bantuanmu juga. Hilangkan keraguanmu itu, karena aku tahu kau akan selalu menuntunku, Puppy"

Mereka tersenyum satu sama lain, saling berpelukan, dan rasa khawatir Puppy pun hilang sudah.


Kamis, 26 Oktober 2017

Menguak 7 Cara Atasi Bosan di Angkot



Berapa lama kamu menghabiskan waktumu dijalan? Satu jam? Dua jam? Atau lebih?
Ditengah kemacetan yang suram dan terkadang membuat kita putus asa, ada loh beberapa cara untuk membuat waktu dijalan kita lebih efektif. Apa aja?

1. Nonton Drama Korea

Image result for nonton drama koreaKalian sering banget ga ngeliat teman yang disamping atau didepan atau dipinggir angkot nonton korea sambil pake headset di telinganya?. Cara ini dilakukan karena waktu perjalanan yang lama dan pemandangan yang begitu-begitu saja sudah membuat bosan. Dengan cara update drama setiap minggu bahkan setiap hari di handphone untuk mengisi waktu selama perjalanan, mereka dapat menikmati perjalanan lebih menyenangkan. Apalagi ada adegan adegan baper yang bikin kita berimajinasi dan senyum-senyum sendiri. Sekarang sih udah mulai banyak aplikasi yang bisa kamu coba untuk menonton. Selain drama korea, biasanya orang juga dijalan menonton youtube, film, atau ceramah pengajian di dalam angkot. Memang deh cara menonton ini banyak jadi solusi sekian banyak pengguna angkutan umum.

2. Tidur

Setelah lelah bekerja seharian, biasanya para penumpang angkutan perkotaan mulai menguap-nguap. Ya iyalah. Setidaknya mereka udah bangun jam 5 dan sampai jam 6 sore belum juga sampai rumah. Nah, pada kondisi kurang istirahat seperti itu biasanya mereka memilih tidur didalam angkutan. Cara ini juga jurus jitu ketika menghadapi pengamen yang berlalu lalang.

3. Buka Instagram, Facebook, Chatting

Image result for buka instagram
Udah terlalu biasa banget, orang dijalan buka instagram. Ada yang bolak balik liat feeds akun masak, video kpop, gossip seleb, atau sekedar kepo. Instagram ini memang salah satu medsos yang paling racun! Bisa chatting, bisa share lokasi dimana dan ngapain. Kayaknya cukup buka instagram udah tau aja semua info dan ngerasa lengkap. Tapi ibu-ibu yang masih belum familiar sama IG tetep buka facebook dan bikin status pas lagi macet. Chatting sambil buka-buka grup WA juga lebih leluasa kita lakukan saat dijalan. Ampuh banget bikin waktu ga kerasa!

4. Baca Berita
Image result for tampilan detikcom
Baca Koran atau berita di media elektronik juga sering dilakukan bapak-ibu penumpang. Detikcom, kompascom dan beberapa aplikasi lainnya memudahkan kita untuk dapat membaca berita sesuai keinginan. Membaca berita juga ga melulu tentang politik kok, bisa lifestyle, tips kesehatan atau gossip seleb (tetep). Orang yang memilih baca berita bisa menambah pengetahuannya selama diperjalanan. Mantap ya.

5. Main Game

Game yang paling sering jadi langganan ibu-ibu disekitar saya saat duduk diangkot adalah, candy crush, balloon shutter atau yang sejenisnya. Permainan ini mungkin relatif mudah dilakukan oleh orang tua dan desainnya yang menarik. Cara permainanya juga menyenangkan dan bikin penasaran. Kalau game kesukaan laki-laki atau bapak-bapak biasanya bola, billiard, CoC, Line Get Rich dan sejenisnya. Situasi yang membosankan memang membuat kita ingin main game untuk merilekskan pikiran kita yang mumet yang ditambah macet!

6. Kerja 
Ada beberapa orang yang kelihatannya sibuk banget didalam angkot. Mungkin memang eksmud atau orang penting (?) tapi yang jelas rata-rata orang masih bisa dihubungi terkait masalah pekerjaan saat perjalanan pulang. Hal ini membuat dia bisa bekerja didalam angkot untuk case yang urgent. Pernah juga sih ada yang buka laptop didalam angkot. Bener. Serius. Ada juga yang buka hp aja dengan pasang muka super serius. Nah yang sering aku lihat sih mbak-mbak atau mas-mas sebelah lagi baca email dan membalasnya terkait pekerjaan.

7. Dzikir Pagi dan Petang

Ayo siapa yang rajin baca dzikir pagi dan petang? Kebanyakan dari kita mungkin lupa kalau saat perjalanan yang panjang tiap pagi dan sore itu bisa dimanfaatkan. Cara ini penting juga supaya hati menjadi lebih tenang, sabar dan ikhlas saat bekerja maupun diperjalanan. Waktunya juga ngga lama. Ya paling 15 menit. Apalagi sekarang banyak juga aplikasi dzikir di hp. Tinggal cus dibuka aja. Abis melakukan ini boleh deh nonton, tidur, atau buka sesuatu yang bermanfaat selama diperjalanan!

So, adakah 1 dari 7 cara ini yang sering kamu lakukan untuk mengatasi bosan diangkot?

Rabu, 25 Oktober 2017

Sumpah Pemuda Tak Layak Dirayakan

Menilik kisah perjuangan para pendahulu seringkali membuat kita terpana dan bertanya-tanya. Rasa kagum yang tiada henti, dilapisi sedih dan sesekali getir dalam di dalam hati
Seperti itukah zaman dahulu?
Seberat itukah masa perjuangan?
Sebodoh apakah kita hingga tak mampu membayangkannya?
Apalagi menghadapinya.

Alih alih menyuguhkan kisah sejarah seutuhnya, masih ada juga pemecah bangsa yang menyembunyikan kemurnian kisah perjuangan itu. Dilingkupi kepentingan dan seringkali adu pencitraan. Namun sejarah tetaplah sejarah. Ia akan terkembang dan menetap di hati setiap pejuang. Karena ini masalah martabat Negara, bukan kepentingan golongan nestapa. Karena ini masalah darah yang telah tertumpah parah. Bukan mencari pembenaran atas sebuah luka yang kecil.

Dan saksi-saksi hidup itulah yang menjadi corong wawasan kita mengenai kisah sejarah dan perjuangan. Perang sebelum kemerdekaan. Dan sekalipun telah merdeka kita tetap terus melakukan perjuangan.

Soedirman. Pada usia 31 tahun ia sudah diamanatkan menjadi jenderal. Ia memimpin perang gerilya. Terbatuk-batuk ia karena sakit paru-paru dan akhirnya meninggal dalam keadaan terhormat.

Gajah Mada. Ia bersumpah akan berpuasa selama Nusantara belum bersatu. Loyal ia menjadi patih, perdana menteri sekaligus pemimpin perang demi menjaga persatuan nusantara.

Muhammad Yamin. Sunario. Kongres Pemuda 1928. Juga kepingan sejarah yang tak lantas bisa diabaikan. Mereka berdiri dengan kepanduan negeri. Mendambakan lagu Indonesia Raya dapat diputar tanpa ragu apalagi malu. Dengan Biola Wage Rudolf Supratman sebagai saksi, terkumandanglah Sumpah Pemuda.

Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertumpah Darah Yang Satu, Tanah Air Indonesia
Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Berbangsa Yang Satu, Bangsa Indonesia

Kami Putra dan Putri Indonesia, Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia


Tiga baris penuh magis
Menyatukan gelora jiwa muda yang seringkali dangkal tapi kuat
Dengan 3 baris itu, wilayah NKRI yang terpisah-pisah air dalam nan luas begitu yakin tetap ingin bersatu
Menjadi bagian yang sama pentingnya bagi NKRI

Bosan rasanya selalu diuji tentang hapalan 3 baris Sumpah Pemuda. Kita merayakan 28 Oktober tapi mungkin tidak memberi arti. Tidak melibatkan nurani.

Lalu mengapa 3 baris itu sungguh menggelorakan asa?
Tiga baris Sumpah Pemuda yang mampu membakar setiap semangat yang berapi-api.
Menyulut emosi untuk tetap meraih NKRI
Semua itu tak sekedar sensasi tapi gerak hati.
Lantas apa pelajaran yang dapat kita ambil pada setiap sejarah yang terukir?

Sebuah perayaan?

.
.
.
.
tentu pergerakan yang lebih ditunggu.
.
.
.
.



For those youth and their movement which have contributed to coloring this beautiful country, salute <3 

Selasa, 24 Oktober 2017

DUA RATUS KATA


Hidup masa kini ataupun masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja. Seratus, Dua ratus kata tanpa makna. Seribu, dua ribu sumpah akan berakhir hampa. Masa kemarin mungkin pernah disesali. Kau menepi, mencari arti. Namun tak lantas membuatmu lebih baik dalam sekejap mata. Perubahan yang dinanti itu akan berujung harapan kosong jika terus mengasa tanpa gerak. Mengharap berubah cepat. Sesuai keinginan. Tapi sayangnya hanya sekedar ingin. Tanpa bukti.

Hidup memang akan begini-begini saja. Jika kita belum mampu memandang dunia dengan lebih luas. Meraih ujung cakrawala. Meskipun sesekali mendung. Lihatlah, ada kekuatan nun jauh disana. Butuh sedikit kesabaran untuk mendrobak kehidupan yang terlanjur tertakdir. Namun jangan sekalipun berputus asa. Bahwa, ada qadar. Takdir yang berubah dalam hidup berdasarkan keinginan dan usaha yang tersadar dilakukan hamba. Bukan dalam angan. Apalagi mimpi. Maka bangunlah dalam sekejap ketika tersadar kau sedang berada dalam khayalan. Bangunkan hidupmu sekarang juga jika ingin hidup lebih berarti.


Hidup masa kini ataupun masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja. Jikalau tak ada motivasi berjuang. Jikalau tak ada keinginan berusaha melebihi kapasitas yang dipunya. Andaipun berkeinginan dan semesta mendukung, kita masih, seringkali, mencari alasan untuk pergi dan memilih hidup begini-begini saja. Sulit memang sulit, dan tetap sulit jika kita berpikir sulit sehingga akhirnya hidup masa kini atau masa yang akan datang tetap berjalan begini-begini saja.

Selasa, 17 Oktober 2017

Melihat Tere Liye Berbicara sama Indahnya dengan Buku!

Pembicara pertama sudah menjadi pusat perhatian dari kurang lebih 800 peserta yang hadir diacara itu adalah....

TERE LIYE

Melihatnya berbicara yakin dengan beliefs yang dipegangnya erat membuat satu hal yang terngiang. Tere Liye itu luar biasa. Beliau menjelaskan bagaimana dia menulis. Bahwa menulis harus dengan kesungguhan. Tulislah saat itu juga. Tulislah dengan hati biar diterima oleh hati juga. Sungguh gaya bicaranya benar-benar layaknya penulis, kata yang sering terlontar menurut perhitungan saya adalah: lantas.

Memang kedengarannya beliau orang yang seenaknya, tapi semua yang diungkapkannya adalah konsep yang matang. Ia begitu percaya diri dengan prinsip yang dipegangnya. Dan ia tegak berdiri dengan karakternya. Sepanjang acara, seringkali ia memanggil penonton dalam sebutan Nak.

tere liye dipanggung sepanjang acara duduk aja

Ia menitip pesan, agar kita sekarang harus berpikir, apa yang akan dibaca oleh anak-anak penerus kita? Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar, dan sekian nama besar penyair sudah tidak ada. Maka, sekaranglah saat yang tepat itu. Kalau dipikir-pikir benar juga ya. Harusnya tidak ada alasan sibuk dalam menulis. Para penyair/sastrawan/penulis terdahulu menggunakan mesin tik untuk menuliskan gagasannya. Beberapa kali mengalami revisi dengan cara yang jauh lebih sulit dari pada teknologi masa kini.

Tere Liye mengilustrasikan sebuah percakapan:
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

Q : "Ayah kapankah sebaiknya menanam pohon yang baik itu?
A : "Ada 2 waktu terbaik untuk menanam pohon nak, yang pertama itu 20 Tahun yang lalu, agar saat
        ini pohonnya sudah lebih tinggi dari kita, dan sudah berbuah produktif"
Q : "Tapi ayah, 20 tahun yang lalu itu sudah lama sekali"
A : "Yang kedua itu adalah hari ini. Agar ditahun yang akan datang kau akan lihat pohon itu tumbuh,
      hingga melewatimu kemudian ia berbuah meskipun kecil namun kau akan senang mendapatinya.
       Jadi nak, jangan tunda lagi atau kan akan menyesal 20 tahun lagi"


4 Hal penting dalam menulis:
1. Motivasi
2. Mau menulis apa?
3 Buat sudutpandang yang berbeda
4. Kegigihankonsistensi dan banyak memperbaiki diri

Kalau Tere Liye ditanya, apakah yang membuat anda bisa menulis?
Tere Liye menyiapkan 99 alasan mengapa ia harus tetap menulis. Sehingga, ketika 1 alasan hilang, ia masih punya 98 alasan lainnya. Ketika 3 alasan pergi, ia masih punya 96 alasan lainnya. Ketika 49 alasan sudah tidak ada, ia masih punya 50 alasan lainnya.
Ketika 98 alasan runtuh entah kemana, ia masih punya 1 alasan untuk menulis.
Ketika Tere Liye menjelaskan bagaimana cara menulis, jawabannya adalah latihan. Seseorang yang tidak terbiasa menulis ya pasti akan bingung jika dihadapkan dengan laptop dan Ms.Word. Tetapi seorang penulis akan lancar mengetik sesuai sisi kepalanya.  Jikalau mentok dan setiap penulis punya cara tersendiri untuk melanjutkan ceritanya. Bisa dengan menonton, jalan-jalan, asal jangan belanja -uang habis buku belum kebikin wkwk-. Tere Liye sendiri menjadikan film (bollywood, hollywood, korea dsb) sebagai jalan keluar kala mentok tiba.

Tere Liye juga memberikan ilustrasi ketika seorang bapak diberikan tempe mentah dan bumbu-bumbu dapur, apa yang hendak ia buat? pasti hanya tempe goreng.
Lain halnya jika seorang ibu disuguhkan hal yang sama dan diminta membuat 10 resep masakan yang berbeda, ibu akan terampil membuat tempe tersebut, masakannya bisa dibacem, disemur, diorek, dan lain-lain.

Begitu pula menulis.

Suatu hari Tere Liye menemui ibunya dan mulai menggombali ibunya.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T: "Mamak, bagaimana mamak membuat ini semua?"
M: "Dimasak saja darwis"
T : "Dimasak bagaimana mamak? kok rasanya enak sekali"
M: "Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke ibunda tercintanya  itu karena jawabannya tidak ada romantis-romantisnya.

Istri Tere Liye pun diawal pernikahan tidak bisa memasak. Lalu istrinya mulai membuka buku resep, menyiapkan gelas ukur, menyiapkan seluruh komponen yang diperlukan dalam memasak. Ia mengikuti selurh urutan dan takaran sama persis dengan apa yang diperintahkan si buku resep. Meskipun begitu, apakah menjamin masakannya sudah enak? ternyata belum.

Namun lama kelamaan, buku resep dan gelas ukur itu tak lagi ada didapur. Semua peralatannya sederhana dan rasa masakannya sudah enak sekali. Kemudian terjadi percakapan di meja makan.
*dengan perubahan seingat penulis, namun tidak mengurangi makna yang dimaksud

T : "Istriku, bagaimana kau memasak ini semua? Enak sekali rasanya"
I : "Ya tidak bagaimana bagaimana dimasak saja"
T: "Iya sungguh enak sekali ini rasanya, bagaimana cara memasaknya"
I: " Dimasak masak saja!"

Singkat cerita Tere Liye tidak melanjutkan pertanyaannya ke istri tercintanya itu.

Seperti itulah Tere Liye mengilustrasikan sebuah buku, tulisan dan penulis. bahwa ya tips dalam menulis adalah : Ditulis tulis saja!

Video saat event tersebut:





***

Senin, 16 Oktober 2017

Apaan tuh Jumpa Penulis?

Sesuai judul akupun bertanya-tanya : Apaan tuh Jumpa Penulis?

Abis diajakin asri di grup. Langsung aku buka alamat webnya dan melihat acara yang disugguhkan. Sungguh tak banyak lagi yang aku pertanyakan. Cukup melihat Tere Liye, Ippho Santosa, Asma Nadia dan Helvy Tiana Rosa diantara para pembicara yang akan hadir. Cuss, jadilah aku beli tiket! dengan cara dibeliin asri dulu wkwk.

Waktu berlalu, hingga akhirnya Asri batal ikut. Dimas yang hendak menggantikan Asri tidak juga bisa ikut karena berat diongkos. Meskipun mereka penggemar Tere Liye juga! (kayaknya sih gitu).

Datang terlambat dan akhirnya duduk terpisah sama teteh :( tapi ya kalau nonton seminar gitu ga akan banyak ngobrol juga.




Lokasi acaranya di Aula Besar Taman Ismail Marzuki. Aula tersebut sangat nyaman dengan audio dan struktur bangunan yang baik pula. Tidak heran jika tempat ini menjadi langganan untuk menyelenggarakan seni pertunjukan karena memiliki kualitas akustik yang baik.

Seseorang dihadapanku saat itu adalah Tere Liye! Wah melihat ia bicara itu sama indahnya dengan membaca bukunya loh. Dibalik itu semua, ia memang sudah memiliki karakter yang kuat dan prinsip hidup yang hebat.

Setelah Tere Liye, ada Ahmad Rifa'i Rifan.

Penulis itu belum begitu aku kenal, namun mendengar ia menulis buku dengan judul : Tuhan, maaf kami sedang sibuk cukup membuatku terhenyak. Sepanjang ia presentasi dihadapan kami, maaf saya ketiduran.

Masuk ke pembicara ketiga!!! Ia adalah Ippho Santosaa!!!
Wah luar biasa sih rasanya melihat ia secara langsung dan mengetahui bagaimana ia dapat berbicara didepan orang banyak. Suaranya jernih dan bersih sekali sehingga terdengar sangat jelas. Ia punya tim sendiri dalam audio dan ada batas minimal kekuatan audio saat mengundang beliau.

Saya sendiri belum pernah baca buku-bukunya, tapi follow akun Instagramnya dan senang melihat ia berbicara jika ada di TV. Satu hal yang saya lihat, beliau sangat positif.

Pembicara ke empat ialah Helvy Tiana Rosa.
Jujur saya juga belum pernah baca secara utuh karya beliau. Namun namanya yang terkenal  sejak aku sekolah dasar telah ku ketahui. Kenapa ya aku belum pernah baca? Hmm mungkin kedengerannya karena bukunya itu terdengar ibu-ibu sekali. Namun sepertinya aku salah.
- perlu baca satu nih! ketika mas gagah pergi mungkin ya :)

Kisah hidupnya bersama Asma Nadia, adiknya, pun sangat inspiratif.

Pembicara ke Lima adalah Dewa Eka Prayoga. Jujur baru dengar nama ini. Mungkin udah sering berseliweran di media sosial tapi kurang ngeh.

Yang terakhir adalah Asma Nadia. Nama ini mungkin adalah orang yang paling pertama aku ketahui sejak dulu, diantara pembicara-pembicara yang lain. Meskipun sempat membaca tetapi sudah agak lama semacam SMP-SMA gitu.

Overall, thanks to @kmoindonesia yang sudah menyelenggarakan acara ini. Dan acara ini kuat selain karena KMO itu sendiri juga karena pembicara yang hadir.

Tapi ada  kekurangan yang ingin saya sampaikan, agar saya nih orang biasa yang belum bergabung dengan KMO tidak merasa kapok untuk menghadiri acara yang diselenggarakan KMO. Kekurangan tersebut adalah Pembagian hadiah yang asal.


Kenapa pembagian hadiah langsung disuruh maju sampai lari-larian? sementara peserta ada yang duduk ditengah, diatas, dipinggir sekali sulit untuk melakukan hal itu. Semua pembagian hadiah begitu caranya.

Kemudian pembagian hadiah posting instagram. Hal ini juga saya keluhkan, karena ucap MC : 20 peserta PERTAMA yang memposting acara hari ini dengan #jumpa penulis dan tag @kmoindonesia akan mendapatkan hadiah.
Nah saya semangat nih buat memposting untuk sharing dan demi kuis tersebut. Ternyata sama aja, hadiah dibagikan dengan cara ngasal.

MC : siapa yang udah posting maju kedepan sambil bawa buktinya.
Bukti sama sekali ga dilihat, siapa aja yang paling deket kedepan dia yang dapet hadiah. OH NO!!
tidak sesuai perkataan dan perbuatan.
Mungkin karena keterbatasan waktu ya, tapi apa sulitnya tim dibelakang layar menentukan 20 akun terpilih kemudian dishare namanya di backdrop panggung itu terus disuruh maju aja. Saya dengar ada orang yang mengambil 2 buku di momen itu, dan dikeluhkan juga sama banyak orang.
Lari larian menjemput hadiah itu strategi marketing atau apa?

Sebenarnya masih ada sih yang mau dikeluhkan, kayak topik yang dibawa MC bikin males, dsb dsb.

Tapi karena pengisi acaranya memang orang hebat ya aku seneng aja!


ini dia tiga foto yang aku share di instagram :)




***

Jumat, 25 Agustus 2017

Kepikiran

Pagi ini. Tidak seperti pagi pagi biasanya. Aku tak bisa membiarkan hari ini berlalu begitu saja. Aku perlu menyampaikannya kepada orang lain. Karena menentukan hal ini tidak penting atau penting sekalipun begitu sulit rasanya. Namun sisi kemanusiaanku terusik.

Seorang anak laki-laki, tinggi sekitar 165cm, berusia sekitar 18 tahun dan berkebutuhan khusus masuk ke dalam angkutan kota yang selalu kugunakan setiap hari. Ia menggunakan kaos putih berlngean agak merah pudar dan celana 3/4 (ngatung) berwarna coklat dgn kantung pada sisi-sisinya.

Awalnya aku tidak menyadari, karena posisiku menghadap ke arah supir dibagian depan, sementara ia posisinya ditengah.
Setelah angkutan berangkat, ada seorang ibu yang melipir ke arahku. Ada seseorang yang berkebutuhan khusus itu duduk disampingnya. Tanpa mengurangi sedikitpun rasa hormat dan sayangku pada setiap orang berkebtuhan khusus, aku harus dapat memaparkannya dengan baik apa yang aku alami.

Anak itu seperti bicara sendiri, agak kencang suaranya dan mengganggu ibu-ibu yang duduk persis disebelahnya.
Mungkin pada awalnya kami penumpang tidak menyadari ada anak tersebut. Namun setelah ibu-ibu tersebut akhirnya memutuskan turun dari angkutan membuat kami sadar. Loh ini siapa yang menjaganya?
Tentu ia tak boleh sendiri.

Sepanjang jalan ia berbicara ingin turun di UKI. Meskipun tujuan jelasnya belum dapat ditebak atau bahkan tidak diketahui. Aku sebagai penumpang merasa iba. Sangat iba kepada anak tersebut. Juga kepada keluarga yang mungkin ditinggalkannya. Kondisi anak tersebut bersih dan terawat. Ia membawa botol air mineral yang sesekali dimainkannya dalam perjalanan ke UKI. Pak supir sempat membentaknya, "hei mau kemana lo", anak tersebut tidak menjawab secara jelas. Dan tentu setotan si abang kurang 8ribu.

Aku tak habis pikir dan serba bingung serta merasa bersalah. Anak itu akhirnya turun berasama beberapa penumpang lain. Sambil terus berjalan menanjak di jembatan penyebrangan menuju halte bus transjakarta.

Apakabar ya anak itu?
Semoga ia dilindungi Allah.
Dan benar ia menemui siapa/apa yang dicarinya :)

*pulang kerja masih kepikiran

Senin, 01 Mei 2017

Dear Muslimah

Matahari indah menyambut wangi bunga sejuk nan sendu pagi itu. Ia tak pernah merugi meski sinarnya terbagi ke seluruh pelosok bumi. Rasa syukur dan gembira bersatu padu dalam hati.

Dear Muslimah, kian hari aku merasa bahagia karena jumlahmu semakin banyak. Karyamu selalu mengundang senyum dan rasa kagum. Engkau yang berdiri sendiri dan menapaki jalur yang kau yakini semakin menambah kebanggaan atas dirimu. Membawa warna dan kisah tentang keindahan yang nyata.

Jika engkau pernah merasa ragu dengan pakaian yang kau kenakan, aku pun sama. Seringkali banyak alasan muncul dan membuat khawatir. Setiap pagi kita mematutkan seluruh badan dihadapan cermin. Untuk memastikan kembali bahwa kita mengenakan yang terbaik. Sambil berdoa. Allaahumma kamaa hassanta kholqi fa hassin khuluqii.

Seandainya kita bisa bertemu, diri ini ingin mengambil semua pelajaran darimu. Tentang hidup dan kehidupan. Kemudian bercerita tentang bagaimana rasanya terpana dan diam-diam ada getaran yang merasuki hati.

Selama jalinan belum berujung akad, kita pasti cemas. Merasa tidak aman. Mulai menerka-nerka tapi sudah memberi segalanya. Hati ini belum merasa senang dan tenang. Kemudian kita masih bertanya-tanya:
apakah ia benar jodoh atau hanya orang yang kebetulan singgah?
Sementara itu, hati ini selalu terpaut padanya, dan lupa mengambil hikmah alam semesta.

Cemaskan orang tua kita, selagi ada. Cemaskan amal kita, selagi mampu. Cemaskan ibadah kita, bukan mencemaskannya.

Dear Muslimah,
Diri ini memang ingin selalu ditemani. Pada hakikatnya kita memang tak bisa hidup sendiri.
Diri ini sering juga merasakan sepi. Disaat sendiri. Disaat menanti.
Bahkan disaat ramai, kita juga sering merasa kosong.
Manusia bisa datang dan pergi kapan saja. Karena kita tak pernah ada kuasa untuk menahannya.
Maka, carilah yang paling dekat dengan kita.

Dear Muslimah,
Bayanganmu selalu indah dilihat. Selalu pantas dimuliakan karena dirimu adalah wanita. Yang ketika masih anak-anak, ia dapat membukakan pintu surga bagi ayahnya. Saat wanita menjadi istri, ialah yang menyempurnakan setengah agama suaminya. Dan ketika anaknya mencari surga, ditelapak kaki ibu tempat itu berada.


Bersiaplah sebaik mungkin saat menanti, karena janji Allah itu pasti.

Minggu, 30 April 2017

Metamorfosa Akhlak #3 - Ust. Abi Makki

Ust Abi Makki


Dari Abu Hurairah, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” 

(HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246)

Orang yang paling banyak masuk surga adalah orang yang baik akhlaknya.

Akhlak itu mencerminkan kasih sayang yang indah.
Ia tersenyum, ramah, baik
Akhlak itu perisai yang menunjukkan kelembutan dan keindahan.

Akhlak kepada Allah dapat ditunjukkan dengan menutup aurat, solat, membaca alquran dan beribadah yang lainnya. Pada dasarnya, karena Allah yang memberikan akhlak kepada kita.

Akhlak kepada manusia  ditunjukkan dengan cara bersikap baik.

Dari alam roh, Allah sudah begitu baik. Memperlakukan kita yang baik-baik, selama kita belum dapat melakukan apapun. Saat kita masih belum berwujud.

Di perut ibu ia sudah diberikan rezeki oleh Allah. Tumbuh dan berkembang dengan penjagaan yang sempurna dari Allah.

Siapapun yang menjatuhkan rasa cintanya hanya kepada Allah, niscaya Ia tidak ada pernah kekurangan cinta dan kasih sayang.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang sahabatnya,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.

Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.
HR ath-Thabrani (no. 2374)




Ada sebuah kisah, suatu ketika Umar bin Abdul Aziz, khalifah pada masa tahun 717-720 pergi ke suatu pasar dan bertemu dengan rakyatnya. Ia dihina habis-habisan oleh salah seorang pedagang disana. Ia dicaci. Padahal dalam kekhalifahannya, rakyat begitu makmur dan hilang angka kemiskinan. Pengawalnyapun sangat tersinggung jika ada yang menghinanya Namun apa yang dikatakan beliau setelah dihina.

"aku lebih buruk dari pada itu, hanya Allah menutupi aib-aibku"

Kekuatan akhlak yang tercermin dalam kata dan perbuatan.

Wallahu A'lam Bishawab.

Metamorfosa Akhlak #2 - dr. Aisyah Dahlan

Mengenal dan Mengelola Emosi

dr. Aisyah Dahlan



Apa itu emosi?
Apa saja itu emosi? marah, kesal sedih

Emosi itu dapat dirasa. Asal muasal katanya dari movere artinya menggerakan atau bergerak.
ditambah awalan e artinya menjadi bergerak menjauh.

Emosi berpusat di sistem limbik ada otak.

Ada 9 level emosi yang secara fitrah dimiliki oleh manusia :
  • damai/peace
  • menerima/acceptance
  • semangat/ courage
  • sombong/pride
  • marah/anger
  • buru-buru/lust
  • takut/ fear
  • sedih/sad
  • apatis/ apathy
Dalam Islam, emosi apatis, sedih dan takut tergolong Nafs Lawamah. Emosi buru-buru, marah dan sombong tergolong Nafs Ammarah. Emosi Semangat, menerima dan damai tergolong Nafs Mutmainah. Sebaiknya kita terus menjaga kondisi hati, perasaan dan emosi kita pada Nafs Mutmainah ini.

Apati merupakan level terendah, orang yang mengalami emosi ini merasa tidak berguna dikehidupan ini. Kondisi yang sangat rendah merasa bersedih tanpa energi.

Hal yang lebih rendah dari apati adalah depresi, kondisi depresi ini adalah emosi yang tidak lazim dimiliki. Maka jika kita mulai merasa sepi, bangkitkan semangat dengan cara menarik nafas dalam-dalam dan membaca istighfar agar energinya terus meningkat dan tidak berujung depresi.

Emosi tertinggi setelah damai adakah manik. Kondisi emosi yang terlalu bergembira.

Ketika seseorang terlalu mudah depresi dan dalam kondisi sesaat ia bisa manik, itulah yang disebut bipolar.

Untuk menaikkan emosi ke level semangat dari level apati itu butuh 5 langkah. Maka dari itu, hal tersebut cenderung sulit dilakukan dan membutuhkan waktu.

Fase emosi yang mencapai semangatlah yang baru dapat diberi masukan/saran. Situasi emosi di bawah semangat belum dapat menerima saat diberi masukan.

Dalam mengubah akhlak perlu dikenali terlebih dahulu emosinya, baru kemudian dapat dikelola. Emosi secara elektromagnettik akan dibroadcast ke alam semesta dan ditarik oleh orang-orang yang seperti apa yang kamu mau. Seperti perasaan senasib.

Dengan emosi kita sendiri, kita yang menarik gelombang tersebut atau ditarik oleh orang lain dengan gelombang yang sama.

Hal ini juga dapat dijelaskan secara ilmiah. Badan punya zat besi yang sifat elektromagnetiknya sangat kuat dan dapat ditangkap oleh semesta. Jika kita semangat, tentu hal yang sifatnya semangat pula yang akan menghampiri.

Tahu kan firman Allah: “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”. 

fa wa robbis-samaaa'i wal-ardhi innahuu lahaqqum misla maaa annakum tanthiquun
Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan (Addzariyat: 23)

---

Yang pasti saya terkagum-kagum sama dr. Aisyah Dahlan itu. Beliau adalah pembicara yang baik (setiap memaparkan sebuah ilustrasi, ia seperti seorang Stand Up Comedian yang melempar punch dan pecah!), dan seluruh peserta yang hadir dapat menerimanya dengan baik. Beliau merupakan seorang dokter yang aktif merehabilitasi, membangun, dan menyembuhkan para mantan pecandu narkoba. Dalam seminarnya, beliau membawa anak asuhnya dan mendramakan 9 level emosi tersebut sehingga kami yang mendengarkan ikut membayangkan suasana-suasana tersebut.

Coba kita bayangkan, ketika dalam posisi sedih, apakah yang kita lakukan?
Mungkin jawabannya dapat beragam. Seperti diam, menangis, dan meratap. Jika kita tidak berusaha menaikan emosi kembali ke posisi yang lebih bergairah, bisa-bisa kita jauh terperosok ke level emosi apati atau bahkan depresi. Jangan sampai ya kawan-kawan, takutnya nanti setan lewat dan pikiran kita sedang dalam kondisi dangkal malah terjadi hal yang tidak diinginkan.

Kalau kita merasa marah, apa yang kita lakukan?
Mencaci maki, berkata kasar?
atau diam dan meninggalkannya?

dr. Aisyah menggambarkan naiknya level emosi dengan mengilustrasikan seorang ibu yang kehilangan suaminya.

si Ibu : (S)
teman Ibu : (T)
bapak : (suami S)

Saat S pada kondisi apati, ia merasa jadi orang yang paling sedih, mengalami keterpurukan dan sudah tidak mampu menangis. Ia hanya memerlukan T yang mengusap punggungnya dan tidak mengoceh banyak banyak, karena T tidak pernah tau rasanya jadi S.

T : Ibu yang sabar ya, Allah sudah menyiapkan kehidupan yang baik untuk Bapak.
S : ..... menangis (emosinya sudah naik ke level sedih, ada energi)

T : ..... mencoba memeluk dan memberikan rasa empati yang tinggi
T : Istighfar buu, tarik napas dalam dalam.
S : ..... menangis lebih keras. kemudian mulai berbicara
S : Anak-anak masih kecil bu. Bagaimana jika saya tidak sanggup menghidupnya sendiri (emosinya sudah naik ke fase takut)
T : .....setia mendengarkan
T : Minta ke Allah bu, Dia-lah yang paling lapang rezekinya.
S : Iya ya buu, iya saya akan berdoa terus ke Allah biar anak cepet gede (buru-buru) 
...masih senggukan...

T : Iya bu.. Istighfar terus bu biar tenang, astaghfirullahaladzim.
S : Astahfirullahaladzim. Tapi Allah emang ga mau membiarkan suami saya hidup lebih lama dengan saya (marah)
T : Ibu astaghfirullahaladzim, ini sudah takdir kan bu. Untuk anak-anak kita bisa memanfaatkan yang ada dulu.
S : oh iya ya, astaghfirullah. iya mungkin saya mau melanjutkan bisnis suami saya ya, gini gini kan saya ini sarjana ekonomi (sombong)
....meskipun suaranya masih lemah tapi mulai percaya diri...

T : ......mendengarkan terus
S : saya mau belajar lagi ah, buka buku yang waktu itu suami kasih buat saya kalau ada sesuatu (semangat)

T : Nah, gitu dong Bu. Alhamdulillah ibu masih ada Raihan, Jihan yang sholeh dan sholehah.
S : Iya ya, kalau saya sedih terus bagaimana mereka melihat saya. Alhamdulillah ya bu (menerima)

T : Semua ini juga kan ada yang ngatur bu
S : Iya ya bu, selama ada Allah, ada keluarga, ada teman fii sabilillah, pasti hidup ini juga bisa sangat indah. Semoga Bapak juga mendapatkan tempat yang paling baik, Bapak kan baik (damai)
...sudah tersenyum....

Kurang lebih seperti itu percakapan dalam menaikan emosi, perlu waktu dan bertahap. Dalam meningkatkan emosi kita bisa sendirian atau dibantu orang lain.

Disaat kita sedih, biasanya kita mengalihkan pemikiran itu,mengingat motivasi hidup, membayangkan orang tua dan masa depan. Meskipun setelah sedih masih ada level emosi takut. Yakni kondisi masih merasa cemas jikalau terjadi hal-hal buruk yang akan datang pada kita. Namun rasa takut merupakan emosi yang wajar sebelum ke level-level selanjutnya.


Rasa sedih, takut, dan marah seringkali menutup pelita yang tersebar di muka bumi. perasaan itu melingkupi kita terus menerus hingga sesak dan akhirnya malas tersenyum, mudah berkata kasar, penuh kebencian, sulit menerima masukan dan menjadi pribadi yang tidak ikhlas.

Rasa semangat, hati yang menerima dan kedamaian adalah perasaan yang lapang dan menyenangkan. penuh dengan rasa aman, kasih sayang, kebahagiaan, dan kepedulian. kita seperti menari-nari didalamnya. penuh dengan cahaya hikmah dan kita enggan pergi, karena ada syukur.

Semoga kita bisa menjaga nafs mutmainah ini ya :" Aamiiin!
(*curhat *anaknyagampangmarah *mintadidoain)

Kemudian dr. Aisyah juga menjelaskan bahwa emosi/kondisi yang kita miliki bisa terpancar ke semesta. Contohnya jika kita mau belajar, Allah kan mendekatkan kita dengan orang-orang yang mau belajar juga. Seringkali kita merasa kebetulan jika menemukan pertemuan semacam itu, padahal hal tersebut sudah diatur dengan sempurna oleh Allah.

Emosi juga diiringi dengan keimanan, bahwa benar tangan dan tubuh ini bisa bicara di hari akhir tentang apa yang dilakukannya. Sekarang saja dokter sudah dapat mendiagnosa penyakit seseorang dengan stetoskop, data laboratorium dll. Bukan dengan ramalan, tetapi dengan ilmu. Tubuh kita sendiri sudah dapat memberikan tanda-tanda/gejala jika terjadi sesuatu. Dengan ilmu manusia aja kita sering terheran-heran, bagaimana dengan ilmu Allah yang bisa membuat tingkah laku dan aib kita terbongkar jelas dihari akhir. 

Jika tubuh kita butuh makan, kita pasti sudah merasakan lapar. Sinyal itu bukankah sebuah bentuk komunikasi?

Semoga kita mampu mengendalikan dan mengelola emosi dengan baik seperti yang ditunjukkan para nabi, para amirul mukminin seperi Umar bin Abdul Aziz yang luar biasa.

Jika emosi yang kita pancarkan baik, semesta pun menyambutnya dengan cara yang baik dan memberikan timbal balik yang baik pula.

---

Wallahu A'lam Bishawab.