Sabtu, 18 Maret 2017

Tentang Kita dan ....



Manusia memang tidak diciptakan sempurna. Semuanya pasti ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Dari pernyataan ini saja kita harus yakin bahwa tidak ada manusia yang sempurna termasuk aku, kamu, dan siapapun itu, kecuali Nabi Muhammad saw, manusia mulia yang dilindungi Allah dari segala penjuru.

Sementara kita bukan orang yang sempurna, Apakah kita hanya diam dan diam melihat segala dosa dan kesalahan yang diri ini perbuat? Tentu jawabannya sudah ada didalam diri kita masing-masing. Bahwa kita wajib bergerak untuk mengubah nasib diri kita sendiri dan tidak berpasrah pada kekurangan dan kesalahan yang berulang kali kita buat. Hijrah untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain. Agar hidup ini lebih indah, lebih mulia.

Melakukan hijrah tentu bukanlah suatu langkah yang mudah. Banyak tantangan dan rintangan meski baru membayangkannya. Namun begitu hijrah adalah langkah yang sangat mulia. Siapapun sangat mendambakannya karena ada surga diujung harapan manusia. Setiap kali kita gelisah karena dosa, semakin diingatkan kita tentang naifnya manusia. Mengulang kesalahan yang sama, seakan terjebak dalam lingkaran yang kita buat sendiri. Orang-orang yang patut diapresiasi adalah orang yang mampu berhijrah. Karena tak banyak orang yang lulus saat berhijrah. Karena banyak alasan yang berlalu lalang, banyak setan menggoda. Belum lagi iman yang naik dan turun. Sekalipun lulus ujian 1 masih ada ujian ujian selanjutnya yang tentu lebih susah. Berat ya... tapi jangan lupakan bahwa Allah Maha Baik, niat baik sekecil apapun selalu ditulis istimewa sementara niat buruk ditunda dalam pencatatannya. teman-teman ingat sebuah hadits qudsi, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, diriwayatkan dari Allah Ta’ala,

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ

Sesungguhnya Allah mencatat berbagai kejelekan dan kebaikan lalu Dia menjelaskannya. Barangsiapa yang bertekad untuk melakukan kebaikan lantas tidak bisa terlaksana, maka Allah catat baginya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bertekad lantas bisa ia penuhi dengan melakukannya, maka Allah mencatat baginya 10 kebaikan hingga 700 kali lipatnya sampai lipatan yang banyak.” (HR. Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 130)
Sumber : https://rumaysho.com/2557-cuma-bertekad-sudah-dicatat-satu-kebaikan.html

Niat untuk memperbaiki diri pasti menjadi bara yang menyala saat diri ini mulai lelah saat hidup dengan memegang teguh agama di masa kini. Atau bahkan pedoman agama sudah kita abaikan?

Langkah yang berat saat berhijrah seringkali mengurungkan niat seseorang untuk berubah. Namun jika niatan sudah ada, semesta pasti akan mendukung atas izin Allah. Seringkali kita mendapatkan ilustrasi dalam kehidupan bahwa betapa baiknya Allah melindungi kita, menutup aib-aib kita, memberi kita rezeki, kekuatan, iman dan ketakwaan. Bahwa hal yang bertahun-tahun lamanya sempat saya sesalkan, ternyata bukan hal yang patut disesalkan melainkan perlu disyukuri setelah memahaminya.

Sebuah kesalahan seringkali diukur besar dan kecilnya, sama seperti dosa. Dan kita menjadi lebih tolerir pada dosa/kesalahan kecil. Tetap saja kesalahan adalah sebuah kesalahan, dosa adalah sebuah dosa. Dan segala hal yang berputar dirotasi ini akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Aku tidak ingin kita saling menunjuk siapa yang melakukan dosa, siapa yang melakukan kesalahan lebih besar dibanding kita. Karena memang bukan itu tujuannya. Allah lebih dulu memberi tau kita bahwa manusia memang tempatnya dosa. Namun, bukan berarti kita berpasrah atas dosa. Mentang-mentang Allah Maha Baik, kita umatnya menjadi sombong petantang petenteng berjalan dimuka bumi. mentang mentang Allah Maha Baik, kita buat dosa sebanyak-banyaknya untuk kemudian diniatkan insyaf. Atau bahkan kita tidak merasa perlu untuk bertaubat?

Kita belum tentu diberi waktu untuk hidup lama. Kita belum tentu diberi waktu untuk bertaubat.

Kita belum tentu diizinkan Allah untuk bertaubat.

Masih ingatkah kita bahwa yang paling sulit adalah menjaga konsistensi. Bahwa yang sudah menapaki jalan yang lurus saja masih perlu pagar untuk membatasi jika mulai berbelok. Maka itulah pentingnya ihdinas shiratal mustaqim yang selalu kita baca saat solat. 'Tunjukilah kami jalan yang lurus'. Bahwa kita ingin selalu berada koridor yang Allah tetapkan. Atau bahkan kita sudah tidak solat? Sementara solat itu tiang agama, sahabatku.

Selama kita masih sadar bahwa sesama makhluk Allah wajib untuk saling mengingatkan, tentu kita wajib merasa senang karena masih ada yang sayang, masih ada yang peduli karena Allah. Bukannya marah dan tersinggung karena orang yang menasehati adalah pendosa. Jika selalu berpikir seperti itu, maka apa mau Allah langsung yang menegur di hari akhir? 

Karena lemahnya iman bisa dikuatkan jika kita selalu ingat apa tujuan hidup kita di bumi ini. Maka, bersyukur masih ada teman yang mau mengingatkan, bersyukur masih ada bacaan yang menenangkan, bersyukur bisa mengaji disaat muslim diluar sana banyak yang tidak bisa mengaji, bersyukur masih punya ibu yang selalu mendoakan kita, bersyukur bahwa Allah selalu bersama kita. Dia tidak tidur, tidak makan, Dia Yang Maha Esa yang selalu setia. Hanya kitanya saja hambanya yang sering keluyuran. Istighfar. Wallahu'alam bissawab.

*penulis adalah orang yang fakir ilmu, namun berusaha untuk berbagi dan ikut berkontribusi untuk memberikan hal positif melalui media sosial :)