Kamis, 28 November 2013

A Clinical Pharmacy Student Day

Rasanya tak pernah aku berbagi tentang jurusanku.
Dengan awal kisah yang sedikit rumit, akhirnya saya berkuliah di ITB dan memilih jurusan Farmasi Klinik dan Komunitas. Eh, karena memang sudah ditakdirkan juga.
Setelah aku pikir-pikir dalam keseharianku aku sedikit resah dengan labeling orang tentangku.
Ya mulai dari banyak hal, dan termasuk cibiran tentangku. Rasanya selalu ingin membela diri dan memberi klarifikasi. Padahal hal itu sangat buruk, dan tak semestinya begitu. Apalagi berakhir dengan debat yang dibenci Allah dan disenangi setan. Beruntung dengan cara yang tidak disangka selalu saya ingat dengan pepatah:
diam itu emas
Pepatah itu dapat membasahi hatiku yang kering kerontang. Disertai juga dengan usaha mencari penyembuh luka hati dengan cara beribadah kepada Sang Pemilik Hati ini. Beruntung, saya punya lingkungan yang sungguh positif. Jika satu orang imannya sedang turun, teman lain mengingatkan. Jika satu orang marah dan kesal, teman lain meneduhkan. Senang sekali punya teman yang bisa saling mengingatkan untuk kebaikan.
Di semester awal setelah aku memilih jurusan ini beberapa kali terbesit ketidakbersyukuanku tentang apa yang telah ku pilih. Dan di semester 7 inilah titik terang itu muncul lebih terang benderang.

Pelajaranku klinik sekali, mulai dari penentuan indeks terapi, formularium, ya tidak jauh dengan rumah sakit dan apotek. Kelas yang ada sering membuatku tidak fokus selama 2 jam, ya paling 1 jam pertama. Itupun jarang, karena aku masih belum paham mengapa aku harus belajar tentang ini dan itu.Di semester 7 ini, ada mata kuliah farmasi klinik yang sangat mewadahi aktivitas kefarmasian. Mata kuliah ini merangkum seluruh mata kuliah farmasi yang pernah aku dapatkan.

Saya jarang sekali ke rumah sakit. Terakhir ke rumah sakit karena sakit kuping, sakit banget, tapi ternyata cuma radang. Ke rs mitra keluarga dekat rumah. Rumah sakitnya bagus, kayak hotel dan tempat nunggunya nyaman.

Hari selasa lalu aku ke rs muhammadiyah. Melihat hiruk pikuk penyediaan barang ke gudang, dispensing dan memberikan informasi obat, menyenangkan.

Tadi siang aku berkesempatan ke RS Hasan Sadikin, dan hal berbeda lagi aku temui. ITB ada MoU dengan RSHS terkait RS pendidikan, jadilah kami praktikum fraklin disana.
 
Sebenarnya ya begitu, rumah sakit. Tempat berkumpulnya orang sakit yang mencari pengobatan. Namun yang aku dapatkan tidak hanya tentang praktikum, tetapi juga suasana dan pendidikan kehidupan.
 
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu’ara: 80]
 
Datang dengan melihat gedung tua yang besar namun lusuh dibeberapa bagian temboknya. Dan keadaan menjadi lebih kumuh dibeberapa sudut. Terutama dibagian depan (entah namanya apa) yang jelas tempatnya kayak terminal. Di kursi-kursi besi banyak orang yang tidur yang diujung terdapat loket pengambilan obat kayak loket antrian pergi ke luar kota. Melihat penuhnya rumah sakit karena pasien, keluarganya, dokter, perawat dan mahasiswa semakin ku bisa melihat begitu bayak orang berlalu lalang dengan alasan yang juga berbeda. Ada yang berniat belajar, bekerja, menjenguk dan lain-lain. Dan aku mulai menebak nebak apa yang ada dipikiran setiap orang yang aku temui.
 
Inilah kali pertama aku ke RSHS
Melihat mesin atm yang berjejer di rumah sakit
Melihat bantal merah muda diatas kursi besi
Melihat kafetaria dokter yang bagus namun disisinya banyak sekali keluarga pasien dan ada yang sedang makan indomie mentah
Melihat pasien diatas kursi roda
Melihat pasien diatas kasur yang didorong menuju IGD dengan lilitan selang dan tabung oksigen
Melihat juga sebuah ambulance dari RSUD sebuah daerah di kabupaten bandung yang mengebut sangat cepat
Melihat apa saja
Melihat ibu yang sedang menyuapi anaknya
Melihat bapak yang tidur karena letih yang tak lagi tertahan
Melihat tangisan di pinggir lorong, 2 orang wanita paruh baya yang sedang menguatkan satu sama lain
Dan banyak lagi yang kamu akan lihat di rumah sakit
Terutama rumah sakit rujukan seperti RSHS
Itulah yang membuat aku merasa hari ini akan banyak pelajaran yang aku dapatkan
Seterpana itulah aku melihat Rumah Sakit, tidak seperti hotel.
 
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal.’” (QS. At Taubah: 51).
 
Juga firman-Nya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid: 22-23)
 
Begitu banyak kan kau temui wajah luyu yang kehabisan air
Juga banyak ibu ibu yang mencari nafkah dengan menjual nasi bungkus.
Banyaklah hal yang akan kau temui diluar. Maka keluarlah lihat kondisi disekitarmu.
Seperti tamparan ke diri sendiri.
Untuk itulah pentingnya apoteker yang bisa diandalkan. untuk memaksmalkan terapi dan mencegah Drug Related Problems, Sakit karena penggunaan obat yang tidak tepat, Monitoring obat yang tidak memadai, Medication Error dan masih banyak lagi.
 
Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).
 
Dan apakah kamu bisa menolong mereka?
Jadilah bagian dalam ikhtiar.
 

Bisakah kita hidup seperti Matahari? Selalu memberi tak harap kembali.

-Ridwan Kamil

 

Jumat, 22 November 2013

Nothing, just a present

Berhentilah menipu angin
Menipu perasaanmu tentang langit dan bintang bintang
Berhentilah menipu pohon yang sering melindungimu dikala sendiri
Berhentilah untuk menabur biji pada lahan tandus

***

Lihatlah seorang perempuan berseragam yang berjalan dengan centilnya. Lompat kesana kemari khas anak muda yang baru lulus SMA. Ia terbalut dengan busana muslimah. Rasanya ia belum punya banyak teman. Ia adalah anak madrasah yang baru saja kukenal. Senyumnya yang sok akrab membuatku geli berjabat dengannya.

Aku pergi sendiri, menantang angin ditengah hari. Saat itu hari tak sedang kelabu namun anak itu masih saja mendekatiku. Ia memang datang dari jauh, namun bukan berarti ia mudah mendapatkan perhatian dariku.

Aku tak sesungguhnya berminat untuk berteman dengannya, sendiri saja rasanya, aku sanggup. Namun jalan hidup selalu mempertemukan kami. Mulai dari rumah kosan yang dekat, kantin langganan yang sama. Dan yang paling aku tidak suka adalah ia sejurusan denganku di kampus. Bagaimana mungkin aku bisa menghindarinya. Meski wajahku sudah kupasang jutek level 15, tetap saja ia hilir mudik dan mengganggu pandanganku. Ah aku benci ruang.
Menjelang sore aku terpaku dibibir kelas dan menatap awan. Lagi lagi...Ah aku benci langit.

***

Berjalan kaki untuk pulang ke rumah kosan adalah hal yang aku sukai. Meski harus beratapkan langit, setidaknya aku suka pohon pohon lebat dipinggir kampusku ini. Sambil sedikit melirik-lirik siapa orang yang sedang berjalan disampingku. Mungkin saja jodoh itu sedang dekat saat ini.

Gemericik air hujan mulai berjatuhan. Secepat kilat ia membasahi setiap insan di bumi. Aku mengumpat-umpat langit. Semena-mena saja ia keluarkan hujan di sore ini. Aku kuyup. Sambil menantang langit dengan umpatan kasar, aku menjadi lengah dan keluar dari jalur pejalan kaki.

Lalu semua hilang..

***
Ada setitik putih yang hadir saat itu. Samar samar kemudian sangat jelas. Seseorang itu sedang duduk disampingku. Seorang cantik yang menemaniku setelah tertabrak mobil di sore itu. Ia memegang tanganku erat, bukan geli yang kurasa saat ini, tapi rasanya hangat. Lalu senyumnya tak lagi seperti sok akrab, tapi seperti hmm..sayang. Satu yang sulit aku hindari yaitu tatapannya yang peduli seperti tak pernah ada api yang membatasi.

Kini aku tahu alasan mengapa ia lahir dan hidup dengan kuat. Ia tak pernah membenci sesuatu. Ia tak pernah bersembunyi dari apapun. Ia ikhlas dan hidup dengan kasih sayang. Ia hanya diberi kekuatan oleh-Nya untuk menghadapi apapun.

***
Aku kini jauh menyadari
Bahwa angin itu adalah ujian bagi pohon apakah ia sanggup tegak atau tumbang
Bahwa langit dan bintang-bintang itu terjaga untuk meneduhkan dan menjagamu
Taburkanlah biji pada tanah yang subur
Agar buah yang kau petik kelak akan manis rasanya.
***

Terimakasih telah mengajariku cara termanis menghadapi cobaan
Terimakasih telah hadir untuk meneduhkan dan menjaga siapa saja orang disekitarmu
Teruntuk si Mapres Kehidupan yang penuh keajaiban, Irma Noviani
Bandung, 22 November 2013




Makanan Paling Enak

Apa sih makanan paling enak menurut kamu?
Kalo menurut aku makanan paling enak itu banyak banget. Apa aja?
Oya tidak menurut rating ya, cuma sekeingetannya aja.

1.Bubur
Bubur itu enaaaak banget, tentu pilih pilih. Kalo emang cocok ama lidah, si bubur ini sering menggoda dibeli saat pagi. Kalo di pelesiran bandung ada 3 bubur sih yang saya tau, pertama di depan gang palm house, di warung pertigaan sama di warkop nusa sari (kalo ga salah sih). Yang paling enak itu di deket warung pertigaan. 

2.Baso
Baso ini selalu dicari dimanapun berada. Apalagi kalo enak dan murah. Agak bingung sih baso yang mudah didapat disekitaran kampus tapi Baso BMG itu very recommended. Kalo di deket rumah ada banyak banget, tapi bakso sukowati tetap jadi andalan kalo pulang ke rumah.

3.Kerupuk
Entah kenapa, kalo aku sendiri bersama kerupuk itu rasanya ada yang nemenin. Meskipun akhirnya dilalap habis tapi kerupuk ini ampuh menjadi teman disaat senggang. (apalagi yang banyak mecinnya ssst)

4.Mie Ayam
Sahabat baso ini ga kalah loh enaknya. Sumpeh. Enak banget sih, cuma kalo dibandung susah juga cari mie ayam enak, palingan bmk sih yg enak tapi kalo di jakarta bakmi gm itu lebih enak. Udah pernah nyobain mie ayam cipaganti yang katanya enak itu tapi huft nothing special ternyata.

5.Keripik
Keripik adalah sahabat kerupuk.

6.Seblak
Ini nih yang baru aku temuin cuma di bandung. Makanan miskin yang ga bergizi ini sangatlah enak dan penggemarnya banyaaak. mungkin karena pengaruh MSG yang banyak didalamnya sluurrp. Seblak enak itu ada di depan gerbang SR sama di pelesiran :3 harganya mulai dari 3000-7000.

7.Ayam Kolgo
Pada dasarnya aku ga begitu suka sama makanan varian ayam kecuali yang mamah bikin. Tapi di bandung ini lumayan sih beberapa warung ayam yang rasanya enak. Tapi yang paling recommended itu Ayam Kolgo belakang kampus. Pernah sih ngerasain ayam kolgo lagi ga enak, tapi sering juga enak dan sangat terkenang gitu rasanya (pret). dan harganya cuma 10.000IDR dengan teh tawar hangat.

Nah, apa makanan paling enak menurut kamu?

Senin, 11 November 2013

PHARMANOVA 2013


Dari sudut pandang orang biasa di HMF 'Ars Praeparandi'
Isi tulisan ini murni pendapat saya dari apa yang saya lihat dan rasakan.

Pharmanova 2013 lahir dengan pikiran yayang (kahim).
Tentu dengan pemikiran yang panjang, berdasarkan program kerja yang sama sama dibulan november, dibenturkan dengan visi HMF Berkhasiat, disertai pandangan dari orang banyak akhirnya dijadikanlah acara ini.

Perjalannya sama sekali tidak mudah, pemilihan namapun menjadi hal yang cukup menantang dan perlu pemikiran, agar tidak terjebak dalam ketakutan dan tetap memberikan semangat yang positif bagi semua pihak. Pharmacon (Pharmacy Contest) dan masih menimbang nimbang untuk menggunakan Pharmadays.

PHARMANOVA pun akhirnya dipilih
buat sampul fb

Banyak Brainstorming yang dilakukan, dikumpulkan mimpi mimpi panitia untuk mewujudkan Pharmanova sesuai dengan apa yang diharapkannya. Konten acara yang akhirnya dipilih adalah Seminar Nasional, Patient Counseling Event, Preparation Day for the Future dan Lomba Produk Kesehatan Nasional. Kami ingin sekali mengadakan Beauty Class dan kompetisi Healthy Man. Namun itu terlalu mentah dan perlu sumber daya yang melimpah. Dengan 4 acara besar saja Ujang (ketua) harus menjadi Superman disegala lini.


Ujang

Kami sangat mengerti pharmanova ini acara bersama Badan Pengurus, sehingga Steering Committee sangat dibutuhkan untuk masing-masing acara. Sehingga diputuskan untuk melakukan kombinasi. Kombinasi yang baik, mahasiswa tingkat 4 sebagai penyokong, tingkat 3 sebagai eksekutor, dan tingkat 2 belajar berkepanitiaan dalam Pharmanova 2013. Semuanya belajar dengan perannya masing masing.

Rapat demi rapat
Selondok demi selondok
Jarkom demi jarkom
Hari ke hari Bulan ke bulan
Minggu ke minggu
Ditengah banyak tantangan yang datang
Panitia sanggup melewatinya dan
Tibalah saatnya PHARMANOVA 2013
Sumber rejeki
Publikasi yang Tembus majalah Ismafarsi


Danus Rendang

8,9,10 November dipilih sebagai hari Pharmanova. Acaranya tepat diawal bulan. Persis ketika ISF memiliki acara, KPA juga, dan bertepatan pada hari UTS olahraga TPB dan juga ulang tahun Dimas dan Deka. Senang, acaranya ramai dan kampus sedang tidak senyap.

Dan lewat pharmanova semua yang terlibat mendapatkan berbagai pelajaran yang berharga. Bagi siapapun yang ada didalamnya. Pelajaran yang didapat itu tergantung sudut pandang yang dipiliuh, tergantung niat, dan tergantung sekontributif apa seseorang. Sehingga pelajaran akan diambil berbeda beda. Bagi panitia momen ini adalah kaderisasi sesungguhnya. Yang berkomitmen tinggi, yang sesungguhnya hanya ingin menebar manfaat, akan mendapatkan kepuasan dalam dirinya sendiri. Tidak perlu show off, dan tak perlu pujian.
Mereka sangat sangat hebat dan sekecil apapun yang dilakukan sangatlah berharga bagi keberjalanan Pharmanova. Mereka itu jumlahnya sangat banyak sehingga tak mampu aku menyebutkannya. Aku lihat mereka terluka karena mengangkat meja, aku melihat mereka sakit dan tidur di ruang panitia, aku merasakan nyawa persahabatan antar panitia, dan aku melihat semua membantu dan saling menghargai. Aku tahu mengapa mereka bisa seloyal itu, karena Super Team telah terbangun.

Terbangun dengan interaksi berbulan bulan, terbangun karena perasaan untuk menyukseskan Pharmanova dan terbangun untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Terimakasih Pharmanova 2013 :)


Oleh oleh Pharmanova:









Kamis, 07 November 2013

Review Novel Tere Liye – Sunset Bersama Rosie


Sudah lama rasanya aku tak memiliki waktu sesenggang itu. Sejenak melupakan hari lalu dengan membaca buku. Ya, novel yang sudah ada di rak buku sejak maret tahun lalu itu belum pernah ku sentuh. Buku itu milik kakak perempuanku. Ia satu tahun diatasku. Melihat tanda dihalaman 1 buku tersebut, tertulis 28 Maret 2012. Tepat ketika umurnya menginjak 21 tahun.


Aku memiliki beberapa buku tere liye. Pernah suatu saat kami pergi berdua ke Senayan. Ada pameran buku disana, Islamic Book Fair 2 tahun lalu. Pada saat itu kami membeli 4 buku tere liye. Aku saja sampai lupa membeli buku apa saja kala itu. Yang jelas kami memburu tanda tangan dan foto bersama dengan tere liye. Padahal aku belum pernah membaca satupun karya tere liye, hanya sempat ditunjukkan ebook hafalan solat delisa. Bahkan tere liye sorang laki-laki saja saya baru tahu.

Hanya pernah menonton hafalan solat delisa, tak cukup bagiku untuk mengagumi tere liye. Ia pasti jauh menerawang tentang kehidupan dan kemalangan delisa melalui buku lebih nyata. Rangkaian pikiran yang bersatu padu membentuk film utuh dikepala pembacanya masing-masing itu indah. Sangat Indah.
Sunset bersama Rosie bukanlah judul yang membuatku tertarik untuk membacanya. Terlihat tua. Dan. Ya aku tak suka saja.

Kemarin, sejenak aku hentikan pikiranku yang terus berpacu dengan kegiatan dikampusku. Aku sedikit lelah. Dan hanya ingin sejenak melupakannya. Ah, rasanya tidak. Hanya. Sekedar. Ingin menghibur diri terlebih dahulu.

Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena hanya kita lakukan untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?
Sebenarnya, apakah itu arti 'kesempatan'? Apakah itu makna 'keputusan'?
Bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah 'keputusan' atas sepucuk 'kesempatan'? 
Sebenarnya, dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. Novel ini ditulis untuk menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari kita sebut dengan kamar 'pemahaman yang baru'. (Sinopsis di sampul belakang).

Paragraf pertamanya indah. Indah sekali. Ia berbicara tentang pagi yang disukainya. Dan pemeran utama adalah Rosie. Pemeran utama di mata Tegar Karang. Buku itu mengambil sudut pandang Tegar, seorang yang tampan dan pintar jika digambarkan dalam buku itu.
“Selamat pagi, Bagiku waktu selalu pagi. Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang melelahkan telah terlampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi ; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan.”
Kalimatnya yang membentuk baris kalimat sempurna, yang membuatku menjadi sutradara untuk kesenanganku pribadi. Hanya sekedar membuat film dalam pikiran. Lalu bertanya tanyalah hati ini mengapa pagi begitu berarti bagi Tegar.

Aku membayangkan sosok Tegar yang sangat baik, tampan, pintar, ikhlas, sabar dan tegap. Sangatlah sempurna. Tak kurang sedikitpun. Melalui novel itu Tegar digambarkan sebagai seorang yang tak mampu mengumpulkan keberanian untuk menyatakan cintanya pada Rosie. Ia terlarut dalam ‘persahabatan’ yang memberi arti dan pemahaman yang berbeda. Pemahaman yang berbeda antara Rosie dan Tegar yang sudah sejak kecil berteman.

Aku kira, novel ini murahan. Ceritanyanya sangat sinetron. Namun, kekuatan tulisan memang sulit ditandingi. Hatiku ikut terobrak-abrik. Hancur berantakan. Ikut merasakan sakit hati. Kesedihan. Dan ya sedikit kebahagiaan. Dengan alur maju mundur dan beberapa dibuat bersambung dan diselingi dnegan kisah yang tidak ingin aku ketahui semakin membuatku penasaran.

Singkat cerita, Rosie menikah dengan Nathan. Tegar sakit hati dan menghilang 5 tahun lamanya. Namun kerinduannya kepada Rosie membuatnya ingin megetahui kabar Rosie lewat Oma. Dan mereka bertemu di apartemen Tegar dan memperkenalkan buah cinta pernikahan Rosie-Nathan.

Aku kesal sekali. Berlebihan. Tapi terasa sekali sakit hatinya Tegar. Dan Tegar kembali terjebak dalam cintanya kepada Rosie. Kemudain rela meninggalkan karirnya yang menjanjikan di Jakarta untuk tinggal di Gili Trawangan dan menjadi pengasuh anak-anak Rosie-Nathan selepas Nathan meninggal dan Rosie depresi selama 2 tahun. Hingga harus ada yang tersakiti, Sekar. Keputusan yang diambil Tegar sangatlah sulit karena ada Sekar. Sekar yang (aku bayangkan) sangat cantik dan sabar. Sangat sangat sempurna untuk Tegar yang juga minim kekurangan.

Baru kali ini aku membaca novel dan dipertengahan aku melihat paragraf terakhirnya itu seperti apa. Karena saking aku tak ingin Sekar sakit hati padahal ia telah membatalkan pertunangannya dengan pria lain demi Tegar. Kecewa sekali aku sampai tak tahan ingin menuliskan pendapatku segera.

Akhirnya, Tegar memakai baju pengantin dengan Sekar disisinya, mereka berdua amat serasi (menurut padanganku). Namun diakhir, Sekar meminta Rosie menjadi pengantin wanitanya saja . Lalu gantung.
Harapanku Rosie dan Tegar menolak permintaan Sekar.
Kesal sekali aku dengan akhir yang seperti itu. Rosie yang telah menyia-nyiakan perasaan Tegar. Dan Sekar yang mengejar Tegar. Anak-anak Rosie-Nathan yang sangat mencintai Tegar. Dan semua menjadi sulit ketika Linda dan Oma (seharusnya Oma jangan menceritakan itu sebelum Tegar resmi menikah dengan Sekar, atau lebih senang lagi aku kalau Rosie dan 4 anaknya tidak datang ke pernikahan Tegar-Sekar hehe)
Dan aku berharap tere liye membuat sekuel dari cerita itu. Atau jika tidak aku biarkan ending cerita kubuat sendiri dalam otakku. Bahwa Tegar dan Sekar menikah dan bahagia selamanya, memiliki anak dan tinggal di Bali sesuai dengan rencana.


Nah sekian review singkat, untuk lebih jelasnya silakan baca bukunya dan rasakan hatimu terobrak-abrik gara gara tulisan J