Senin, 29 Juli 2013

Rumusan Kaderisasi


http://sman5bdg.sch.id/berita/page/127/kaderisasi-2013

Hai, Assalamu'alaikum :)
Kalian sudah pernah merasakan kaderisasi di sekolah atau di kampus kalian?
tentu sudah kan?
Ada LKO, Ospek, Masa Orientasi Siswa dan sebagainya. Itu adalah suatu proses Kaderisasi yang lumrah dijalankan ketika kita masuk ke suasana baru. Suatu proses perkenalan untuk mengerti dimana dia akan menjalani pendidikan di suatu tempat. Poinnya adalah pengenalan siswa.



http://yows.blogspot.com/2012/06/hms-itb-kaderisasi-dan-sekitarnya.html
http://ima-g.ar.itb.ac.id

Kaderisasi seperti apa yang pernah kalian lalui?
Seberapa banyakkah?
Menyenangkankah? membuat kalian lebih berwawasan?
Berkesan tapi tidak diingin diulang lagi bukan?

Kaderisasi SD, SMP dan SMA

Saat kita Sekolah Dasar, masa pengenalan siswa dilakukan oleh guru kelas 1 saat itu, dengan bantuan orang tua, kita bisa berkenalan lebih jauh dengan teman teman Sekolah, selanjutnya kelas 2 sampai 5 dan puncaknya di kelas 6 menjadi kakak tertua. Di SD, yang paling banyak kita pelajari adalah tata krama dan sikap, ya kan? Materi Pkn-nya ada judul gotong royong, rajin menabung, tolong-menolong dan sebagainya. Sekarang masih ada ga ya?

Pendidikan kaderisasi dilakukan oleh guru guru, mereka mengajarkan bahwa anak kelas 6 harus menjaga adik adiknya yang kelas dibawahnya. Anak kelas 6 tidak boleh usil dan harus lebih dewasa. Sikap yang paling diajarkan oleh guru-guru kita saat SD selain pelajaran. Kemudian, anak kelas 6 harus mempersiapkan diri untuk masuk SMP.

Ketika masuk SMP, kakak senior mulai membuat kepanitiaan Masa Orientasi Siswa. Kakak kelas 2 dan 3 diamanahi menjadi pendidik dalam MOS menjadi pembimbing dan lebih mengenalkan siswa dengan kondisi sekolah yang baru. Saya masih ingat ketika saya mau masuk smp, saya disuruh membawa tas yang terbuat dari karung goni dan menguncir rambut sejumlah 12 ikat kemudian membawa makanan. Makanan yang dimintapun dengan nama samaran contohnya makanan kesukaan popeye: bayam, batu bata bisa dimakan : wafer supermen. dan masih banyak lagi snack2 yang perlu dibawa dengan nama nama lucu. kadang kadang si kakak kelaspun meminta makanan yang sulit dicari. Akhirnya, saya dan teman teman dari SD yang sama suka beli bersama-sama.
Sepertinya budaya itu sudah tidak ada. ya ngga?

http://www.victorynews-media.com/humaniora/18/07/2013/mos-diimbau-tanpa-kekerasan/
Setelah kenal, saya juga ingat ketika SMP dahulu, saya ditekankan oleh ketua osis untuk menjadi lebih dewasa karena saya bukan lagi anak SD. Wah banget kayanya waktu dulu sama ketua osis tuh ya :3 (padahal lupa ketua osis waktu aku smp itu siapa ya -..-)

Meminta tanda tangan sebagai metode perkenalan

Setelah lulus SMP, kemudian saya mengikuti MOS SMA. Saya bukan tipe orang yang tidak mau mengikuti MOS. karena sebagaimanapun jeleknya saya dibuat saat MOS, tp itu menjadi ajang benar benar untuk berkenalan dan merupakan kenangan yang langka dalam hidup.
Di MOS SMA, (seperti metode yang lumrah di berbagai sekolah) kami diminta untuk meminta sejumlah tertentu tanda tangan kakak kelas. Sulit sekali rasanya apalagi harus dikerjain segala, tapi lama-lama biasanya suka ada kaka baik dipinggir lapangan yang ga suka ngerjain, tinggal ngumpulin buku terus ditanda tangan deh hahaha. Tapi kemana ya buku itu ._. Seru dan menyenangkan. Dalam waktu satu minggu kami bisa berkenalan dengan banyak orang sebelum akhirnya kami menggunakan putih abu abu yang masih bersih dan kaku.
Kalo inget jaman dulu agak gimana gitu ya haha tapi seneng kok, tp waktu saya MOS SMA ini, saya berprilaku tidak menyenangkan sama salah satu temen saya yaitu Fenny. Karena kelas saya harusnya pake atribut serba ungu, eh dia pake pink terus dialog saat itu:

Rizka : ihhhh ini kan pink, kita kan kelompok ungu kaliii (muka tengil)
Fenny: Yaudah sih ih (muka bete)
Dan kami pun berpaling muka satu sama lain.

Setelah jauh dari waktu itu kami kelompok ungu satu kelas di kelas X.6 kemudian kami mengobrolkan kejadian waktu itu dan Fenny bilang dia pake pink karena di potokopian deket rumahnya ga ada karton warna ungu hahahaha, terus saya minta maap deh hahaha maap yah pen ._. Sekarang udah jadi sahabat karib kok hehehe :)

Nah akhirnya saya masuk kuliah di Institut Idaman orang banyak, Tempat belajar om waktu dulu dan tempat yang rasanya dulu ga mungkin saya bisa belajar disana. Institut Teknologi Bandung.
Disini, saya lebih banyak concern dengan kaderisasi, karena di kampus ini rasanya pentiiiing banget deh kaderisasi. Padahal sejak SD, SMP dan SMA kaderisasi adalah masa perkenalan, dan ada seperti latihan kepemimpinan dan keorganisasian yang ditujukan untuk angkatan kelas VIII dan XI. Selain itu banyak juga sih acara kaderisasi untuk masuk ekstrakurikuler dan makin panjang lagi ceritanya hehe.

Dikampus, kaderisasi sangatlah rumit,tim materi metode habis habisan mengatur materi dan poin per parameternya, dan semua diatur per peserta. Membuat skala ukur dan menentukan angka kelulusan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah. Ketika saya SMP, rasanya saya tidak pernah membuat tim materi dan metode, yang ada hanyalah acara, tidak ada parameter keberhasilan apalagi kelulusan. Yang penting malamnya ada api unggun dan performance kelompok. Padahal itu adalah bentuk kaderisasi. Mungkin belum cukup ilmunya bagi anak SMP dan SMA saya waktu itu untuk membuat parameter.

Kampus, butuh data pasti.

Data yang bisa dipertanggungjawabkan dan dievaluasi.
Sehingga kesalahan yang sama tidak terulang kembali, kemudian bisa dijadikan sebagai landasan evaluasi. Jika data menunjukan nilai kader buruk, artinya perlu dievaluasi apakah materinya terlalu berat atau evaluasinya yang tidak tepat.
Namun, jika kita ingin ideal, sebenarnya 2 opsi tersebut tidak dapat mengakomodasi evaluasi kaderisasi pada mahasiswa.
Karena banyak kondisi yang bisa mempengaruhi nilai buruk kader. Mulai dari kebiasaan, tidak mood untuk mengerjakan tugas.
Seluas apapun mencari input penilaian, pasti ada yang luput. Jika ingin akurat, hitunglah berapa menit setiap peserta tidur. Hitunglah berapa menit si kader fokus, dan tanyakanlah apakah mereka ada masalah pribadi dan sebagainya. Semua itu mempengaruhi keadaan kader loh.

Kemudian saya kuliah di sekolah farmasi, jurusan farmasi klinik dan komunitas. Bergabung didalamnya tentu topik utamanya adalah obat. Beberapa kalimat yang akan saya paparkan, pernah saya twit sebelumnya melalui akun twitter pribadi saya. Agar lebih bisa berbagi ke khalayak ramai, saya bagikan disini.

Satu angkatan masuk kedalam suatu organisasi dan diperlukan untuk mengenal apa organisasi tersebut dan mengenal orang orang didalamnya. kemudian mendapatkan pendidikan serta memberikan kontribusi pada organisasi, agar roda kehidupan organisasi bisa berkembang dan terus berputar.

Obat dan Manusia

Berbeda halnya dengan obat. Obat identitasnya bisa diseragamkan oleh manusia. Ia dibentuk, dibuat, dievaluasi, dan dimusnahkan oleh manusia jika buruk. Uji obat pun bertahap, ada uji laboratorium, praklinis dan klinis dan evaluasinya juga banyak mulai dari kelarutannya, bentuk kristalnya, efektivitas, kualitas dan sederet standar yang dibutuhkan untuk membuat obat. Karena obat menyangkut nyawa orang lain.

Menguji dan mengevaluasi manusia tidak seperti menguji dan mengevaluasi benda mati (obat). Obat dari awal pembentukan telah diatur oleh pemiliknya. Dari awal pembentukan sampai akhir ditangani oleh pembuatnya sendiri. Dalam sebuah organisasi, kita berhadapan dengan banyak orang yang memiliki latar belakang, pemikiran, kebiasaan, semangat dan kepribadian yang berbeda.
Manusia, semasa hidupnya tidak mungkin sendiri dan terus mendapatkan pandangan luas. Pembentukan sebuah karakter atau kepribadian sesuai dengan suatu output yang telah disepakati dalam kampus itu mustahil. Karena sesama manusia tidak mampu membentuk manusia lainnya meskipun seribu kali event kaderisasi. Dan apalagi hanya untuk beberapa kali event kaderisasi. Karena ketika dievaluasi hasilnya pasti gagal jika ingin 'membentuk' manusia,. Sebut saya Orientasi Mahasiswa, Kaderisasi Wilayah, dan Kaderisasi dalam Himpunan. Bagaimana membentuk pribadi orang dalam beberapa kali kaderisasi dapat menghasilkan pribadi yang sinergis semua..mustahil.. Karena begitu banyak yang harus dicermati, terlalu banyak variabel.

Karena saya masih belum dapat membayangkan uji dan evaluasi hasil kaderisasi itu. Obat saja diuji dan evaluasi bisa membutuhkan uang hingga milyaran rupiah. Apa lagi manusia, yang membutuhkan snack pagi, makan siang dan snack sore. Kader di kemahasiswaan sudah terbentuk sejak 17 tahun yang lalu ketika masuk kampus. Kecil peluang untuk pembentukan sikap dll selama kaderisasi 12 jam sehari selama 2 bulanpun. Jika dapat saya ibaratkan, ketika orang yang nyaman menggunakan sepatu datar atau sepatu olahraga, kemudian dalam 2 jam penuh menggunakan sepatu hak tinggi. Seketika si pengguna langsung pegal pegal dan bisa saja langsung muak dan tidak ingin menggunakannya lagi. Namun ada orang yang malah kembali menggunakannya karena ada sebuah keadaan positif yang dia dapat setelah menggunakan sepatu hak tinggi. Apakah kaderisasi harus mengevaluasi berapa orang yang kecanduan pakai sepatu hak tinggi dan berapa orang yang ingin membuang sepatu hak tingginya? Singkatnya begitulah kaderisasi.

Kaderisasi hakiki itu berasal dari orang tua

Dan kaderisasi di kampus tidak mampu membentuk, namun kita bisa membuat suatu jalan. Mengarahkan ke keadaan yang lebih baik. Buanglah keinginan hanya agar mencapai output sehingga melupakan cara dan tata. Jadilah jalan untuk orang agar menjadi lebih baik. Karena baik itu sangatlah umum, bisa saja seorang sarjana sipil tidak ingin menjadi seorang pembuat jembatan, tapi dia menjadi pengusaha sepatu. Boleh kan? begitu pula dengan lulusan farmasi, bolehkah dia menjadi perancang busana? Kemudian ia tidak sanggup memikirkan masalah kefarmasian. Boleh tho? Sama sama baik kan?

Lalu, tiba-tiba saya ingat dengan Syarat Kecakapan Umum Praja Muda Karana (SKU Pramuka).
Di tahun 2003, saya kelas 5 SD. Saya bersuara kencang dan jarang malu. Sering sekali ditunjuk sebagai pembaca Dasa Dharma Pramuka ketika apel..

Dasa Dharma Pramuka

Pramuka itu : (Dasa Dharma terbaru, menghilangkan kata 'pramuka itu' dan langsung ke poin 1)

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela Menolong dan tabah
6. Rajin, terampil dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin Berani dan setia
9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan

Tidakkah seluruh landasan kaderisasi umat di dunia itu sudah terangkum dalam Dasa Dharma?
Jika belum, koreksi saya. Jauh sebelum kita harus menguasai ilmu di perguruan tinggi, coba kita hayati 10 dharma itu.

Lewat 10 dharma ini, SKU dibuat dan menjadi turunannya. Untuk mendapatkan tingkatan tertentu seseorang harus menguasai beberapa poin, dan poin tersebut tidak dicapai satu acara bersamaan, tetapi benar benar sesuai tiap anak. Kotak kosong disamping poin itu di paraf oleh kakak pembina. Konten SKU mulai dari membaca alquran, solat berjamaah hingga membantu tukang parkir. Kalo dipikir-pikir, menjadi pramuka adalah tugas yang sangat mulia. Dan itu adalah kaderisasi yang sistematis, berjenjang, detail, prinsipil dan possible untuk dilakukan.

Sejak tahun 74, kita diajarkan untuk cinta alam loh, coba aja kalo semua orang cinta alam :)

Sesuaikanlah dengan tujuan dan AD/ART organisasi kalian, jika ingin membuat rapot kaderisasi anggota. SKU menurut saya adalah contoh yang tepat saat ini :)

Kajian sendiri, pikiran pribadi, hanya bermaksud ingin berbagi, jadi jika sangsi mohon dikoreksi :)

Tidak ada komentar: