Jumat, 07 Maret 2014

Rizka Beraikido


Lama rasanya tak menulis. Targetku menulis diblog setidaknya 1 post satu bulan mandek ditengah jalan. Februari, aku ingin sekali menulis, tapi internetku sulit macam di pelosok saja. Aku ingin bercerita, kawan. Berbagi dengan sahabat sekalian tentang aktivitas baruku.

Januari yang lalu adalah kali pertama aku diajak Dinda (teman kosku) latihan aikido. Aikido itu beladiri macam apa dimana dengan siapa saja, aku acuhkan. Tujuanku adalah berolahraga. Ya, hanya itu.
Kegiatan ini sangat acak dan tak pernah sekalipun terpikir bahkan terbayang olehku untuk mengikuti latihan beladiri. Sejak kecil aku tak pernah mengikutinya. Takut dan enggan. Apalagi diriku ini bukan anak olahraga banget. Mudah capek dan ketika kecil sering sekali sakit. Jika ditanya tentang kekuatan tubuhku, sering sekali dibandingkan dengan kakak perempuanku yang lebih kuat dan tangguh. Huft. Aku mah lemah banget dan sering dilarang untuk mengikuti latihan yang tergolong berat.

27 Januari. Pertama kali aku memasuki Gelanggang Generasi Muda (GGM) Bandung. Aku yang mengenakan kerudung berbahan paris dengan kaos lengan panjang yang dimasukkan kedalam celana training itb biru dongker, diminta berjalan gaya jepang untuk pertama kalinya. Lalu belajar latihan ukemi, ushiro dan lain lain. Istilah awamnya, roll depan roll belakang dengan tumpuan tangan. Punya senpai untuk pertama kalinya. Kikuk dan malu-malu. Khas anak baru.

30 Januari aku skip latihan. Libur panjang imlek menyeruku untuk pulang dan bertemu ibu tersayang.

3 Februari. Kami berlatih kembali. Aku, Dinda, Mita, Ica dan Ranis seperti se-geng anak baru. Mita anak planologi 2010, temanku sejak tpb. Ica anak arsitektur 2010, baru kukenal dilatihan aikido ini. Ranis sudah bekerja, ia datang dari jl.pahlawan untuk latihan aikido disana. Kagum. Jika tak ada Dinda, tak mungkin aku sendiri datang dan mendaftar latihan aikido. Mustahil. Namun ranis hebat. Meski sudah bekerja dan aktivitasnya juga padat tapi ia ingin belajar aikido. Waktu yang mempertemukan kami sehingga daftar diwaktu yang berdekatan. Memudahkan para senpai juga untuk mendidik anak baru yang jumlahnya cukup untuk digrupkan sendiri.

Materi latihannya ukemi, ushiro, sankyo, tenkan, dan lain lain. Berkeringat dan sangat menyenangkan meski masih keki untuk senyum dan berkenalan dengan yang lain. Sibuk dengan kelompok sendiri dengan seragam bebas ini. Oya, ini hari dimana kami dapat memesan Gio (yay! kereeen..). Gio adalah seragam aikido. Warnanya putih bersih seperti yang sedang dikenakan teman-teman lain yang latihan disana.

6 Februari. Kami berlatih lagi. Masih dengan kaos dan training biasa. Kali ini kami anak baru dipasangkan sesamanya dan mulai latihan teknik teknik rangkaian aikido. Jangan kira kami sudah bisa ya. Kami masih sangat belajar untuk terus berlatih.

10 Februari. Gio baru dataaaaaaaaang. Wahh menyenangkan sekali. Meski belum dipakai tapi bisalah untuk kami kenankan kamis nanti.

13 Februari. Pertama kali latihan dengan Gio. Mulai percaya diri dan terus menyenangkan.

17, 20, 24 Februari. Latihan terus dengan sangat rajin. Kenapa? Karena kami sudah bayar sampai April hahaha.

27 Februari. Satu bulan sudah istiqomah latihan aikido. Senin-Kamis adalah waktunya kami untuk melepaskan masalah sehari-hari. Berkeringat dan Eksplorasi diri. Berlatih kefleksibelan dan mulai berkenalan.

3 Maret. Berlatih lagi. Sudah 3 teknik rangkaian yang kami pelajari. Metode beberapa minggu terakhir ini si anak baru tak lagi dibiarkan berkelompok dengan senpai sendiri. Pada latihan awal kami sudah tidak lagi dipisahkan barisannya.  Kami diminta untuk bersama sama melakukan latihan awal yang overall isinya roll depan roll belakang dengan teknik aikido. Secara natural, pemilik sabuk putih bersih ini masih ingin bergerombol karena kelihatan sekali gerakannya masih buruk bila dibandingkan dengan yang lain. Setelah latihan awal, ada latihan rangkaian yang biasanya dilakukan berpasangan. Yang baru mencari rekan yang sudah memiliki sabuk berwarna. Disaat berpasang-pasangan itulah kami menjadi mudah berkenalan. Setelah melakukan Rei (salam: onegaisimasu), gerakan dimulai dan diakhiri lagi dengan Rei (arigatougozaimasu). Latihan selanjutnya adalah latihan berkelompok berdasarkan warna sabuk belajar teknik atau melancarkan. Jika sudah selesai, kami semua duduk mengelilingi matras dan menonton sparring pemain yang sudah bersabuk hijau ke atas. Selesai sparring, kita bergabung dan mengakhiri latihan dengan berdoa kemudian Rei.

Setelah itu, kami membuat lingkaran diatas matras. Aku, dinda, mita biasa menyebutnya dengan Tausiyah. Karena isinya memang pelajaran kehidupan. Aku ingat sekali wejangan yang diberitahukan senpai pada pertama kali latihan. Tiap yang dilatih pada aikido memiliki filosofi yang berarti. Dari awal kami terus dilatih jatuhan yang baik. Jatuhan terus menurus dari ujung keujung matras. Artinya, kita harus berani jatuh dalam aikido karena dalam hidup ini akan ada banyak jatuhan, kemudian kita harus bangun lagi untuk menghadapi permasalahan yang ada (…)

Jadi kami betah karena senang dan menikmatinya

Kemudian aku pernah ditegur oleh seorang sensei, karena banyak ngobrol sama temen membicarakan teknik. Katanya, kalau mau ngobrol dan diskusi ditempat lain, disini itu gerak, lakukan saja gerakannya. wah aku agak tersentak. Memang ya, aikido itu bergerak dan benar kata senpai, ketika gerakan kita sudah nyaman berarti kita sudah benar. Ketika gerakan tidak nyaman kemungkinan ada yang salah. Lalu jangan banyak berpikir tapi lakukan saja dengan mengalir.

Disaat latihan mulai pukul 19.00 sampai 22.00 jarang sekali aku lihat orang yang cengengesan banyak ngobrol dan bercanda. Tetapi diluar jam itu kita semua adalah manusia biasa yang senang ngobrol dan bercanda juga ternyata hahaha.

Jangan pikir latihan aikido itu kaku juga. Kami latihan dengan sangat mudah untuk dinikmati, diakhiri dengan tausiyah lalu rasanya mulai candu. Sulit untuk menggambarkan mengapa ini terjadi. Mungkin kombinasi antara rileksasi, berkeringat, punya teman baru dan tawa.

6 Maret. Menyenangkan. Entah menyenangkan sesi berapa yang saya rasakan. Kali ini latihannya lucu. Lagi-lagi aku sulit menggambarkannya. Ketika tangan pasanganmu dikunci, bagaimana caranya ia bisa kamu bawa-bawa, kamu jatuhkan dan ia tak mampu meraihmu. Kami melakukannya sejauh barisan matras dan beberapa kali si korban kesakitan dan mimiknya lucu-lucu haha. Dan setelah pukul 22.00 kami tidak langsung pulang. Senpai Kus berulang tahun. Senior telah ada yang membawa kue ulang tahun kemudian kami makan kue bersama sama dengan diringi tawa dan cerita.

Malam itu kami bercerita tentang banyak hal. Tentang latar belakang masing-masing dari kami, kesukaan, nama panggilan dan keseharian kami. Salah satu senpai yang menjadi corong utamanya. Seru adalah ketika mengetahui teman kita itu lulusan s2 dkv itb, anak upi, programmer lulusan binus, guru les Bahasa inggris, anak SD, anak SMA 3, pekerja, orang EO, dan lain lain. Bahkan senpai yang terlihat galak, sulit senyum dan suka bikin mental breakdown itu juga latar belakang pendidikannya keren. S1 Double degree di HI Unpas dan ITTelkom kemudian melanjutkan S2 Manajemen Bisnis di SBM ITB (prok…prok…prok). Tau kenyataannya begitu, biarpun rada jutek aku jadi ngefans haha.

Latar belakang beragam. Rentang usia yang lebar. Menyatu dalam latihan Aikido.

Istimewa. Menyenangkan. Meski baunya beragam tapi semangatnya tetap satu.

Kamis kemarin, hujan membasahi Bandung. Aku dalam kondisi sangat capek dan hanya ingin tidur. Dinda mengetuk kamarku dan mengajak latihan. Dengan berpayung, kami menyusuri jalanan becek dan naik angkot ke jalan merdeka. Ragu namun akhirnya kami berlatih seperti biasa.

Diakhir latihan Senpai berucap:

‘Terimakasih karena meski sedang hujan yang latihan tetap banyak. Applause untuk kita semua. Berarti teman-teman telah berhasil melawan, bukan melawan siapa-siapa, tetapi telah melawan diri teman teman sendiri dari rasa malas’


Nantikan di April. Rizka dkk akan ujian kenaikan tingkat. Doakan yaaa >.<

Gio

Tidak ada komentar: