Rabu, 20 Februari 2013

Suatu saat, kita pasti hidup di dunia dimana tingkat kepercayaan dan kenyamanan kita ga bisa dijadikan nomor satu



salah siapa?
pikiran runyam dan terus gelisah dihati. ya. untuk mencari jawaban yang belum aku ketahui dimana. tempatnya.
ini tentang sahabat sahabatku yang secara 'natural' dan 'wajar' mengotak-kotakan diri mereka dalam berbagai kubu. dan aku pun masuk dalam suatu kubu.
cukup sulit terlibat diangkatan yang isinya mayoritas perempuan. karena secara 'natural' dan 'wajar' kami terpisah.

hey, you know sejak SD saya juga punya 'geng'. geng itulah yang membuat seseorang merasa eksklusif jika bersama kumpulannya. pernah waktu SMP saya bertanya ke kaka saya yang setaun lebih tua.
saya: 'teh, kok si ukhti ukhti itu anak rohis kerudungan panjang kalo lagi sama temen temennya berasa ga tau ada yang lewat dan mukanya sombong2 banget'
teteh : 'ya emang gitu, natural kali gitu, kamu juga dan itu manusiawi. siapa sama siapa digerombolannya emang kalo sama geng nya pasti lebih merasa eksklusif'
saya: 'oh'

ya emang ini hal yang pernah saya tanyakan. dan sekarang pertanyaan itu muncul lagi. tapi dengan jenis yang berbeda.

saya ga kebayang gimana saya bisa hidup sebagai orang biasa, ga pinter ga masuk badan pengurus himpunan, ga aktif dan senang sendiri. betapa mengenaskannya hidup saya. well ini saya mikir pas saya ngerasa ga bisa hidup tanpa teman2. mungkin kalo saya memang benar begitu saya mungkin terbiasa sampai lupa kalo saya manusia. tapi saya yakin keadaan seperti itu menyakitkan, dan pada dasarnya manusia itu makhluk sosial.

sekarang menurut saya masalah yang ada sudah tak lagi wajar.

pertanyaan saya dalam batas apa hidup berkubu itu wajar?
sampai merasa nyaman hanya hidup dengan teman segeng?

guys, saya kikuk loh sama teman seangkatan yang jarang interaksi sama saya. hei, kalian gitu juga nggaaaa?
padahal sebelum masuk himpunan, kita tuh dididik seangkatan. gimana mau menumbuhkan kepedulian, jika dalam interaksi saja jarang.
interaksi dulu diperbanyak sebelum menumbuhkan kepedulian dan akhirnya kepekaan. atau dalam alur lain, interaksi menimbulkan simpati kemudian empati.
mengertikah dengan alur berpikir saya?

setiap kubu seyogyanya tidak menutup diri mereka untuk terbuka terhadap sesuatu yang baru, sahabat baru. dan memang tingkat kepercayaan atau kenyamanan itu pilihan tapi bukan berarti kita tidak peduli dengan 'bukan teman main' kita kan?
dalam kehidupan ini kita ga cuma ketemu sama temen baik.

plis guys, saya mikir tentang ini dan (kalo ada setan masuk) biasanya saya bilang : saya buktiin suatu saat nanti, orang orang yang ga ngacuhin saya sekarang, esok hari bakal bilang, hei itu temen saya!
jangan ditiru. tapi semoga kewujud. amin

setiap orang punya sifat berbeda dan gabisa dipaksain untuk dekat dengan yang lain, iya saya mengerti. membiarkan teman bertanya tanpa ada yang menjawab apakah itu wajar? keadaan kita ini udah ga wajar.

bukankah kita teman? teman, kawan. bukan aku ingin menghancurkan kubu kalian yang terlalu angkuh, bertahtakan harta dan bergelimang barang mewah itu.
saya juga bukan orang yang sempurna. tapi pernahkah berpikir bahwa kita harus balik lagi untuk buka buku pkn kelas 1 SD kita. Mengenai gotong royong, saling menyapa, tekun, rajin, membantu yang sedang kesusahan. Ingatkah kawan?

Saya ingin sahabat sahabat yang saya sayang lebih membuka pikirannya, sebagai penggerak roda bangsa selanjutnya. plis jangan saling ga peduli dengan yang lain. saking asiknya sama temen sekubu, lupa sama sahabat yang harus pinjam uang untuk bertahan hidup.

Guys, kita ini miniatur negeri. Maukah di negeri kita nanti, 15 tahun lagi, keadaan negeri kita masih kaya gini. yang diatas lupa yang dibawah, yang dibawah mengemis, runyam.
Mungkin ini terasa klise, tapi ini memang keadaannya. tolong jangan menolak pernyataan bahwa keadaan kita saat ini sering kikuk sama 'bukan teman main' kita.

Suatu saat, kita pasti hidup di dunia dimana tingkat kepercayaan dan kenyamanan kita ga bisa dijadikan nomor satu.

Kita harus berusaha untuk nyaman meskipun sebenarnya ga nyaman, kita belajar hidup di dunia baru, bertemu teman baru. Sebagai orang yang ga tau masa depan saya bakal gimana, saya merasa harus belajar hal ini, mulai dari sekarang, mulai dari tingkat tiga.

Sekelebat cerita ini memang berantakan, aneh dan ga runut, tapi ini cukup meluapkan isi pikiran saya yang random. Nanti pun ketika dipemerintahan, memimpin banyak orang dan menerima fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi tentu akan menghadapi banyak hal rumit, aneh dan tidak dimengerti bakal terjadi. Contohnya jadi ketua RT aja, gimana yah ribetnya pas ngatur tetangga yang berantem mulu, menjaga keakraban RT masing-masing atau ikut lomba yang nyertain RT terus warganya ga peduli. belum kebayang.

lucu nih geng TK, maklum penulis ga TK hehe

Tidak ada komentar: