Ah sudah lama rasanya diri ini tidak menulis. Ide di otakku
sudah meninggi namun terhempas angin karena tidak dipadatkan dengan tulisan.
Mahadahsyatnya tulisan yang dapat mengabadikan ide, memberi masukan, motivasi,
apalagi inspirasi. Lewat tulisan kau bisa buat dinuamu sendiri. Lewat kata-kata
kau bisa terhanyut dengan cerita kasih atau tertawa karena cerita komedi.
Baru baru ini aku menonton film Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck. Tak terlintas dalam keinginanku sedikitpun untuk menonton film ini. Tapi
temanku mengajaknya. Mama dan kakak perempuankupun telah menonton, wah telat
aku belum juga menonton setelah lebih dari 2 minggu film itu tertambat di
bioskop.
Hei akhirnya aku menonton film berdurasi 3 jam itu. Kedua
orang tuaku dulu waktu muda sudah membaca buku itu. Buku hasil pinjaman di
perpustakaan. Dulu perpustakaan sangat ramai, koleksi bukunyapun melimpah.
Sejak orang tuaku muda, buku itu sudah tergolong kuno. Nah bagaimana dengan
saat ini? Buku itu memang super kuno. Mamaku saja sudah lieur membacanya karena ejaannya masih oe, dj dan tj.
Masuk ke gedung bioskop Cibubur21 agak telat karena temanku
minta diantarkan terlebih dahulu ke atm. Namun aku tak ketinggalan jauh. Nama cast yang diperkenalkan masih terpampang
di layar dan narasi Zainudin baru saja dimulai.
Duduk di bangku D9-10, jadilah diriku terperangkap dalam
cerita kuno yang dahsyat itu. .Herjunot Ali si pemilik suara Zainudin itu
bercerita tentang dirinya yang hidup yatim dan piatu. Ia hidup dalam kondisi
suku dan adat sangat dijunjung tinggi. Di Makassar ia disebut orang Padang. Di
Padang ia disebut orang Makassar. Bingung ia dibuatnya. Ia meminta izin
saudaranya untuk pergi ke Padang dan menuntut ilmu disana. Batipuh nama
daerahnya.
Ketika teman teman menonton film itu, disuguhkanlah landscape yang indah. Sangat Indonesia. Di layar lebar,
pemandangan itu seperti lukisan. Siapa saja yang melihatnya pasti ingin diajak
ke Padang dan membuktikan keindahannya sendiri.
Zainudin berjalan bersama gurunya, lalu ada kereta kuda
yang melintas dan membawa Hayati, diperankan oleh Pevita Pearce. Wajah
Zainudin sangat terpesona. Dan Hayati yang polos itu sangat cantik dengan
kerudung yang ia gunakan. Dalam beberapa kesempatan mereka dipertemukan, benih
cinta yang semakin tumbuhpun dipelihara dengan baik melalui surat surat yang
selalu berbalas kalimat cinta. Indah sekali film itu digambarkan. Narasi,
dialog dan surat berisi syair dan puisi dibawakan dengan dialek Melayu yang
kental. Sangat Indonesia.

Zainudin berperawakan kurus dengan kaus lengan panjang dan
sarung serta kopiah. Hayati biasa berbaju kurung dengan kain dan rambutnya
ditutupi selendang kerudung. Entah apa nama persisnya kerudung yang dikenakan
itu. Kerudung, selendang atau selendang
kerudung aku tak tahu.
Kisah cinta Zainudin dan hayati yang sering bertemu di
beberapa kesempatanpun telah diketahui orang banyak. Menjadi fitnah. Dan
Zainudin ditolak oleh keluarga Hayati karena ia dinilai tidak beradat,
bersuku, berlembaga dan terpandang karena lahir dari orang tua campuran Minang-Bugis. Zainudin diusir dan pergi ke Padang
Panjang. Sebelum ia pergi, Hayati menemuinya. Adegan ini sangat indah dengan
beberapa kali siluet mereka ditampilkan dengan backlight matahari yang temaram dipinggir danau. Kata kata yang
diucap Hayati pun bak sajak pengguggah hati. Membuat Zainudin bersemangat
meskipun harus pergi meninggalkan Batipuh. Hayati berjanji akan menunggu
Zainuddin dalam keadaan suci meski harus bertahun menunggu lamanya.
Kesempatan pun tiba sangat indah. Hayati diizinkan pergi ke Padang
Panjang untuk menonton pacuan kuda. Tak lupa ia sudah menyurati Zainuddin untuk
dapat bertemu di pacuan kuda itu. Hayati tinggal dirumah Khadijah selama
beberapa waktu selagi ia jauh dari Batipuh. Namun sayang seribu sayang. Ada seorang Aziz yang datang diperankan oleh Reza Rahardian. Ia adalah Kakak
dari Khadijah. Aziz dan keluarganya sangat kaya. Bajunya pun tak lagi bergaya
melayu ataupun ketimuran. Pengaruh barat sudah melekat dalam kehidupannya.
Perilaku Aziz yang sering berfoya-foya, berjudi dan mabuk mabukkan adalah
rahasia umum. Baju Hayatipun tak lagi menggunakan baju kurung yang sopan. Ia
didandani Khadijah bak putri Belanda dengan dress
dan topi lebar. Cantik. Dan Aziz semakin tertarik.

\

Sedang di pacuan kuda, Hayati dan Zainuddin bertemu dengan
kondisi berbeda. Hayati tak seperti
gadis polos dari kampung Batipuh yang dikenalnya. Kekecewaan dari raut
Zainuddinpun sangat tampak, cukuplah membuat penonton ikut kecewa dengan
pertemuan yang singkat karena Khadijah menarik Hayati untuk meninggalkan
Zainuddin. Namun sayang, kemampuan Pevita Pearce berakting tidak cukup
menggambarkan kekecewaan yang diterimanya, meski ia mengaku pusing saat pacuan
kuda berlangsung karena niatnya ingin bertemu Zainuddin batal.
Hayati pulang ke Batipuh. Sudah datang lamaran dari Aziz dan
sepucuk surat lamaran dari Zainuddin untuk meminang Hayati sebagai istri kepada
keluarganya. Karena Zainuddin tidak beradat, bersuku, berlembaga dan
terpandang, ia ditolak. Lamaran Aziz diterima. Hayati hanya mampu menurut.
Sementara itu, ada adegan mengharukan dari Zainuddin sambil menunggu balasan
dari surat lamarannya. Ia mengaji sangat dalam. Membaca Ayat Al-Quran dengan
syahdu dan indah. Jika tidak salah Al-Mulk ia baca dan di adegan lain Yaasiin
yang ia baca.
Sebagai penonton aku memandang adegan itu sebagai Junot. Wah
alangkah indahnya jika di dunia nyata ia mengaji seindah itu. Tak satupun
perempuan yang menolaknya. Berbeda jika aku menonton film yang lain, suara
mengajinya diisi orang lain. Hmm ya sedikit mengecewakan. Sebagai Muslim
keindahan mengaji adalah nilai tambah yang memikat. Sesumbang-sumbangnya nada
yang ingin ia capai namun dalam mengaji pasti indah jika dilakukan dengan tulus
dan bersungguh sungguh. Dan Junot melakukan itu. Ia jauh dari keindahan suara
mengaji Qoriah. Cerita dan napas yang dalam membuat kerisauan hatinya tergambar
jelas oleh getaran suara mengaji dalam film. Sangat indah.
Surat balasan pun tiba, Zainuddin bersedih karena cintanya
ditolak, begitupun surat yang diterimanya dari Hayati. Hayati meminta hubungan
mereka yang pernah terjalin dilupakan saja dan segera membangun persahabatan
yang kekal. Hayati menikah dengan Aziz dan mereka pun membangun rumah tangga
bersama. Hari demi hari semenjak lamarannya ditolak, membuat kondisi fisik
Zainuddin ikut padam. Selama di Padang Panjang dia tinggal bersama keluarga
Muluk. Bapak Muluk adalah guru mengaji yang hebat. Sedang Muluk anaknya malah
senang berjudi di warung. Namun kesetiakawanan Muluk tak lagi dapat diragukan.
Ia selalu menemani kesendirian Zainuddin pasca pernikalah Hayati. Zainuddin
menggila. Dokter meminta agar Hayati datang menjenguk Zainuddin. Kabar tersebut
diamini Hayati dengan diantar oleh Aziz, suaminya. Akting Reza Rahardian dalam
film ini –seperti biasa- sangat bagus. menyebalkan sampai sangat kubenci.
Tingkahnya yang otoriter dan sok kaya membuat ia semakin kejam pada istrinya.
Zainuddin bangun dari kasurnya dan melihat Hayati, dengan setengah waras ia
menyadari dengan pacar kuku di selupuh jari milik Hayati itu menunjukkan Hayati
sudah menjadi milik orang lain. Apalah arti hidup ini bagi Zainuddin. Ia
mengusir Hayati dan kembali meringkuk dibalik selimut.

Dibalik kesedihan yang mendalam dan hidup ditengah
kemelaratan hati, ada Muluk yang membangun Zainuddin. Surat Zainuddin yang
tertulis penuh sajak dan keindahanpun sudah diketahui Muluk. muluk menguatkan
Zainuddin untuk menulis dan mengirimkannya ke Koran. Dengan Ujian yang dihadapi
Zainuddin, itu bisa membuatnya bangkit dan mencurahkan kepeningannya dalam
tulisan membentuk hikayat. Dan Teroesir adalah buku pertamanya yang berhasil
dicetak. Bukunya sangat laku terjual Istilahnya zaman sekarang best seller atau mega best seller. Sebelumnya, Teroesir hanya hikayat bersambung
dalam sebuah Koran namun karena peminatnya banyak dicetaklah menjadi sebuah
buku.
Singkat cerita Zainuddin menjadi orang kaya dan pindah ke
Surabaya untuk membangun sebuah perusahaan percetakan yang gagal dibangun oleh
pemiliknya, bangkrut. Di Surabaya karir Zainuddin menanjak tajam. Ia tak lagi
manusia yang terbuang apalagi terusir. Ia adalah anak muda yang berbudi baik
dan terpandang. Ia membeli mobil dan membeli rumah besar di Surabaya. Bukunya
terbit lagi dan banyak peminatnya,. Menerbitkan buku lagi dan meningkat jumlah
peminatnya.
Sementara itu Hayati
berpindah ke Surabaya karena urusan pekerjaan Aziz. Mereka hidup masih
berlebihan namun kehidupannya berangsur memburuk. Aziz terjerat hutang dan dikeluarkan dari
perusahaan. Betapa kelunya hati Hayati yang sering dibohongi Aziz. Aziz yang
izin bekerja sering ke pub malam dan menjalin cinta dengan wanita lain. Awalnya
Aziz berucap bahwa dinaikan jabatannya, namun itu hanya bualan. Dan terbongkar
ketika penagih hutang datang padanya dan mengambil seluruh barang barang di
rumah Aziz setelah perhiasan semuanya telah ludes dijual untuk membayar hutang.
Ada sebuah surat undangan datang ke rumah Aziz. Didalamnya
akan terdapat Opera Teroesir. Undangan tersebut ditunjukan bagi orang Sumatera
yang merantau di Surabaya. Hayati ikut membacanya dan ingin ikut ke Opera itu.
Buku Teroesir sudah sampai di tangan Hayati sejak di Padang ketika temannya
memberikan buku tersebut. Teroesir
Goebahan: Z begitulah tulisan disampul buku itu. Dan sadis, ceritanya
memang kisah Zainudin dan Hayati.
Operapun dimulai dan tangis Hayati pecah saat ada adegan di
danau ketika Hayati memberikan kerudung sebagai azimat untuk Zainudin.
Kerudung itu meski murah bagi Hayati tetapi akan sangat mahal bagi Zainudin.
Zainudin keluar di akhir setelah dipanggil MC. Namun namanya di Surabaya
menjadi Syabir. Merekapun berbincang ketika sampai pada jamuan di rumah
Zainudin yang megah. Aziz menyampaikan bahwa ia tak memiliki uang dan ingin
tinggal dirumah Zainudin. Zainudinpun mengizinkannya.
Aziz dan Hayati berpindah ke rumah Zainuddin. Semua isi
rumah adalah milik mereka juga, namun jangan sampai mereka melihat kamar kerja
Zainuddin.


Aziz sakit dan dirawat dengan baik oleh Zainudin, sampai
keadaannya mulai pulih Aziz izin pergi untuk mencari pekerjaan. Namun naas,
bukan pekerjaan yang didapatkan namun kabar buruk datang kepada Hayati. Aziz
bunuh diri di sebuah kamar penginapan. Melalui surat yang sempat ditulis Aziz
sebelum mengakhiri hidupnya, tertulislah talak untuk Hayati. Zainudinpun
diberi surat oleh Aziz yang isinya permintaan maaf karena merampas Hayati
darinya.
Sumpah mati.. sumpah mati.. sumpah mati.. akuu.. ya
begitulah sepanjang film tersebut lagu Sumpah Mati ini menggema. Menjadi
Soundtrack yang apik dan membangun isi film. Memanglah tak ada kata yang tepat
untuk menggambarkan keadaan itu selain sumpah mati.
Inilah yang diakui Junot sebagai adegan tersulit dalam film
tersebut. Yaitu adegan di ruang tamu ditemani tembikar yang terbakar. Zainudin
mengusir hayati agar pergi ke Padang. Hayati menolaknya karena ingin hidup
didekat Zainudin. Patah-patah Zainudin menolak permintaan Hayati dan
menganggap Hayati telah mati. Hayati didepannya tak lain mantan istri
sahabatnya. Zainudin bicara tanpa henti dengan dialek Melayu dibalut kata-kata
syair nan puitis. Mempertanyakan kekejaman Hayati yang datang menunjukkan ia
telah menjadi istri orang disaat Zainudin sakit. Mempertanyakan sumpah yang
telah diucapkan Hayati di pinggir danau. Menunjukkan kesetiaan Zainudin dan
mewujudkan keinginan Hayati dalam surat terakhirnya yaitu persahabatan kekal.


Di Van der Wijck lah Hayati pergi ke Padang. Ia menitipkan
surat kepada Muluk sebelum ia naik ke kapal besar itu. Diatas kapal besar itu
ia memandangi foto Zainuddin. Setelah mengantar Muluk kembali pulang dan
memberikan surat kepada Zainudin. Isinya menggambarkan perasaan Hayati dan
memberikan penjelasan dalam beberapa hal termasuk kekayaan cinta yang tersimpan
dalam hatinya. Kekayaan cinta tersebut belum ia berikan kepada siapapun
termasuk Aziz.
Seketika Zainudin meminta diantar untuk membeli tiket ke
Padang. Kemudian Zainudin membaca Koran dengan Headline Kapal Van der Wijck
Tenggelam. Sontak ia kaget dan ke rumah sakit yang kemungkinan ada Hayati
disana. Hayati pun ada disana dan meringis kesakitan. Zainudin menyesal telah
mengusir Hayati karena dendam yang membuat melarat hatinya.
Dalam adegan ini, iler
Junot mengenai kening Pevita Pearce. Pasti menjadi lelucon diantara Pemain dan crew film. Namun terlepas dari iler dan airmata yang kemana mana,
akting Junot sangatlah meyakinkan. Sangat
dalam. Hayati akhirnya mati dengan bisikan 2 kalimat suci yang dilantunkan
Zainudin dengan terbata-bata.
Lukisan Besar Hayati dengan kalimat Permatakoe jang Hilang
kini diubah menjadi Permatakoe selepas kepergiannya. Kamar kerja Zainuddin
terus menjadi suntikan semangat baginya untuk bekerja dan menulis buku
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck.
Akhir yang indah. Film yang rumit dan ternikmati. Syairnya
yang kaya dengan kata-kata melayu membuat penonton semakin sadar bahwa pernah
ada zaman dimana surat dan syair menjadi satu kesatuan yang penuh arti.
***
Reza Rahardian jangan ditanya lagi sama seperti ia menjadi
suami jahat di Perempuan Berkalung Sorban cocok untuk jadi peran sadis kayanya
hehe. Pevita Pearce cocok sih menjadi Hayati karena aku belum tau jika bukan
dia siapa yang pantas mendapat peran Hayati. Untuk peran polos, tersenyum
simpul ia bagus kok tapi asah lagi ya kemampuan menangisnya biar lebih mantap.
Ah iya! Randi Nidji bagus aktingnya, lucunya dapet.
Herjunot Ali menjadi salah satu aktor yang patut
dipertimbangkan kali ini. Keseriusannya mendalami peran Zainudin membuat
penonton lamat-lamat mendoakan agar Junot didunia nyata sebaik dan berbudi
seperti Zainudin. Menjadikan Al-Quran sahabat dan sandaran hidup disaat risau
maupun riang. Jika Junot berpikiran untuk mencitrakan diri lewat film. Citranya
sudah sangat baik. Tapi aku dengar ia ingin menambatkan diri sebagai Disc Jokey. Benarkah? Aku harap tidak
begitu adanya.
Terlalu naïf jika siapapun yang terlibat tidak mengambil
pelajaran dalam film tersebut. Termasuk belajar untuk terus menggantungkan diri
pada Allah dan berdoa agar terus dilindungi oleh-Nya.
***
Buya Hamka, Assalamu’alaykum. Sedang apakah engkau disana?
Tahukah engkau buku lamamu sedang dicari penikmat sastra masa kini. Syair dan hikayat yang engkau ciptakan dalam sebuah buku mampu mendobrak dinding hati manusia modern di zaman millenium ini. Inginlah kami ini anak muda membaca gubahanmu yang kaya ilmu dan sarat makna.
Engkau yang religius, saksi perjuangan serta sastrawan terkemuka kini
didengungkan lagi namanya melalu film. Ah aku tak tahu engkau sedang apa dan dimana, semoga engkau
dirahmati Allah J

Tidak ada komentar:
Posting Komentar